10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Anak Autis
1. Pengertian Anak Autis
Kata autis berasal dari bahasa Yunani “autos” yang berarti sendiri.
Istilah autism pertama kali dikenalkan oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard pada tahun 1943 setelah mengamati 11 penderita
yang menunjukkan gejala yang sama. Gejala tersebut yakni : 1 kesulitan berhubungan dengan orang lain, 2 berperilaku aneh dan stereotip, 3
mengisolasi diri, 4 pola bermain yang aneh dan 5 cara berkomunikasi yang aneh Pamuji, 2007 : 1. Menurut Leo Kanner Y. Handojo, 2003 :
14 autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks dan berat pada anak yang sudah tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Beberapa
aspek yang menjadi dampak dari gangguan autistik tersebut mencakup persepsi, linguistik, kognitif, komunikasi dari yang ringan sampai yang
berat, dan ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal dan nonverbal dengan lingkungan eksternalnya Deded Koswara, 2013: 11.
Menurut The Autism Society of America Hasdianah, 2013 : 66 autistik adalah gangguan perkembangan yang kompleks dan muncul
selama tiga tahun kehidupan pertama sebagai akibat dari gangguan neurologis yang mempengaruhi otak. Hal tersebut mempengaruhi cara
mereka untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain Rudi Sutadi, Lucky Aziza Bawazir, dan Nia Tanjung: 2002. Maksud dari
pendapat Rudi Sutadi, Lucky Aziza Bawazir, dan Nia Tanjung tersebut, anak autis terlihat tidak berminat menjalin kontak sosial dengan orang
11 lain dan cenderung menghindari orang lain. Saat berkomunikasi anak
autis sering mengeluarkan suara-suara aneh yang tidak dipahami orang lain. Bila dilihat dari sisi perilaku, Maanum 2009 : 2 mendefinisikan
“autism is a behavioral syndrome, which means that its definition is based in the pattern of behaviors that a child exhibits. And it is not an
illness or a disease and is not contagious ”. Dari pendapat Maanum
tersebut diketahui bahwa autisme adalah gangguan perilaku yang didasarkan pada pola perilaku anak, bukan merupakan penyakit dan juga
tidak menular. Sekitar 75 anak autis termasuk dalam kategori keterlambatan
mental. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Widayawati Frieda Mangunsong, 2014 : 178 hampir 75-80 mengalami retardasi mental
dengan derajat sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat Peters 2009 : 15
menyatakan bahwa autis merupakan suatu gangguan perkembangan, gangguan pemahaman atau gangguan pervasif, dan bukan suatu bentuk
penyakit mental. Anak autis memproses informasi dengan cara yang berbeda. Mereka menerima stimulus melalui indera pendengaran, indera
penglihatan, indera peraba, dan indera tubuh lainnya. Akan tetapi otak mereka memperlakukan informasi dengan cara yang berbeda. Oleh
karena itu anak autis sering tidak sesuai dalam merespon suatu stimulus. Menurut Frieda Mangungsong 2014 : 175 anak dengan autistik lebih
mudah memahami hal konkret dibandingkan abstrak. Mereka lebih menggunakan asosiasi daripada berpikir menggunakan logika.
12 Adapun penyebab autisme sampai sekarang masih menjadi
perdebatan para ahli. Menurut Prasetyono 2008 : 69 penyebab anak autis dan diagnosa medisnya seperti konsumsi obat pada ibu menyusui
seperti ergot, obat ini mempunyai efek samping yang buruk pada bayi dan mengurangi jumlah ASI. Gangguan susunan saraf pusat yang terjadi
di dalam otak anak autis ditemukan adanya kelainan di beberapa tempat. Gangguan metabolisme, peradangan dinding usus terjadi karena anak
autis pada umumnya memiliki pencernaan buruk dan diduga disebabkan oleh virus. Sementara itu, Patricia Rodier seorang ahli embrio dari
Amerika menyatakan bahwa ada korelasi antara anak autis dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide dan kerusakan jaringan otak yang
terjadi pada paling awal 20 hari saat pembentukan janin Hudzaemah, 2010 : 19.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang kompleks, yang gejalanya tampak sebelum anak mencapai usia tiga
tahun. Gejala tersebut ditandai oleh adanya gangguan dalam bidang interaksi sosial, kemampuan komunikasi dan bicara, gangguan emosi,
dan adanya perilaku yang stereotip dan repetitif. Oleh karena berbagai gangguan tersebut seakan-akan anak autis hidup di dunianya sendiri.
2. Karakteristik Anak Autis