PENDAHULUAN DESKRIPSI PROYEK ELABORASI TEMA ANALISA PERANCANGAN KONSEP PERANCANGAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ELABORASI TEMA

I.10 Sistematika Pembahasan

Yang menjadi sistematika pembahasan perencanaan rumah sakit paru ini meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang kajian latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan, pendekatan,lingkup batasan, dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Berisi tentang pengertian Rumah Sakit Mata, lokasi, tinjauan fungsi dan studi banding terhadap Kasus Proyek sejenis yang lain.

BAB III ELABORASI TEMA

Berisi tentang kajian mengenai pengertian ,interpretasi dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding terhadap bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sama.

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

Berisi tentang kajian analisis terhadap lokasi dari tapak perancangan, potensi dan kondisi lingkungan, pemakai, dan aktivitasnya dan berisi tentang dasar-dasar pemrograman fasilitas yang direncanakan, meliputi kebutuhan ruang, besaran dan persyaratan ruang, hubungan antar ruang yang bersifat analisa.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisi konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan lingkungan kajian.

BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR

Berisi gambar-gambar desain dan foto maket hasil perancangan. DAFTAR PUSTAKA Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai bahan literatur dalam perencanaan ini. Universitas Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI PROYEK

II.1 Terminologi Judul

Proyek perencanaan rumah sakit paru ini akan di deskripsikan, pada bab ini secara pengertian hingga kepada lokasi yang direncanakan, yaitu : Judul Proyek : Rumah Sakit Paru Medan Pengertian Judul : a. Rumah Sakit, adalah • Rumah tempat merawat orang sakit • Sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. • Rumah tempat merawat orang sakit, tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan. • Tempat menyediakan pelayanan rawat inap dan rawat jalan. • Sebuah institusi atau badan yang menyediakan perawatan di bidang kesehatan dan pelayanan yang lain seperti melayani orang sakit atau orang luka. b. Paru, salah satu organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan. c. Medan, merupakan ibukota Sumatera Utara dimana Medan yang dimaksudkan adalah kotamadya Medan sebagai pusat aktivitas dan kehidupan masyarakat Sumatera Utara. Dari defenisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Rumah Sakit Paru Medan adalah, suatu sarana pelayanan atau kegiatan yang menyediakan berbagai aktifitas yang berkaitan dengan pengobatan dan perawatan kesehatan Paru, yang disertai pula dengan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan pelayanan tindakan medis yang berlokasi di kota Medan. Universitas Sumatera Utara

