dari pengarang yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Dengan demikian, karya sastra tersebut termasuk dalam kajian teori pragmatik.
B. Pragmatik dalam Karya sastra
Karya sastra merupakan sarana untuk menyampaikan tujuan. Karya sastra yang baik haruslah yang memberikan manfaat bagi masyarakat seperti,
pendidikan ajaran moral, agama, politik, maupun fungsi sosial lainnya. Serta karya sastra sebagai sebuah produk seni yang bertujuan untuk mencapai
efek-efek tertentu kepada pembaca seperti efek kesenangan hiburan, estetika, dan pendidikan.
Menurut Shipley dalam Tarigan, 1984 : 194-196, suatu karya sastra pada umumnya memiliki lima nilai, yaitu 1 nilai hedonik, bila karya sastra
dapat memberikan kesenangan secara langsung, 2 nilai artistik, jika suatu karya sastra dapat memanifestasikan suatu seni atau keterampilan, 3 nilai
kultural, jika di dalam karya sastra mengandung suatu hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat atau suatu peradaban dan budaya, 4
nilai etis, moral, religius, bila di dalam karya sastra terpancar ajaran-ajaran yang ada sangkut pautnya dengan etika, moral, dan agama, dan 5 nilai
praktis, terdapat di dalam karya sastra yang mengandung hal-hal praktis yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pradopo dalam Wiyatmi, 2006: 85, pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan
tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama, maupun tujuan yang lain. Dalam
praktiknya pendekatan ini cenderung menilai karya sastra menurut keberhasilannya dalam mencapai tujuan tertentu bagi pembacanya.
Wiyatmi 2006: 86, berpendat pendekatan pragmatik mengkaji dan memahami karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan pendidikan
ajaran moral, agama maupun fungsinya sosial lainnya. Samakin banyak nilai pendidikan moral atau agama yang terdapat dalam karya sastra dan
berguna bagi pembacanya, maka tinggi nilai karya tersebut. Menurut Fananie 2000: 114, pendekatan pragmatik dalam telaah
sastra hasil akhirnya akan bergantung sepenuhnya kepada kemampuan pembaca, baik kemampuan kebahasaannya maupun kemampuan aspeknya
yang lain seperti aspek budaya, psikolog, filsafat, pendidikan, dan sebagainya. Karena pembaca sebagai penentu pemahaman karya sastra,
kebahasaan pembaca sangat menentukan. Teuww dalam Fananie, 2002: 113, pendekatan pragmatik adalah
pendekatan yang didasarkan pada pembaca. Keberhasilan satu karya sastra diukur dari pembacanya. Karya sastra yang berhasil adalah karya sastra yang
dianggap mampu memberikan “kesenangan” dan “nilai”. Walaupun dimensi pragmatik meliputi pengarang dan pembaca, pembacalah yang dominan.
Karena itu, proses komunikasi dan pemahaman karya sastra mempengaruhi dan ikut menentukan sikap pembaca terhadap karya sastra yang dihadapinya.
Pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peran pembaca. Pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang proses kreativitas
diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis. Pragmatik memiliki
manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat
dirasakan. Secara keseluruhan pendekatan pragmatik berfungsi untuk menopang teori resepsi, teori sastra yang memungkinkan pemahaman hakikat
karya tanpa batas Ratna, 2011: 71. Berbagai uraian dari kutipan-kutipan di atas, akan merujuk pada
bagaimana penyampaian persoalan itu merupakan pragmatis. Menurut Sayuti 2014: 5, studi pragmatis sastra dimungkinkan menjadi telaah yang
komprehensif karena dalam praktiknya melibatkan pemahaman budaya secara keseluruhan. Di samping itu, pada matriks keyakinan dan nilai, budaya
sebagai sistem konkret kehidupan mencakupi cara melaksanakan dan menanggapi keyakinan dan nilai tersebut. Pemahaman pragmatis bahasa
melibatkan pemahaman cara bertindak dan menanggapi. Dengan demikian, memahami bahasa teks sastra pada level pragmatis adalah memahami sistem
sastra yang di dalamnya bahasa sastrawi digunakan. Telaah sastra secara pragmatis adalah telaah terhadap hakikat sastra itu sendiri sebagai suatu cara
menuturkan kehidupan dan melalui bahasa pilihan kreatornya. Dapat dipahami bahwa pendekatan pragmatik merupakan pendekatan
yang dalam kajian khusus masih memerlukan teori-teori bantu yang lain untuk menentukan kajian yang dianggap penting oleh peneliti dan
menentukan suatu objek tertentu, begitu pula teori nilai-nilai pendidikan dalam perjalanannya tetap masih membutuhkan pendekatan pragmatik
sebagai suatu sudut pandang dalam menganalisis sebuah karya sastra, lebih