2. Homeschooling Keluarga Bapak Muhammad Sahal Siddiq
Pada keluarga homeschooling Bapak Sahal peran orang tua dalam mendampingi anak pada homeschooling yang dilaksanakan mengacu pada
tahap-tahap, yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Pada homeschooling
Bapak Sahal,
kegiatan persiapan
homeschooling dilakukan dengan mempersiapkan fisik dan nonfisik,
menentukan metode yang akan digunakan serta menentukan kurikulum. Dalam mempersiapkan fisik orang tua bertugas mempersiapkan
sarana-sarana yang dibutuhkan dengan secara swadaya. Untuk mempersiapkan nonfisik orang tua melakukan pendekatan serta bimbingan
terhadap mental anak agar anak beradaptasi belajar di rumah. Dari hasil
wawancara kepada pendamping: “Dan saya memikirkan ini sudah sejak lama sebelum pendidikan ini
dilaksanakan, sampai akhirnya memutuskan untuk mendidik anak saya dirumah”.
Pendamping juga mengemukakan, “Untuk ini tidak memerlukan persiapan secara khusus, kalau secara
fisik yang kita persiapkan sarana yang sesuai sengan kemampuan saya seperti peralatan-peralatan tulis, kitab, buku bacaaan dan
lainnya. Sedangkan untuk persiapan nonfisik ya mempersiapkan mental anak”…
Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa orang tua telah mempersiapkan kegiatan homeschooling secara matang. Persiapan yang
dilakukan orang tua adalah persiapan fisik dan nonfisik. Pada persiapan
fisik pelaksanaan homeschooling orang tua mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam belajar berupa kitab, buku bacaan dan berbagai
sarana pendukung lain, sedangkan persiapan nonfisik dilakukan dengan mempersiapkan mental anak yang diberikan dengan memberikan
pengertian-pengertian tentang pendidikan yang akan diselenggarakan dan pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan yang direncanakan oleh Bapak
Sahal bertujuan menjadikan anak berakhlak baik dengan model pembelajaran Islam. Sesuai wawancara dengan pendamping:
“Sesuai tujuan pendidikan Islam yaitu mendidik anak agar beakhlak baik”.
Langkah berikutnya, orang tua menciptakan lingkungan belajar di rumah sesuai dengan kebutuhan belajar.
Dari wawancara dengan pendamping:
”Seadanya begini mas, dengan kondisi rumah yang seperti ini. Bagaimana menciptakan lingkungan yang aman ya anggota keluarga
dibikin beradaptasi dengan lingkungan. Kemudian lingkungan diolah supaya menunjang, jadi orangnya daptasi lingkungannya disesuaikan.
Bagi kita rumah kan yang membuat nyaman itu penghuninya, yang jelas nyaman tinggal disini. Mengenai tempat belajarnya bisa di
kamar, di ruang tamu atau di ruang kerja saya. Kan kegiatan belajar yang kita lakukan juga di luar rumah, ya tergantung kebutuhan”.
Berdasarkan hasil wawancara orang tua menciptakan lingkungan belajar dengan mengajarkan anak beradaptasi dengan lingkungan yang
dekat dengan persawahan. Melalui adaptasi lingkungan yang dilakukan, anak akan terbiasa belajar dalam kondisi apapun. Namun orang tua tetap
mengkondisikan lingkungan agar mendukung kegiatan belajar, dengan
menata lingkungan rumah dan sekitarnya menjadi bersih, aman serta nyaman. Proses belajar di rumah dilakukan di ruang dengan pencahayaan
yang baik serta keberadaan media-media belajar ditata secara baik. Dalam homeschooling orang tua berperan menyiapkan lingkungan
belajar yang mendukung. Penciptaan lingkungan belajar disesuaikan dengan kebutuhan belajar anak. Kegiatan belajar sesungguhnya dapat
dilakukan dimana saja ketika anak secara alami mendapat rangsangan dari lingkungan Rumah sebagai tempat belajar utama bagi pelaku
homeschooling . Menciptakan tempat belajar agar tercipta suasana yang
kondusif harus memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan bagi anak didik maka orang tua diperkenankan melakukan diskusi kepada anak.
Tahap berikutnya orang tua menentukan metode atau gaya mengajar yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Dari hasil wawancara dengan pendamping:
“ Yang jelas orientasi pendidikanya menyembah kepada Allah. Metodenya tiga poin, satu mengenal Allah, dua mengenal agama
Allah, tiga mengenal Rosullullah”. Hal lain diungkapkan,
“Metode yang saya terapkan dalam belajar agama memang seperti itu dan itu adalah tahapan-tahapanya. Belajar agama itu ya pertama
harus mengenal Allah sebagai Tuhannya, kemudian mengenal agama Allah yaitu agama tauhid, baru kemudian belajar mengenal
Rosullallah sebagai teladan yang dapat diaplikasi dalam kehidupan manusia. Belajar agama itu sesuai dengan tahapan-tahapan Islam.
Jadi tidak bisa dibolak balik”.
Berdasarkan wawancara diatas diketahui metode yang dipilih dalam homeschooling Bapak Sahal tidak menggunakan metode pada
umumnya, tetapi mengacu pada metode belajar Islam yaitu mengenal Allah, mengenal agama Allah dan mengenal Rosulullah. Metode ini
disusun oleh orang tua dengan berdasarkan referensi kitab Al-Quran. Tiga metode yang yang diajarkan tersebut merupakan struktur yang tetap sesuai
dengan tahapannya. Belajar agama Islam yang pertama dilakukan yaitu mengenal Allah sebagi tuhan, mengenal agama Allah yang dituntun dalam
Al-Quran dan mengenal figur percontohan bagi umat manusia dalam mengamalkan ajaran Allah. Dalam menyampaikan ajaran agama Bapak
Sahal menggunakan metode praktek langsung dan ceramah. Metode praktek langsung dilakukan ketika pembelajaran membutuhkan penerapan
langsung dari ajaran agama atau belajar komputer. Hal lain diungkapkan:
“Saya juga tidak selalu mendampingi anak, saya pergi anak di rumah, tak calling kamu pelajari itu materinya tak beri ini, saya datang terus
saya cek. Jadi walaupun tiap pagi saya kerja saya nggak khawatir karena sudah dilatih aktif. Kalau dipersekolahan namanya CBSA
Cara Belajar Siswa Aktif”.
Selain itu orang tua memilih metode belajar siswa aktif. Metode ini adalah metode yang menekankan belajar siswa secara aktif. Metode in
dimaksudkan agar anak dapat belajar secara mandiri. Setelah menentukan gaya mengajar, orang tua merancang
kurikulum. Kurikulum yang diplih pada keluarga Pak Sahal adalah kurikulum yang memuat ajaran agama Islam.
Dari hasil wawancara dengan pendamping:
“Yang jelas meliputi hal tiga tadi, yaitu mengenal Allah, mengenal agama Allah dan mengenal Rosullullah. Nah masing-masing dari poin
tersebut dipecah. Nah masing-masing dari poin tersebut dipecah. Kalau dari mengenal agama Allah berarti mengenal seluk beluk
tentang Islam. Kalau mengenal Rosullulllah adalah membahas tentang rosul-rosul sebagai utusan Allah yang memberi contoh sikap
serta perbuatan secara Islam kepada manusia”.…
Dari masing-masing poin orang tua merumuskan materi-materi apa saja yang akan diberikan. Dengan referensi yang digunakan adalah Al-
Quran dan Hadist orang tua merumuskan materi yang dipelajari, dalam poin mengenal Rosullullah dimulai dengan mengetahui siapa saja rosul
dan nabi yang kemudian diceritakan dalam riwayat rosul-rosul Allah. Dalam homeschooling Bapak Sahal pihak orang tua tidak
melegalkan pendidikan yang diselenggarakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pendamping:
”Kita tidak pernah mendaftarkan kemana saja. Itu tidak perlu,buat apa. Hakikat pendidikan adalah kapasitas bukan predikat ijasahnya.
Tolok ukurnya adalah kemampuan seseorang”.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa pendidikan yang diselenggarakan Bapak Sahal tidak didaftarkan ke diknas oleh karena
orientasi pendidikan yang berbeda prinsip dengan pendidikan sekolah formal. Dan ijasah sebagai pengakuan resmi bukan sesuatu yang penting.
Tercapainya sebuah keberhasilan pendidikan dilihat dari kemampuan seseorang.
Sedangkan dukungan dari keluarga pada homeschooling Bapak Sahal tidak mendapat dukungan yang semestinya. Dari hasil wawancara
pendamping:
”Dari dulu sampai sekarang mereka masih belum bisa menerima keputusan saya untuk mendidik anak saya sendiri. Tetapi karena
anak saya, yang bertanggung jawab ya saya. Namun dari pihak keluarga akhirnya membiarkan saya untuk mendidik anak saya
sendiri”.
Bagian dari persiapan fisik salah satunya yang tidak kalah pentingnya adalah mempersiapkan sarana pendukung homeschooling.
Dari hasil wawancara dengan pendamping:
“….kalau secara fisik yang kita persiapkan sarana yang sesuai sengan kemampuan saya seperti peralatan-peralatan tulis, kitab, buku
bacaaan dan lainnya”. Hal sependapat diungkapkan,
“Semuanya yang bisa kita usahakan sendiri ya dilakukan sendiri, sarana yang dibutuhkan dari mulai AL-Quran atau kitab-kitab, buku
agama, peralatan menulis, komputer, mesin jahit dan sebagainnya tersedia. Tergantung kebutuhan dan kemampuan saya”.
Keberadaan sarana yang disediakan orang tua sudah mendukung, terlihat dari adanya berbagai media belajar seperti kitab Al-Quran, kitab
tafsir, hadist, buku-buku pustaka, komputer dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dan catatan lapangan diketahui
bahwa orang tua berusaha menyediakan sarana belajar dengan baik. Penyediaan sarana belajar ini disesuaikan dengan kurikulum dan
kebutuhan belajar anak. Pada homeschooling apabila dalam penyediaan sarana mengalami keterbatasan, dibutuhkan kreatiftas pendamping orang
tua mencari alternatif. Seperti hasil wawancara dengan pendamping bahwa ketika mengajarkan bela diri pedang buken kepada anak, orang tua
membuatkan pedang dari kayu.
b. Tahap pelaksanaan