II.2 Tinjauan Teoritis

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 631MENKESSKIV2005 tanggal 25 April 2005, Rumah Sakit dibedakan dalam beberapa kategori sebagai berikut: a. RSU Pemerintah Kelas A RSU kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan sub spesialistik luas. Berdasarkan hal tersebut maka RSU Pemerintah kelas A minimal harus mempunyai kelompok staf medis sebagai berikut: kelompok staf medis penyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, bedah, kesehatan anak, telinga, hidung, dan tenggorokan, PARU, syaraf, jiwa, kulit dan kelamin, jantung, paru, radiologi, anesthesi, rehabilitasi medis, patologi klinis, patologi anatomi. Pembentukan kelompok staf medis dapat dilakukan berdasarkan spesialisasi keahlian atau dengan cara lain dengan pertimbangan khusus. b. RSU Pemerintah Kelas B dan RSU Swasta kelas Utama RSU Pemerintah kelas B dan RSU Swasta kelas Utama adalah rumah sakit umum yang menpunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas. Berdasarkan hal tersebut maka RSU Pemerintah kelas B atau RSU Swasta kelas Utama minimal harus mempunyai 11 sebelas kelompok staf medis yaitu kelompok staf medis penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, bedah, anesthesi, tenggorok, radiologi, patologi klinik, psikiatri neurologi, kulit dan kelamin, PARU, telinga, hidung dan tenggorokan. Pembentukan kelompok medis dapat dilakukan berdasarkan spesialisasi keahlian. c. RSU Pemerintah kelas C dan RSU Swasta kelas Madya. RSU pemerintah kelas C dan RSU Swasta kelas Madya adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar yang meliputi spesialis penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, dan bedah. Dengan adanya kemampuan, pelayanan medis spesialistik dasar tersebut maka kelompok staf medis yang harus dipunyai adalah 4 empat yaitu kelompok staf medis penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, dan bedah. Pembentukan kelompok medis dapat dilakukan berdasarkan spesialisasi keahlian. Universitas Sumatera Utara d. RSU Pemerintah kelas D atau RSU Swasta kelas Pratama RSU pemerintah kelas D dan RSU Swasta kelas pratama, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar. Karena itu jumlah dan jenis dokter spesialis sangat terbatas. Mengingat ketentuan kelompok staf medis minimal harus terdiri dari 2 dua kelompok staf medis yaitu kelompok staf medis bedah dan kelompok staf medis non bedah. e. Rumah Sakit Pendidikan RS pendidikan adalah rumah sakit umum pemerintah kelas A dan kelas B, rumah sakit khusus pemerintah dan rumah sakit umum swasta kelas utama yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medis oleh fakultas kedokteran. Tenaga dokter di RS pendidikan pada umumnya cukup banyak dari segi jumlah maupun jenis spesialisasi dan sub spesialisasi. Karena itu kelompok staf medis di RS pendidikan dapat terdiri dari kelompok staf medis dokter spesialis dan kelompok staf medis dokter sub spesialis sesuai kebutuhan. f. Rumah Sakit Khusus RS khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu. Mengacu hal tersebut, rumah sakit khusus berdasarkan disiplin ilmu wajib mempunyai kelompok staf medis minimal 2 dua yaitu kelompok staf medis sesuai dengan disiplin ilmu yang menjadi kekhususan rumah sakit dan kelompok staf medis lainnya yang merupakan penggabungan dari disiplin-disiplin ilmu. Sebagai contoh RS Bersalin maka minimal haru membentuk staf medis kebidanan dan kandungan dan kelompok staf medis lainnya. RS bersalin yang cukup besar dan mempunyai dokter sub spesialis maka pembentukan kelompok staf medis dapat terdiri dari kelompok staf medis kebidanan dan kandungan dan kelompok staf medis dokter sub spesialis. Sedangkan kelompok staf medis Khusus berdasarkan jenis penyakit tertentu misalnya RS Kanker, RS Kusta, maka pembentukan kelompok staf medis sesuai dengan jenis dan jumlah dokter spesialis yang ada di rumah sakit tersebut. Pembentukan kelompok staf medis dapat dengan mengelompkkan sesuai spesialisasi keahliannya. g. Rumah Sakit yang mempunyai kerja sama operasional pelayanan outsourching pelayanan. Kerja sama operasional outsourcing adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar perusahaan jasa Universitas Sumatera Utara outsourcing. Hal-hal yang didelegasikan dalam outsourcing adalah suatu fungsi dan proses bisnis tertentu untuk disisipkan. Pada saat ini pelayanan yang sering dilakukan kerja sama operasional outsourcing adalah poliklinik gigi, laboratorium, radiologi, dan pelayanan medis lainnya, misalnya pelayanan jantung, pelayanan pasien orang asing, dan lain sebagainya. Dokter dan dokter gigi yang bekerja pada pelayanan yang dilakukan kerja sama operasional harus tetap sebagai staf medis rumah sakit dan dimasukkan ke dalam kelompok staf medis sesuai dengan jenis spesialisasi keahliannya dan sesuai dengan kelompok staf medis yang ada di rumah sakit tersebut. Dokter yang bekerja di pelayanan yang dilakukan kerja sama operasional outsourcing tersebut secara adminitrasi di bawah manajemen kerja sama operasional oursourcing namun secara profesi tetap di bawah komite medik. Proyek yang berjudul Rumah Sakit Paru ini merupakan kategori Rumah Sakit Khusus, karena hanya menangani pelayanan kesehatan di satu disiplin ilmu saja yaitu ilmu kesehatan Paru. II.2.1 Paru II.2.1.1 Pengertian Paru Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan respirasi dan berhubungan dengan sistem peredaran darah sirkulasi vertebrata yang bernapas dengan udara. Fungsinya adalah menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah. Prosesnya disebut pernapasan eksternal atau bernapas. Paru-paru juga mempunyai fungsi nonrespirasi. Istilah kedokteran yang berhubungan dengan paru-paru sering mulai di pulmo-, dari kata Latin pulmones untuk paru-paru.

