11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Nilai Pendidikan dalam Novel
Sebagai bentuk karya sastra, novel dapat digunakan untuk mengangkat kehidupan baik beberapa individu tertentu maupun masyarakat
luas. Selain menyampaikan realita kehidupan yang utuh, tidak jarang juga di dalam sebuah novel terdapat pelajaran hidup yang berwujud nilai-nilai
pendidikan. Novel tidak dapat terlepas dari lingkungan sosial suatu masyarakat. Karena suatu peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam kalangan
masyarakat merupakan objek utama sebuah novel. Novel cenderung bersifat expands “meluas”. Novel juga
memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai tempat ruang tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika posisi manusia
dalam masyarakat menjadi pokok permasalahan yang selalu menarik perhatian para novelis. Masyarakat memiliki dimensi ruang dan waktu.
Sebuah masyarakat jelas berhubungan dengan dimensi tempat, tetapi peranan seseorang baca: tokoh dalam masyarakat berubah dan berkembang dalam
waktu Sayuti, 2000: 10-11. Novel adalah media penuangan pikiran, perasaan, dan gagasan penulis
dalam merespon kehidupan disekitarnya Nursisto, 2000: 167-168. Artinya, ketika menciptakan sebuah karya novel, pengarang menuangkan seluruh
gagasan yang ada dibenaknyauntuk tujuan tertentu. Novel dijadikan sebagai
sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau mengangkat peristiwa penting yang terjadi pada saat ini. Dalam kamus KBBI pengertian novel adalah
sebuah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dari
setiap pelaku. Menurut Sayuti 2014: 15, novel disajikan sebagai pengutaraan
persona ciptaan novelis. Tindakan-ujaran yang ditampilkan oleh persona tersebut pada hakikatnya sama dengan tindakan-ujaran yang ditampilkan oleh
karakter tokoh yang ada dalam novel. Kedua tipe tindakan-ujaran tersebut sama-sama disituasikan dalam dunia tekstual, dan keduanya dapat
dieksplikasi dengan analisis tekstual. Persona dan tokoh fiksional memerlukan level-level dunia-
kemungkinan yang berbeda-beda. Persona ciptaan novelisnya mungkin disituasikan dalam dunia-kemungkinan yang diciptakan novelis, sedangkan
tokoh atau karakter karya itu diproyeksikan dalam dunia-kemungkinan yang dipaparkan oleh sang persona. Semuanya termuat dalam dunia tekstual yang
dikonstruksi oleh novelis Sayuti, 2014: 15. Dari pengertian novel yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
bahwa novel adalah karya fiksi yang berwujud cerita rekaan yang panjang dan berbentuk prosa, di dalamnya menyuguhkan tokoh-tokoh dengan
serangkaian peristiwa sebagai gambaran nyata di atas panggung dunia, serta juga berisi seluruh gagasan yang ada dibenak pengarang yang dituangkan di
dalamnya untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan-tujuan itu merupakan gagasan
dari pengarang yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Dengan demikian, karya sastra tersebut termasuk dalam kajian teori pragmatik.
B. Pragmatik dalam Karya sastra
Karya sastra merupakan sarana untuk menyampaikan tujuan. Karya sastra yang baik haruslah yang memberikan manfaat bagi masyarakat seperti,
pendidikan ajaran moral, agama, politik, maupun fungsi sosial lainnya. Serta karya sastra sebagai sebuah produk seni yang bertujuan untuk mencapai
efek-efek tertentu kepada pembaca seperti efek kesenangan hiburan, estetika, dan pendidikan.
Menurut Shipley dalam Tarigan, 1984 : 194-196, suatu karya sastra pada umumnya memiliki lima nilai, yaitu 1 nilai hedonik, bila karya sastra
dapat memberikan kesenangan secara langsung, 2 nilai artistik, jika suatu karya sastra dapat memanifestasikan suatu seni atau keterampilan, 3 nilai
kultural, jika di dalam karya sastra mengandung suatu hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat atau suatu peradaban dan budaya, 4
nilai etis, moral, religius, bila di dalam karya sastra terpancar ajaran-ajaran yang ada sangkut pautnya dengan etika, moral, dan agama, dan 5 nilai
praktis, terdapat di dalam karya sastra yang mengandung hal-hal praktis yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pradopo dalam Wiyatmi, 2006: 85, pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan
tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama, maupun tujuan yang lain. Dalam