Metode Pekerja Sosial Bentuk Bimbingan Pekerjaan Sosial

37 d. Simulasi, yaitu mendorong kreativitas peserta dalam mengenal, memahami, dan menelaah materi yang disampaikan dalam berbagai bentuk permainan. e. Studi lapangan, yaitu peserta diajak untuk melakukan studi secara langsung terhadap sasaran yang relevan dengan kebutuhan bimbingan, misalnya studi banding, pengamatan lapangan, kunjungan obyek tertentu, praktek lapangan dan lain-lain. f. Berceritera, yaitu menceritakan tentang pengalaman masa lalu, maupun masa kini dan hal-hal yang berkaitan dengan bimbingan. g. Menggambar, yaitu memaknai gambar atau membuat gambar tertentu kemudian dimaknai oleh peserta. h. Permainan peran, yaitu seluruh peserta memainkan peran sesuai dengan topik yang dibahas dalam bimbingan. i. Lokakarya, yaitu menyusun dan menghasilkan produk tertulis berupa antara lain proposal penanganan satu masalah atau kasus setempat rencana kegiatan j. Pengembangan tim, yaitu meningkatkan kemampuan pembimbing sebagai satu kelompok dalam pecapaian tujuan bersama. k. Kunjungan observasi, yaitu memperoleh bahan banding dalam pemecahan masalah atau kasus setempat. 38 l. Pengayaan tugas, yaitu meningkatkan rasa pecapaian pribadi karena tantangan tugas serta motivasi yang berasal dari tugas yang dilaksanakan sehari-hari. m. Konsultasi internal, yaitu meningkatkan kinerja pembimbing melalui penugasan seorang konsultan dilokasi kerja pembimbing untuk jangka waktu tertentu. n. Studi kasus, yaitu mengangkat suatu kasus berupa kejadian, peristiwa yang terjadi dilingkungan masyarakat untuk yang mengembangkan ketahanan sosial mereka.

D. Upaya Satpol PP Dalam Penanganan Kenakalan Pelajar

1. Kewenangan Satpol PP Dalam Penanganan Kenakalan Pelajar

Dalam penaganannya ketertiban umum dan kententraman masyarakat termasuk pelajar Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP memiliki kewenangan dalam menanggulanginya menurut PP RI No 6 Tahun 2010 Pasal 6 adalah sebagai berikut : a. Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda danatau peraturan kepala daerah. b. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat. c. Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat.