Faktor- Faktor yang mempengaruhi pendapatan petani Agroforestri

50 Rata-rata jumlah biaya produksi pada seluruh sub tipe agroforestri yang diteliti sejumlah Rp. 5.782.793 tahun. Total jumlah pendapatan bersih seluruh petani agrisilvikultur pertahun adalah Rp. 1.268.703.690.

G. Faktor- Faktor yang mempengaruhi pendapatan petani Agroforestri

Untuk meguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani Agroforestri di Hutan Kemasyarakatan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung KPHL Model Unit XIV Toba Samosir digunakan analisis regresi linier berganda. Dimana yang menjadi variabel bebas independent adalah luas lahan garapan X 1 , tingkat pendidikan X 2 , Umur Petani X 3 dan Jumlah tanggungan keluarga X 4 , sedangkan yang menjadi variabel terikat dependent adalah pendapatan petani agroforestri Y. Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani agroforestri di Hutan Kemasyarakatan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung KPHL Model Unit XIV Toba Samosir dapat dilihat pada Lampiran 3 Berdasarkan Lampiran 3 dapat diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 1.792E7 – 47210,122 – 93814,140 + 44541,131 + 1.717E6 Keterangan : Y : Pendapatan petani agroforestri RpBulan X 1 : Luas lahan garapan Rantai X 2 : Pendidikan Petani agroforestri X 3 : Umur Petani agroforestri tahun X 4 : Jumlah tanggungan keluarga Berdasarkan model persamaan di atas dapat dianalisis bahwa : Universitas Sumatera Utara 51 a. Apabila variabel bebas luas lahan garapan X 1 mengalami penurunan sebesar 1 rantai, maka akan terjadi penurunan pendapatan petani agroforestri sebesar Rp. 47.210,122 b. Apabila variabel bebas pendidikan petani X 2 mengalami penurunan sebesar 1 jenjang tingkat pendidikan, maka akan terjadi penurunan pendapatan petani agroforestri Rp. 93.814,140 c. Apabila variabel bebas umur petani agroforestri X 3 mengalami kenaikan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi kenaikan pendapatan petani agroforestri sebesar Rp. 44.541,131 Berdasarkan Lampiran 3 dapat diketahui R square bernilai 0.298, artinya semua variabel bebas yaitu Luas lahan garapan, Pendidikan Petani agroforestri, Umur Petani agroforestri, dan Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi variabel terikat sebesar 2,98 Berdasarkan Lampiran 3 secara serempak nilai p-value 0.017 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak keempat variabel tersebut Luas lahan garapan, Pendidikan Petani agroforestri, Umur Petani agroforestri, dan Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan petani agroforestri dengan tingkat kepercayaan 95 Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing masing varabel independent secara individual parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat dari p-value pada kolom sig. pada masing-masing independent, jika p-value lebih kecil dari level of significant yaitu 0,05 maka variabel dependent berpengaruh nyata terhadap varibel bebas. Pada penelitian ini peneliti melakukan analisis dengan melihat dari p-value untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing Universitas Sumatera Utara 52 variabel. Pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut : Variabel luas lahan garapan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani agroforestri, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95 yang ditunjukkan oleh nilai p-value X 1 0.544 0.05. Hal ini disebabkan pada lahan petani agroforestri belum memaksimalkan seluruh luas lahan garapannya. Variabel pendidikan petani agroforestri secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani agroforestri, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95 yang ditunjukkan oleh nilai p-value X 2 sebesar 0.888 0.05. Hal ini disebabkan karena tingkat prndidikan di 4 kelompok tani Hutan Kemasyarakatan tergolong rendah sehingga mempengaruhi pola pikir masyarakat masyarakat untuk mengadopsi ilmu pengetahuan khususnya di bagian praktek pertanian secara modern. Syafrudin 2003 menyatakan bahwa, pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Dengan demikian hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi pertanian adalah berjalan secara tidak langsung, kecuali bagi mereka yang belajar secara spesifik inovasi baru tersebut Variabel umur secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani agroforestri, jika diukur pada kepercayaan 95 yang ditunnjukkan oleh nilai p-value X 3 sebesar 0.352 0.05. variabel umur di 4 kelompok tani Hutan Kemasyarakatan tergolong pada umur produktif tua dan tidak mendorong dalam pengembangan usaha tani agroforestri di Hutan Kemasyarakatan. Faktor umur Universitas Sumatera Utara 53 biasanya lebih diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih tergolong usia produktif maka ada kecenderungan produktivitasnya tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Soekartawi 1995 bahwa, semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi. Di usia yang muda juga, mereka belum berpengalaman dalam soal adopsi inonasi tersebut. Variabel jumlah tanggungan secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani agroforestri, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95 yang ditunjukkan oleh nilai p-value X 4 sebesar 0.01 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak tanggungan keluarga semakin besar pula pendapatan yang diperoleh. Hal ini disebabkan karena pekerja yang menggarap lahan berasal dari anggota keluarga sendiri dan menguntungkan bagi mereka karena tidak mengeluarkan biaya pekerja untuk orang lain dan memaksimalkan pendapatan. Universitas Sumatera Utara 54

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sistem agroforestri di Hutan Kemasyarakatan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung KPHL Model Unit XIV Toba Samosir menggunakan Sub-Tipe Agrisilvikultur. 2. Sebaran sub-tipe lahan garapan terdapat di 3 desa yaitu di wilayah Desa Motung, Desa Pardamean sibisa dan Desa Sigapiton dengan Sub-Tipe Agrisilvikultur kombinasi pohon hutan, tanaman tahunan, tanaman sayuran dan kelompok pohontanaman buah AsPhTtTsPb yang mendominasi dan sangat memberi keuntungan dari kontribusi nilai ekonominya. 3. Total Kontribusi dari penggunaan lahan dengan sistem agroforestri Rp 1.268.703.690 per tahun.

B. Saran

Untuk usaha pengelolaan agroforestri di Hutan Kemasyarakatan sebaiknya petani menggunakan Sub-Tipe Agrisilvikultur kombinasi pohon hutan, tanaman tahunan, tanaman sayuran dan kelompok pohontanaman buah AsPhTtTsPb agar nilai ekonomi yang didapat maksimal dan perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kajian ekologi sistem agroforestri di Hutan Kemasyarakatan serta perlu dilakukannya peningkatan Sumber Daya Manusia SDM Petani dengan cara penyuluhan. Universitas Sumatera Utara