tua mencari alternatif. Seperti hasil wawancara dengan pendamping bahwa ketika mengajarkan bela diri pedang buken kepada anak, orang tua
membuatkan pedang dari kayu.
b. Tahap pelaksanaan
Pada homeschooling keluarga Bapak Sahal, tahap pelaksanaan langkah pertama yang dilakukan orang tua adalah menyusun jadwal
kegiatan bagi anak. Dari hasil wawancara pendamping:
”Jadwal belajar kita sangat fleksibel, tidak mengikat. Dan semua dilakukan spontanitas. Seumpama sekarang tidak bisa ya nanti, kita
sepakati bersama jadwalnya asalkan tidak bertabrakan dengan kegiatan lain. Musa punya jadwal rutin pengajian hari Rabu, Kamis
dan Jumat. Anak juga setiap hari hafalan Al-Quran sehabis Subuh dan tadarusan Al-Quran yang dilakukan habis Isya”.
Berdasarkan pengamatan lapangan pada saat selesai anak mengikuti pengajian tafsir, anak mengakses komputer untuk mempelajari
bukti keagungan Allah melalui picture. Dari hasil wawancara dan pengamatan menunjukkan bahwa orang
tua memberikan jadwal harian dan jadwal yang tidak terikat. Sesuai dengan tema pendidikan agama maka sebagian besar aktifitas harian
mempelajari agama. Untuk belajar komputer dan belajar hal lain dilakukan secara tidak terikat dan spontanitas. Dengan sistem belajar yang tidak
terstruktur orang tua tetap mengawasi kegiatan anak, sehingga apabila
anak tidak memiliki kegiatan yang berarti orang tua beralih memberikan tugas.
Orang tua juga melihat minat dan bakat anak. Dalam hal ini orang tua mendeteksi bakat anak, sebagai pertimbangan dengan minat yang
diinginkan anak. Pendeteksian bakat anak memerlukan kreatifitas orang tua untuk merangsang perkembangan bakat.
Dari hasil wawancara dengan pendamping:
”Saya lihat kemampuan anak, kita kasihlah dia rangsangan yang berupa materi. Lihat kondisi anak kadang dalam hal tertentu
menonjol dalam hal yang lain lemah. Kita lihat bakat anak, jadi antara minat anak dan bakat harus sepadan”.
Sesudah mendeteksi langkah berikutnya yang ditempuh orang tua adalah mengembangkan bakat yang telah terlihat dari diri anak.
Dari hasil wawancara dengan pendamping:
”Musa ini dia lebih ke tekhnik terutama komputer. Dia senang utak- atik komputer. Pertama saya yang ngajari kemudian dia suka belajar
sendiri. Dia belajar windows, word, excel, adobe terus software- software segala macam. Dasar-dasarnya saya yang ngajarin. Sampai
sekarang dia tanya soal sistem windows. Dia suka main-main sendiri utak-atik software. Banyak software yang kita pasang di komputer,
supaya anak bisa dan tau kegunaanya…
Karena anak sering asal pencet kadang sering eror”.
Hal yang lain diungkapkan, “Sementara ini kita masih melarang penggunaan internet karena
anak masih suka asal utak atik dalam menggunakan komputer, takutnya nanti rentan terhadap hal negatif. Tapi ya kalau saya sudah
mempelajari parental lock di browsernya ya akan saya pebolehkan”.
Orang tua berusaha membimbing anak saat mengakses komputer. Pada saat anak mengalami masalah dengan pemutar fomat audio orang tua
berusaha mencarikan solusi. Karena orang tua kurang mengerti masalah pemutar audio kemudian orang tua menanyakan kepada teman kerabat
tentang masalah yang dihadapi. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan lapangan maka
orang tua bertugas memaksimalkan kemampuan yang dimiliki anak. Berdasarkan
hasil pengamatan
dan hasil
wawancara untuk
mengembangkan bakat anak orang tua berkewajiban mengetahui hal yang menjadi minat dan bakat anak. Apabila orang tua kurang mengetahui maka
orang tua dapat mempelajarinya bersama-sama anak, hal tersebut sebuah bagian dari proses dalam homeschooling.
Pada pra kegiatan belajar orang tua bertugas memberikan materi yang akan dipelajari oleh anak. Materi yang diberikan adalah belajar tafsir
Al-Quran surat Al-An’am ayat ke 29 sampai 31. Dari hasil wawancara dengan pendamping:
“Walaupun saya di rumah belajarnya sama, ayo belajar sana materinya ini-ini”
Pada langkah berikutnya orang tua bersama-sama anak mempersiapkan sarana yaitu Al-Quran dan alat-alat tulis yang akan
diapakai. Dari materi belajar tafsir anak diperkenankan menyimak ayat- ayat yang dibaca orang tua kemudian menuliskan intisarinya.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan orang tua sangat berperan sebagai guru belajar anak. Dalam mempelajari ayat Allah orang
tua bertugas memberikan pemahaman dengan bahasa yang mudah dimengerti. Arti ayat-ayat dijelaskan dalam kitab tafsir kemudian
diterjemahkan dengan bahasa Indonesia, kemudian terjemahan tersebut dijelaskan dalam amalan-amalan yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Saat menyampaikan isi Al-Quran bahasa-bahasa yang digunakan oleh orang tua mudah dimengerti dan penyampaiannya secara santaitidak
tegang.
