12 Adapun penyebab autisme sampai sekarang masih menjadi
perdebatan para ahli. Menurut Prasetyono 2008 : 69 penyebab anak autis dan diagnosa medisnya seperti konsumsi obat pada ibu menyusui
seperti ergot, obat ini mempunyai efek samping yang buruk pada bayi dan mengurangi jumlah ASI. Gangguan susunan saraf pusat yang terjadi
di dalam otak anak autis ditemukan adanya kelainan di beberapa tempat. Gangguan metabolisme, peradangan dinding usus terjadi karena anak
autis pada umumnya memiliki pencernaan buruk dan diduga disebabkan oleh virus. Sementara itu, Patricia Rodier seorang ahli embrio dari
Amerika menyatakan bahwa ada korelasi antara anak autis dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide dan kerusakan jaringan otak yang
terjadi pada paling awal 20 hari saat pembentukan janin Hudzaemah, 2010 : 19.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang kompleks, yang gejalanya tampak sebelum anak mencapai usia tiga
tahun. Gejala tersebut ditandai oleh adanya gangguan dalam bidang interaksi sosial, kemampuan komunikasi dan bicara, gangguan emosi,
dan adanya perilaku yang stereotip dan repetitif. Oleh karena berbagai gangguan tersebut seakan-akan anak autis hidup di dunianya sendiri.
2. Karakteristik Anak Autis
Gejala autisme dapat terdeteksi pada anak sebelum berusia tiga tahun. Namun demikian, pada sebagian anak-anak gejala autisme sudah
tampak sejak lahir. Misalnya tampak dari perilaku bayi yang tidak mudah
13 menangis. Padahal bayi biasanya mudah sekali menangis. Menangis
sebagai cara bayi untuk berkomunikasi pada orang tuanya bila mereka merasakan lapar, haus, tidak nyaman, dan sakit. Anak-anak autis sering
digambarkan sebagai “bayi yang baik” di awal masa balita. Mereka tidak banyak menuntut dan bersikap tenang. Namun ketika usianya bertambah,
mereka mulai menolak afeksi fisik seperti ciuman dan pelukan Nevid, Spencer dan Green, 2003 : 146.
Menurut Pimley dan Bowen Thompson, 2010 : 89 Karakteristik- karakteristik umum dari gangguan autisme yakni sebagai berikut.
1.
Komunikasi a.
Jarang berbicara Sebagian besar anak autis mampu mengeluarkan suara tetapi tidak
bermakna. Mereka memiliki kebiasaan echolalia menirukan suara- suara yang ada di sekitarmembeo.
b. Perkembangan kemampuan berbicara lebih lambat dibandingkan
anak-anak sebaya. Sebagian besar orang tua anak autis mengatakan bahwa
perkembangan kemampuan berbicara anak mereka lambat dan akhirnya anak mereka kehilangan kemampuan untuk mengikuti
tahapan perkembangan berbicara seperti anak pada umumnya. c.
Tidak bisa memberikan respon secara spontan. Anak autis mengalami kerusakan pada fungsi otakstruktur anatomi
otak yang berfungsi mengatur respon dan berbagai stimulus lainnya. Oleh karena itu anak autis sering menunjukkan respon
14 yang lambat, respon yang salah terhadap suatu rangsangan, atau
bahkan tidak merespon sama sekali. d.
Tidak bisa masuk ke dalam situasi sosial. Anak autis lebih senang sendirian. Mereka menganggap orang lain
sebagai benda bukan sebagai subjek. e.
Tidak memiliki keinginan untuk berkomunikasi. Anak autis cenderung tidak berminat untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Jika memiliki keinginan terhadap sesuatu, biasanya mereka akan menarik tangan orang lain untuk melakukan atau
mendapatkan hal yang mereka inginkan.
2.
Interaksi sosial a.
Tidak bisa menjalin ikatan sosial Karakteristik ini dapat diamati ketika anak autis berada dalam suatu
perkumpulan. Mereka akan menyendiri dan pola interaksi sosialnya terlihat ganjil bila dibandingkan dengan anak pada umumnya.
b. Keterampilan bermain terbatas
Anak autis cenderung menyukai benda-benda yang berputar misalnya roda mobil-mobilan, kipas angin, benda-benda yang
berkilauan, dan benda-benda lain yang kurang lazim namun menarik perhatiannya. Anak autis betah bermain berjam-jam
dengan mainan tertentu. Namun demikian orang tua merasakan pola bermain anaknya aneh.
15 c.
Menghindari kontak mata Anak autis cenderung menghindari kontak mata karena mereka
menganggap manusia sebagai benda. d.
Tidak mampu memahami pemikiran orang lain Adanya gangguan neurologis otak menyebabkan anak autis tidak
mampu memahami pemikiran orang lain. e.
Tidak mampu memahami perasaan orang lain Oleh karena keterbatasan dalam berpikir menyebabkan anak autis
kesulitan memahami pemikiran dan perasaan orang lain. f.
