Kamis, Jumat dan Sabtu yang dilaksanakan pukul 20.00. Selain itu Musa melaksanakan kegiatan belajar agama dengan bapaknya dan belajar komputer
yang jadwalnya disesuaikan atas dasar kesepakatan anak dan orang tua.
C. Gambaran proses pendampingan yang dilakukan orang tua pada
homeschooling.
Peran orang tua dalam mendampingi anak pada homeschooling adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan orang tua dalam mendampingi atau
menyertai anak yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap kegiatan homeschooling. Peran orang tua dalam mendampingi anak pada
homeschooling sebagai upaya orang tua untuk menyelenggarakan layanan
pendidikan yang terarah dimana proses belajar berlangsung dalam suasana kondusif dengan gaya belajar masing-masing agar kebutuhan anak dapat terpenuhi
dengan maksimal.
1. Homeschooling Keluarga Kak Wees Ibnoey Say
Pada keluarga homeschooling Kak Wees peran orang tua dalam mendampingi anak pada homeschooling yang dilaksanakan mengacu pada
tahap-tahap, yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Pada homeschooling Kak Wees, kegiatan persiapan homeschooling dilakukan dengan mempersiapkan fisik dan mempersiapkan moril anak,
menentukan metode yang akan digunakan serta menentukan kurikulum.
Dalam mempersiapkan fisik orang tua bertugas mempersiapkan sarana-sarana yang dibutuhkan dengan secara swadaya. Untuk
mempersiapkan moril orang tua melakukan pendekatan serta bimbingan agar anak beradaptasi belajar di rumah. Dari hasil wawancara kepada
pendamping: “Kalau saya sebagai orang tua mempersiapkan secara fisik dengan
menyediakan fasilitas berupa semua buku bacaan, musik-musik edukasi, selain itu saya mempersiapkan secara moril dengan
mendampingi kegiatan anak
misalnya ketika nonton televisi anak diberi tahu menyeleksi acara yang baik”.
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa orang tua telah mempersiapkan homeschooling dengan sebaik-baiknya terlihat dari
persiapan yang dilakukan dengan mempersiapkan secara fisik maupun moril anak sebagai dasar sebelum melakukan homeschooling. Persiapan
moril merupakan segala hal yang dilakukan orang tua menyiapkan anak agar mempunyai akhlaq yang baik melalui metode yang ditentukan.
Tujuan homeschooling ini untuk menjadikan anak berakhlaq baik, dewasa dan memaksimalkan potensi anak. Penanaman akhlaq baik dilakukan
melalui pelatihan dan pembiasaan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan pendamping:
“….mendidik anak untuk jujur, disiplin, tanggung jawab itulah yang seharusnya harus dididik bukan sekadar hafalan, pendidikan
didalamnya harus ada pelatihan dan pembiasaan, jadi bagaimana anak itu bisa menjalaninya apa yang ia pelajari.Jadi yang kami
lakukan adalah penanaman sikap sejak kecil”.
Berikutnya yang dilakukan orang tua berupaya menciptakan lingkungan belajar. Untuk menciptakan lingkungan belajar cukup dengan
kondisi penerangan yang cukup dan yang penting nyaman untuk belajar. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan belajar dilakukan di ruang
tamusantai yang berukuran 4x7 m, dipinggir dinding tertata rak-rak buku dan temboknya berhiaskan foto-foto kegiatan kesenian yang telah
diadakan Kak Wees yang mempunyai penerangan cukup karena mendapat sinar dari luar.
Dari hasil wawancara pendamping: “Dengan kondisi rumah yang seperti ini, yang penting nyaman untuk
belajar bagi anak”.
Sesuai dengan potensi anak dalam menulis, photografi dan membuat skenario yang menekankan pada kebebasan berekspresi sehingga
orang tua dalam menentukan metode tidak hanya mengacu satu atau dua metode dalam belajar. Metode yang dipilih oleh orang tua berprinsip pada
pengalaman belajar anak. Dari hasil wawancara pendamping:
”Metodenya luar biasa bebas yang saya pergunakan. Banyak dan empiris. Salah satunya metode tematik dan belajar secara langsung”.
