Kesehatan Paru Penyakit Paru

outsourcing. Hal-hal yang didelegasikan dalam outsourcing adalah suatu fungsi dan proses bisnis tertentu untuk disisipkan. Pada saat ini pelayanan yang sering dilakukan kerja sama operasional outsourcing adalah poliklinik gigi, laboratorium, radiologi, dan pelayanan medis lainnya, misalnya pelayanan jantung, pelayanan pasien orang asing, dan lain sebagainya. Dokter dan dokter gigi yang bekerja pada pelayanan yang dilakukan kerja sama operasional harus tetap sebagai staf medis rumah sakit dan dimasukkan ke dalam kelompok staf medis sesuai dengan jenis spesialisasi keahliannya dan sesuai dengan kelompok staf medis yang ada di rumah sakit tersebut. Dokter yang bekerja di pelayanan yang dilakukan kerja sama operasional outsourcing tersebut secara adminitrasi di bawah manajemen kerja sama operasional oursourcing namun secara profesi tetap di bawah komite medik. Proyek yang berjudul Rumah Sakit Paru ini merupakan kategori Rumah Sakit Khusus, karena hanya menangani pelayanan kesehatan di satu disiplin ilmu saja yaitu ilmu kesehatan Paru. II.2.1 Paru II.2.1.1 Pengertian Paru Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan respirasi dan berhubungan dengan sistem peredaran darah sirkulasi vertebrata yang bernapas dengan udara. Fungsinya adalah menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah. Prosesnya disebut pernapasan eksternal atau bernapas. Paru-paru juga mempunyai fungsi nonrespirasi. Istilah kedokteran yang berhubungan dengan paru-paru sering mulai di pulmo-, dari kata Latin pulmones untuk paru-paru.

II.2.1.2 Kesehatan Paru

Paru merupakan orga yang rentan terhadap penyakit dan yang menjdi jenis- jenis penyakit paru berdasarkan tipe-tipe penyakit paru maka dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Penyakit infeksi paru • Penyakit paru akut 1. Infeksi saluran pernapasan bawah 2. Bronchitis akut Universitas Sumatera Utara 3. Pnemoni Lobaris atau Pnemoni klasik 4. Abses Paru • Penyakit Paru kronis 1. Tuberculosis paru 2. Bronkiektasis 3. Bronchitis Kronis dan Penyakit Paru Obstruktif Menahun

II.2.1.3 Penyakit Paru

Di bawah ini akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai penyakit paru yang dialami oleh manusia ; a. TBC, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikobakterium Tuberkulosis. Gejala awal yang perlu diketahui : • Batuk-batuk selama lebih dari 2 minggu dengan disertai dahak • Kadang-kadang batuk darah • Nyeri dada • Sesak napas • Panas badan • Keringat malam • Kelelahan, badan mengurus • Nafsu makan menurun Komplikasi penyakit : • Batuk darah • Pleural Effusion • Pneunotorak • Radang selaput otak dan penyebaran kuman TBC ke orang lain Cara pencegahan : • Bila batuk segera segera berobat • Makanan bergizi • Penderita penyakit TBC bila batuk mulut ditutup dan membuang dahak harus ditempat khusus dan ditutup • Penderita penyakit TBC harus minum obat teratur dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus Universitas Sumatera Utara b. Infeksi Saluran Pernapasan Akut, merupakan radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik, bakteri, virus maupun Ricketsia, tanpadisertai radang parenchim paru. Gejala awal yang harus diketahui : • Pilek, nyeri tengorok, batuk-batuk dengan dahak kuningputih kental, nyeri dada kadang pada mata, panas badan, nyeri otot, lelah, nafsu makan menurun, kadang-kadang mual, muntah. Perawatan sebelum ke dokter : • Bila badan panas, kompres dan beri obat penurun panas. Selanjutnya penpenderita harus berobat ke Puskesmas,rumah sakit, atau ke dokter. Komplikasi penyakit : • Radang parencim paru • Empiena rongga selaput paru berisi nanah • Efusi pleura rongga selaput paru berisi cairan • Absles paru • Radang selaput jantung • Radang selaput otak • Artritis • Nefirtis radang pada ginjal Cara pencegahan : • Memperkuat kondisi badan dengan makanan bergizi, istirahat cukup, menghindari kontak dengan penderita ISPA • Penderita yang sakit harus berobat dan menghindari kontak dengan orang sehat c. Asma Bronkial merupakan penyakit paru yang disebabkan kepekaan dalam napas yang meningkat terhadap berbagai rangsangan. Rangsangan tersebut dapat berupa : • Rangsangan dari dalam : stress, emosi • Rangsangan dari luar dapat berupa : debu rumah, tungau, bulu binatang, polusi udara, perubahan cuaca, infeksi saluran napas, asap rokok, obat nyamuk, bahan kimia , dan lain sebagainya. Gejala awal yang perlu diketahui : • Serangan batuk dan sesak napas yang kumat-kumatan, kadang-kadang saat bernapas disertai bunyi. Universitas Sumatera Utara Komplikasi penyakit : • Status Asmatikus • Pneunotorak • Tersumbatnya saluran napas oleh dahak kental • kematian karena gagal napas Cara pencegahan : • Menghindari alergen atau pencetus serangan, sepertiu tersebut dalam penybab penyakit di atas. d. Penyakit-penyakit Pleura • Efusi pleura • Pnemotoraks e. Kanker Bronkuskanker paru • Kanker bronkuskanker paru f. Patogenesis dan Patologi yaitu merupakan pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara anatomik dibedakan tiga jenis emfisema diagram 2.1: • Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama • Emfisema panasinar panlobuler, melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak pada paru bagian bawah • Emfisema asinar distal paraseptal, lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas. Universitas Sumatera Utara Diagram 2.1 Konsep Patogenesis PPOK Sumber. httpwww.parujenis penyakit paruPPOK.com.februari 2011 Diagram 2.2 Perbedaan Patogenesis Asma Dan PPOK Sumber. httpwww.parujenis penyakit paruPPOK.com.februari 2011 Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat digram 2.2. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan: a. Gambaran klinis • Anamnesis 1. Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan 2. Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja 3. Riwayat penyakit emfisema pada keluarga 4. Terdapat faktor predisposisi pada masa bayianak, mis berat badan lahir rendah BBLR, infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara 5. Batuk berulang dengan atau tanpa dahak 6. Sesak dengan atau tanpa bunyi Universitas Sumatera Utara • Pemeriksaan fisis 1. PPOK dini umumnya tidak ada kelainan 2. Inspeksi, yaitu ;  Pursed - lips breathing mulut setengah terkatup mencucu  Barrel chest diameter antero - posterior dan transversal sebanding  Penggunaan otot bantu napas  Hipertropi otot bantu napas  Pelebaran sela iga  Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan edema tungkai Penampilan pink puffer atau blue bloater 3. Palpasi, pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar 4. Perkusi, pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah 5. Auskultasi  suara napas vesikuler normal, atau melemah  terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa  ekspirasi memanjang  bunyi jantung terdengar jauh 6. Pink puffer  Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed lips-breathing Blue bloater  Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer 7. Pursed - lips breathing, adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik. b. Pemeriksaan penunjang • Pemeriksaan rutin 1. Faal paru, spirometri VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1KVP Universitas Sumatera Utara  Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi dan atau VEP1KVP . Obstruksi : VEP1VEP1VEP1 pred 80 VEP1 VEP1KVP 75  VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.  Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupunkurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20 2. Uji bronkodilator  Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.  Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE 20 nilai awal dan 200 ml  Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil 3. Darah rutin Hb, Ht, leukosit 4. Radiologi, foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain, pada emfisema terlihat gambaran :  Hiperinflasi  Hiperlusen  Ruang retrosternal melebar  Diafragma mendatar Pada bronkitis kronik :  Normal  Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 kasus • Pemeriksaan khusus tidak rutin 1. Faal paru  Volume Residu VR, Kapasiti Residu Fungsional KRF, Kapasiti Paru Total KPT, VRKRF, VRKPT meningkat  DLCO menurun pada emfisema  Raw meningkat pada bronkitis kronik  Sgaw meningkat Universitas Sumatera Utara  Variabiliti Harian APE kurang dari 20 2. Uji latih kardiopulmoner  Sepeda statis ergocycle  Jentera treadmill  Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal 3. Uji provokasi bronkus, untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus derajat ringan 4. Uji coba kortikosteroid, menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral prednison atau metilprednisolon sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator 20 dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid 5. Analisis gas darah, terutama untuk menilai :  Gagal napas kronik stabil  Gagal napas akut pada gagal napas kronik 6. Radiologi  CT - Scan resolusi tinggi  Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos  Scan ventilasi perfusi, mengetahui fungsi respirasi paru 7. Elektrokardiografi, mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan. 8. Ekokardiografi menilai fungsi jantung kanan 9. Bakteriologi, pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia. 10. Kadar alfa-1 antitripsin, kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter emfisema pada usia muda, defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia. Universitas Sumatera Utara g. Kanker Paru Kanker paru sulit terdeteksi dan tanpa gejala pada tahap awal. Sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru melakukan reproduksi liar sehingga menyebabkan tumbuhnya tumor yang menghambat dan menghentikan fungsi paru-paru sebagaimana mestinya. Besarnya ukuran paru-paru menyebabkan kanker tumbuh bertahun-tahun tak terdeteksi dan tanpa gejala. penyakit ini baru bisa dideteksi setelah kanker mencapai stadium lanjut. Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru. Patogenesis kanker paru belum benar-benar dipahami. Sepertinya sel mukosal bronkial mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan kronis dari partikel yang terhirup dan melukai paru. Sebagai respon dari luka selular, proses reaksi dan radang akan berevolusi. Sel basal mukosal akan mengalami proliferasi dan terdiferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus. Sepertinya aktivitas metaplastik terjadi akibat pergantian lapisan epitelium kolumnar dengan epitelium skuamus, yang disertai dengan atipia selular dan peningkatan aktivitas mitotik yang berkembang menjadi displasia mukosal. Rentang waktu proses ini belum dapat dipastikan, hanya diperkirakan kurang lebih antara 10 hingga 20 tahun. Asal-usul sel penyebab kanker paru masih belum dapat dijelaskan. Selama ini berkembang dua buah teori, • Teori pleuripotential cell oleh Auerbach, yang menjelaskan penyimpangan yang terjadi pada proses diferensiasi sel punca menjadi sel-sel lain. • Teori sel kecil oleh Yesner, yang menjelaskan neoplasma sel kecil yang mengalami transformasi dan berevolusi menjadi sel kanker Namun diketahui bahwa terjadi mutasi genetik pada p73, p53 dan pRb, selain peran onkogen c-myb, c-myca, c-mycc, c-raf, L-myc, N-myc, K-rasa, c-fura, N-ras, H-ra, c-erbB1, c-fms, c-fes, c-rlf, c-erbB1, c-erbB2, c-sis, BCL1. Menurut WHO, kanker paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Kanker Paru Sumber. httpparukankerparu.com.februari.2011 • Jenis kanker paru-paru, Lebih dari 90 kanker paru berawal dari bronkus, hingga kanker ini disebut karsinoma bronkogenik, yang terdiri dari gambar 2.1: 1. Karsinoma sel skuamus, disebut squamous cell carcinoma dalam bahasa Inggris atau SCC, jenis kanker ini biasa terjadi di dalam saluran bronkus utama. Umumnya terjadi perkembangan keratin dan mutiara keratin. 2. Karsinoma sel kecil 3. Karsinoma sel besar, kanker ini memiliki tingkat kejadian sekitar 9. Tumor memiliki ciri sel berukuran besar dengan inti sel yang besar. Belum ditemukan diferensiasi grandular atau skuamus. 4. Adenokarsinoma paru, tercatat terjadi sekitar 30- 45 dan nampaknya akan terus mengalami peningkatan. Kasus adenokarsinoma paru biasanya terjadi pada organ paru dan lebih sering terjadi pada wanita daripada pada pria, dengan kecenderungan metastasis pada area awal di sekitar nodus limfa dan otak. Penderita adenokarsinoma paru biasanya memiliki riwayat penyakit paru interstitial kronis, seperti skleroderma, penyakit reumatoid, sarkoidosis, pneumonitis interstitial, tuberkolosis, infeksi paru berulang atau Universitas Sumatera Utara penyakit paru yang disertai nekrosis. Hal ini menyebabkan adenokarsinoma sering disebut scar carcinoma. 5. Adenokarsinoma bronkioalveolar, sebuah subtipe adenokarsinoma paru dengan tingkat kejadian sekitar 2 - 4 dari total kejadian kanker paru, sering dikaitkan dengan beberapa penyakit paru yang berakibat pada fibrosis paru, seperti pneumonia, fibrosis paru idiopatik, granulomata, asbestosis, alveolitis dengan fibrosis, skleroderma, dan penyakit Hodgkin. Tempat terjadinya kanker ini masih menjadi perdebatan, namun kemungkinan telah diperkecil antara populasi sel Clara atau pneumosit tipe II yang merambat sepanjang alveolar septa. Karsinoma sel alveolar berasal dari alveoli di dalam paru-paru. Kanker ini bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru. Tumor paru-paru yang lebih jarang terjadi adalah: 1. Adenoma bisa ganas atau jinak 2. Hamartoma kondromatous jinak 3. Sarkoma ganas Limfoma merupakan kanker dari sistem getah bening, yang bisa berasal dari paru- paru atau merupakan penyebaran dari organ lain. Banyak kanker yang berasal dari tempat lain menyebar ke paru-paru. Biasanya kanker ini berasal dari payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar, tulang dan kulit. Universitas Sumatera Utara • Penyebab utama Yang menjdi penyebab utama kanker paru dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Penyebab Utama Kanker Paru Sub-types of non-small cell lung cancer in smokers and never-smokers Histological sub-type Frequency of