Orang tua juga memberikan bimbingan akhlak kepada anak - anaknya dengan memffberi contoh terlebih dahulu. Hal itu berdasarkan
hasil wawancara dengan pendamping:
“Dan dalam menyampaikan bimbingan ya secara langsung dengan memberikan contoh sikap akhlaq yang baik kepada anak”.
Penggunaan metode yang digunakan orang tua bersifat praktek. Seperti saat mempelajari tafsir AL-Quran, orang tua sebagai penyampai
materi anak sebagai penerima materi. Pengamatan lapangan yang lain saat pembelajaran yang dilakukan
adalah tafsir AL-Quran. Setelah membaca ayat-ayat AL-Quran, dijelaskan maksud dan pengertiannya. Secara mendalam dijelaskan bahwa Nabi
Ibrahim adalah contoh seorang rosul yang taat. Selain itu orang tua menggunakan metode belajar siswa aktif.
Metode ini adalah metode yang menekankan belajar siswa secara aktif. Dalam praktek belajar siswa mampu belajar tanpa didampingi oleh orang
tua. Orang tua melatih anak belajar aktif dengan memberi tanggung jawab untuk mempelajari materi yang diberikan. Setelah orang tua tiba di rumah
orang tua langsung mengecek hasil belajar anak. Orang tua menerapkan kurikulum dengan mengajak anak
berpartisipasi dalam berbagai hal kegiatan.
Dari hasil wawancara pendamping:
“Dan pada saat tertentu anak dididik khusus misalnya pada saat-saat kurban orang diajari memotong binatang kurban dengan cara yang
benar. Pendidikan itu pelatihan. Dan berkaitan dengan masalah- masalah yang diperlukan saja. Jadi anak diajak untuk berinteraksi
langsung”.
Penerapan kurikulum yang dilakukan pendamping tidak hanya dipelajari dan dihafal tetapi juga dilaksanakan. Ketika kurikulumnya
mengenal nabi Ibrahim maka setelah shalat Ied’anak diajak langsung berkurban yang bertepatan dengan hari Idhul Qurban. Metode praktek
langsung sebagai cara penyampaian yang efektif, terutama menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Metode praktek ini sama
dengan metode Charlotte Mason yang menerapkan belajar pengalaman dunia nyata.
Homeschooling menekankan pada metode yang membuat anak
aktif. Orang tua berkewajiban mengajak anak melakukan praktek langsung atas apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang dilakukan berdasarkan atas
kebutuhan belajar, hal itu dilakukan saat mempelajari hal-hal yang
membutuhkan aplikasi langsung. Orang tua menjelaskan tuntunan secara benar yang dilanjutkan dengan melaksanakan praktek.
Belajar yang dilakukan pada homeschooling yang dipelajari sangat banyak. Dari hasil wawancara dengan pendamping:
”Kita sebagai orang tua ya memberikan bimbingan akhlak, memberikan pengetahuan selain itu ketrampilan hidup”.
Pendapat lain diungkapkan,
”Ya semua diajarkan dan dipraktekan”.
Aktifitas langsung yang dilakukan pada sekolah rumah keluarga Bapak Sahal dari hasil wawancara dengan pendamping:
”Aktifitas fisik ya apalah kerajinan. Anak saya itu Musa saya latih bantu- bantu pekerjaan saya tapi yang nggak berat, cuma apa amplas
terakhir.Ya sudah pisau dapur jadi tugas kamu, saya serahi dia pisau dapur supaya dirawat diasah. belajar komputer saya kasih tugas apa
ngetik-ngetik di komputer”.
Pemberian aktifitas langsung bagi anak oleh orang tua mampu mengasah kemampuan anak. Namun akifitas langsung haruslah aman bagi
anak. Hal-hal yang dipelajari dipraktekan secara langsung sehingga anak tidak hanya mengerti tetapi mampu melakukan. Aktifitas langsung yang
diberikan kepada anak berupa lifeskill, bermaksud agar anak mampu memecahkan masalah sehari-hari. Berdasarkan pengamatan lapangan anak
melakukan kegiatan menghaluskan sarung-sarung golok karena pekerjaan bapak Sahal sebagai pengrajin pisau dan golok, sedangkan orang tua
mengecek aktifitas anak. Pekerjaan yang dilakukan tidak berat dan berbahaya.
Catatan kemajuan untuk pekerjaan anak bukan sebagai hal yang harus dilakukan bagi orang tua.
Dari hasil wawancara dengan pendamping:
“Kami tidak pernah membuat catatan tertulis atau apapun, karena buat kami catatan tidak diperlukan. Catatan itu langsung dapat
dilihat dari sikap dan perbuatannya”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa keluarga Bapak Sahal tidak membuat catatan kemajuan untuk anak, oleh
sebab tidak akan meneruskan ke sekolah fomal. Pencapaian kemajuan anak dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya, dua hal tersebut
indikatornya. Tingkat pencapaian anak dinilai langsung oleh orang tua, sejauhmana kemajuan berpikir anak.
c. Tahap evaluasi