Kesulitan menoleransi teman sebaya Anak autis tidak berempati terhadap orang lain, sehingga rasa
toleransi pada teman lainnya kurang berkembang.
3.
Imajinasi sosial a.
Tidak bisa menggunakan imajinasinya sendiri untuk menciptakan gambaran.
Anak autis memiliki keterbatasan dalam berpikir imajinatif. Mereka tidak bisa diajak bermain pura-pura pretend play.
Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak usia balita. Namun pada anak autis mereka kesulitan bermain peran karena
adanya keterbatasan dalam berpikir imajinatif. b.
Tidak bisa memahami lelucon Oleh karena keterbatasan dalam kemampuan berpikir menyebabkan
anak autis tidak bisa memahami lelucon.
16 c.
Kesulitan memulai sebuah permainan dengan anak lain Anak autis tidak memiliki minat bermain dan mengajak
komunikasi dengan orang lain. Mereka sibuk dengan aktivitas sendiri. Pola bermain anak autis menunjukkan kegiatan bermain
yang tertinggal jauh dengan anak yang seusia. Permainan yang mereka mainkan sama dan menolak adanya perubahan.
d. Tidak bisa meniru tindakan individu lain
Maksud dari pernyataan di atas yakni, anak autis kaku dengan kegiatan
rutin mereka.
Mereka kesulitan
jika harus
menirumengikuti tindakan orang lain. Anak autis sangat terstruktur dalam beraktivitas.
e. Lebih memilih dibiarkan sendiri.
Anak autis tidak menyadari kehadiran orang lain. Mereka terkadang lebih tertarik pada benda daripada manusia.
Hasdianah 2013 : 68-67 karakteristik anak-anak autistik yang dapat diamati sebagai berikut.
1. Perilaku
a. Cuek terhadap lingkungan.
b. Perilaku tidak terarah, mondar-mandir, lari-lari, senang
memanjat, berputar-putar, lompat-lompat, dan sebagainya. c.
Kelekatan pada benda tertentu. d.
Rutinitas yang kaku rigid routines. e.
Tantrum. f.
Obsessive-compulsive behavior.
17 g.
Terpukau terhadap benda yang berputar atau benda yang bergerak.
2. Interaksi Sosial
a. Tidak mau menatap mata.
b. Dipanggil tidak menoleh.
c. Tidak mau bermain dengan teman sebaya.
d. Asyik bermain dengan diri sendiri.
e. Tidak ada empati dalam lingkungan sosial.
3. Komunikasi dan Bahasa
a. Terlambat bicara.
b. Tidak ada usaha untuk berkomunikasi secara noncerbal
dengan bahasa tubuh. c.
Menceracau dengan bahasa yang tidak dapat dipahami. d.
Membeo echolalia e.
Tidak memahami pembicaraan orang lain. Aspek lain yang berkaitan dengan karakteristik anak autis, yakni dari
aspek emosional, koordinasi motorik dan persepsi sensori, dan aktivitas- minat. Karakteristik emosional anak autis tidak mudah ditebak. Emosinya
labil, sering marah, menangis atau tertawa tanpa sebab yang jelas, kadang suka menyerang atau merusak, tidak mempunyai empati dan tidak mampu
mengekspresikan wajah orang lain, serta tidak mampu mengekspresikan perasaannya baik secara verbal maupun nonverbal Endang Supartini :
2009. Karakteristik koordinasi motorik dan persepsi sensori yakni kesulitan bermain lempar tangkap bola, kesulitan bermain berjalan dengan berjinjit
18 atau berjalan di atas tali, kesulitan melompat dan gangguan dalam persepsi
sensori misalnya sensitif terhadap suara benda, tidak peka terhadap rasa sakit atau sebaliknya malah terlalu sensitif terhadap benda yang bertekstur
kasar-halus Joko Yuwono, 2012 : 29. Selain itu, anak autis tidak suka dengan perubahan yang ada di lingkungan atau perubahan rutinitas Frieda
Mangunsong, 2014 : 173. Dari sisi minat, anak autis memiliki minat yang terbatas dan sering berperilaku aneh dan diulang-ulang. Misalnya memutar
pegangan pintu dan terpaku pada satu benda Endang Supartini : 2009. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik anak autis memiliki hambatan di bidang interaksi sosial, perilaku, komunikasi dan bahasa, emosi tidak stabil dan tidak dapat ditebak,
serta gangguan dalam koordinasi syaraf motorik dan persepsi sensori. Anak autis yang menjadi subjek penelitian memiliki karakteristik
sebagai berikut. 1.
Sudah ada kontak mata, meski hanya sebentar. 2.
Dapat berbicara verbal namun belum memiliki inisiatif mengajak orang lain untuk berkomunikasi.
3. Mampu membaca, menulis, dan berhitung.
4. Kemampuan berpikir kognitifnya sedang.
5. Cenderung menarik diri dari interaksi sosial dengan orang lain.
19
B. Metode Pembelajaran Guided Discovery