non- small cell lung cancers Smokers Never- smokers Squamous cell lung carcinoma 42 33 Adenocarcinoma Adenocarcinoma not otherwise specified 39 35 Bronchioloalveolar carcinoma 4 10 Carcinoid 7 16 Other 8 6 Sumber. httpparukankerparu.com.februari.2011 Merokok merupakan penyebab utama tabel 2.1 dari sekitar 90 kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70 pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil kanker paru-paru sekitar 10-15 pada pria dan 5 pada wanita yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang kanker paru terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar terjadi Universitas Sumatera Utara pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru- paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis. Penyebab-penyebab kanker paru adalah : 1. Merokok, risiko terkena penyakit makin besar seiring dengan banyaknya jumlah rokok yang diisap dan semakin mudanya usia awal merokok. 2. Mengisap asap rokok, perokok pasif juga rentan terkena kanker paru-paru meski kemungkinannya tidak sebesar perokok aktif. Di beberapa keluarga para perokok aktif dapat menjadi penyebar kanker paru karena hubungan genetika. 3. Masuknya zat-zat kimia seperti asbestos, uranium, chromium, dan nikel ke dalam tubuh. namun kasus ini jarang terjadi. Polusi udara juga dicurigai sebagai penyebab kanker paru namun masih sulit dibuktikan. • Gejala kanker paru Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah: 1. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat. 2. Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak. 3. Napas sesak dan pendek-pendek. 4. Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas. 5. Kelelahan kronis 6. Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas. 7. Suara serakparau. 8. Pembengkakan di wajah atau leher. Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu kentara, sehingga kebanyakan penderita kanker paru yang mencari bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut. Kasus-kasus stadium dini awal sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. • Diagnosis dan pengobatan Tes dengan menggunakan sinar X, bidang magnetis atau zat radioaktif untuk mendapatkan gambar bagian dalam tubuh dan mencari kanker paru-paru dan melihat penyebarannya. Beberapa prosedur yang dapat memudahkan diagnosa kanker paru antara lain adalah foto X-Ray, CT Scan Toraks, Biopsi Jarum Universitas Sumatera Utara Halus, Bronkoskopi, dan USG Abdomen. Pengobatan kanker paru dapat dilakukan dengan cara-cara seperti 1. Pembedahan dengan membuang satu bagain dari paru - kadang melebihi dari tempat ditemukannya tumor dan membuang semua kelenjar getah bening yang terkena kanker. 2. Radioterapi atau radiasi dengan sinar-X berintensitas tinggi untuk membunuh sel kanker. 3. Kemoterapi 4. Meminum obat oral dengan efek samping tertentu yang bertujuan untuk memperpanjang harapan hidup penderita. • Perawatan Pasien penderita kanker paru-paru biasanya dirawat tidak hanya dengan satu terapi tetapidengan menggunakan kombinasi dari berbagai terapi. 1. Bedah, yakni dengan mengangkat sel-sel kanker. 2. Radioterapi, teknik yang menggunakan sinar X dosis tinggi. Penyinaran ini dapat dilakukan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh dengan mendekatkan zat radioaktif pada tumor. 3. Kemoterapi, pengobatan dengan menggunakan obat keras yangd apat membunuh sel kanker namun juga dapat membunuh sel normal. 4. terapi Photodynamic, merupakan cara perawatan baru, sering digunakna dalam percobaan klinis. 5. Immunoterapi, penggunaan obat-obatan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar menyerang kanker dalam tubuh. 6. Terapi gen merupakan metode membasmi mutasi genetika yangmenjadi penyebab kanker. 7. Penggunaan obat. • Tingkatan 1. Stadium I Pertumbuhan kanker masih terbatas pada paru-paru dan dikelilingi oleh jaringan paru-paru Universitas Sumatera Utara 2. Stadium II Kanker telah menyebar dekat kelenjar getah bening 3. Stadium III Kanker telah menyebar keluar paru-paru 4. Stadium IIIa Kanker dapat dicabut dengan operasi bedah 5. Stadium IIIb Kanker tidak dapat dicabut dengan operasi bedah 6. Stadium IV Kanker telah menyebar dari tempat pertumbuhan awal ke bagian tubuh lainnya. Kondisi ini dinamai metastase Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab kematian utama kaum pria dan lebih dari 70 kasus kanker itu baru terdiagnosis pada stadium lanjut stadium IIIb atau IV sehingga hanya 5 penderita yang bisa bertahan hidup hingga 5 tahun setelah dinyatakan positif. Dari pengelompokan penyakit-penyakit paru tersebut di atas maka dapat di bentuk program ruang yang berdasarkan jenis-jenis penyakit paru diatas.

II.2.1.4 Diagnosis Banding