Penentuan kurikulum berdasarkan atas hasil kesepakatan antara anak dan orang tua. Dari hasil wawancara pendamping:
”Saya tanya aja kalau kurikulum ini, apa yang ingin kau ubah dari kau sebenarnya apa? Kamu ingin belajar apa? Menulis,
membaca,menghitung,memasak,main
bola, mendengarkan
musik,main genderang,menyanyi,menanam,memelihara kambing dan membikin kerajinan itu yang ingin dia pelajari. Itu yang namanya
kurikulum. Dan jika itu yang menjadi pilihanya, ya kita sepakati bersama”.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa orang tua dilibatkan dalam pembuatan kurikulum. Anak menyusun apa yang
menjadi kebutuhanya, sedangkan orang tua membantu anak mengarahkan ke pembelajaran yang bermuatan pendidikan dan yang ingin
dikembangkan dari diri anak. Anak diberi kebebasan menentukan tujuan belajar sesuai yang ingin dicapainya. Orang tua berupaya menjadikan anak
sebagai subjek belajar.
Legalitas bagi homeeducation yang diselenggarakan oleh Kak Wees, tidak dianggap sebagai sebagai hal yang penting.
Dari hasil wawancara dengan pendamping:
“Tidak. Ini ada dua sementara ini apakah harus dari A sampai C atau nanti di pesantren ada ijasah setingkat Aliyah tidak dari Diknas atau
Depag, untuk kuliah aja laku,sekarang ini banyak perguruan tinggi yang menerima. Dan kami juga melihat Hamdi punya potensi sebagai
guru, mungkin akan melalnjutkan ke perguruan tinggi. Ya kita lihat nanti, tegantung dari kebutuhan”.
Legalitas akan homeschooling tidak didaftarkan ke Diknas. Disesuaikan dengan kebutuhan belajar anak yaitu menulis sehingga tidak
memerlukan materi dan kurikulum diknas. Kebutuhan akan ijasah sebagai legalitas bukan sebagai hal yang penting. Namun jika melhat potensi anak
sebagai guru, orang tua akan mempersiapkan anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Orang tua akan mempersiapkan anak untuk mengikuti
ujian kesetaraan atau ujian di pesantren.
Sedangkan dukungan terhadap kegiatan homeschooling Kak Wees yang dilaksanakan cukup mendapat dukungan keluarga. Seperti hasil
wawancara dengan pendamping:
”Sejauh ini keluarga mendukung apa yang kami lakukan”.
Sebagai bagian dari persiapan fisik orang tua homeschooling menyediakan fasilitas pendukung kegiatan belajar. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pendamping:
“Kalau saya sebagai orang tua mempersiapkan secara fisik dengan menyediakan fasilitas berupa semua buku bacaan, musik-musik
edukasi”. Hal yang sama diungkapkan,
Hasil wawancara dengan pendamping:
“Ya sebisa kita menyediakan sarana seperti buku-buku, komputer, kamera, pokoknya yang dibutuhkan”.
Pihak orang tua berupaya menyediakan sarana pendukung pendidikan bagi anak. Sarana pendukung ini disesuaikan dengan minat dan
kurikulum yang telah disepakati. Keberadaan sarana tidak mutlak harus ada, mengingat adanya keterbatasan. Diperlukan kreatifitas orang tua
dalam mencari alternatif media pengganti. Penggunaan media sebagai sarana dalam pendidikan rumah dapat dengan apa saja, untuk
mengenalkan media transportasi dapat dilakukan dengan menaiki kendaraan umum. Seperti hasil wawancara dengan pendamping:
“Anak juga kita ajak jalan-jalan naik becak, andong, kereta”…
b. Tahap pelaksanaan