II.2.1.2 Kesehatan Paru

Paru merupakan orga yang rentan terhadap penyakit dan yang menjdi jenis- jenis penyakit paru berdasarkan tipe-tipe penyakit paru maka dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Penyakit infeksi paru • Penyakit paru akut 1. Infeksi saluran pernapasan bawah 2. Bronchitis akut Universitas Sumatera Utara 3. Pnemoni Lobaris atau Pnemoni klasik 4. Abses Paru • Penyakit Paru kronis 1. Tuberculosis paru 2. Bronkiektasis 3. Bronchitis Kronis dan Penyakit Paru Obstruktif Menahun

II.2.1.3 Penyakit Paru

Di bawah ini akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai penyakit paru yang dialami oleh manusia ; a. TBC, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikobakterium Tuberkulosis. Gejala awal yang perlu diketahui : • Batuk-batuk selama lebih dari 2 minggu dengan disertai dahak • Kadang-kadang batuk darah • Nyeri dada • Sesak napas • Panas badan • Keringat malam • Kelelahan, badan mengurus • Nafsu makan menurun Komplikasi penyakit : • Batuk darah • Pleural Effusion • Pneunotorak • Radang selaput otak dan penyebaran kuman TBC ke orang lain Cara pencegahan : • Bila batuk segera segera berobat • Makanan bergizi • Penderita penyakit TBC bila batuk mulut ditutup dan membuang dahak harus ditempat khusus dan ditutup • Penderita penyakit TBC harus minum obat teratur dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus Universitas Sumatera Utara b. Infeksi Saluran Pernapasan Akut, merupakan radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik, bakteri, virus maupun Ricketsia, tanpadisertai radang parenchim paru. Gejala awal yang harus diketahui : • Pilek, nyeri tengorok, batuk-batuk dengan dahak kuningputih kental, nyeri dada kadang pada mata, panas badan, nyeri otot, lelah, nafsu makan menurun, kadang-kadang mual, muntah. Perawatan sebelum ke dokter : • Bila badan panas, kompres dan beri obat penurun panas. Selanjutnya penpenderita harus berobat ke Puskesmas,rumah sakit, atau ke dokter. Komplikasi penyakit : • Radang parencim paru • Empiena rongga selaput paru berisi nanah • Efusi pleura rongga selaput paru berisi cairan • Absles paru • Radang selaput jantung • Radang selaput otak • Artritis • Nefirtis radang pada ginjal Cara pencegahan : • Memperkuat kondisi badan dengan makanan bergizi, istirahat cukup, menghindari kontak dengan penderita ISPA • Penderita yang sakit harus berobat dan menghindari kontak dengan orang sehat c. Asma Bronkial merupakan penyakit paru yang disebabkan kepekaan dalam napas yang meningkat terhadap berbagai rangsangan. Rangsangan tersebut dapat berupa : • Rangsangan dari dalam : stress, emosi • Rangsangan dari luar dapat berupa : debu rumah, tungau, bulu binatang, polusi udara, perubahan cuaca, infeksi saluran napas, asap rokok, obat nyamuk, bahan kimia , dan lain sebagainya. Gejala awal yang perlu diketahui : • Serangan batuk dan sesak napas yang kumat-kumatan, kadang-kadang saat bernapas disertai bunyi. Universitas Sumatera Utara Komplikasi penyakit : • Status Asmatikus • Pneunotorak • Tersumbatnya saluran napas oleh dahak kental • kematian karena gagal napas Cara pencegahan : • Menghindari alergen atau pencetus serangan, sepertiu tersebut dalam penybab penyakit di atas. d. Penyakit-penyakit Pleura • Efusi pleura • Pnemotoraks e. Kanker Bronkuskanker paru • Kanker bronkuskanker paru f. Patogenesis dan Patologi yaitu merupakan pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara anatomik dibedakan tiga jenis emfisema diagram 2.1: • Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama • Emfisema panasinar panlobuler, melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak pada paru bagian bawah • Emfisema asinar distal paraseptal, lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas. Universitas Sumatera Utara Diagram 2.1 Konsep Patogenesis PPOK Sumber. httpwww.parujenis penyakit paruPPOK.com.februari 2011 Diagram 2.2 Perbedaan Patogenesis Asma Dan PPOK Sumber. httpwww.parujenis penyakit paruPPOK.com.februari 2011 Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat digram 2.2. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan: a. Gambaran klinis • Anamnesis 1. Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan 2. Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja 3. Riwayat penyakit emfisema pada keluarga 4. Terdapat faktor predisposisi pada masa bayianak, mis berat badan lahir rendah BBLR, infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara 5. Batuk berulang dengan atau tanpa dahak 6. Sesak dengan atau tanpa bunyi Universitas Sumatera Utara • Pemeriksaan fisis 1. PPOK dini umumnya tidak ada kelainan 2. Inspeksi, yaitu ;  Pursed - lips breathing mulut setengah terkatup mencucu  Barrel chest diameter antero - posterior dan transversal sebanding  Penggunaan otot bantu napas  Hipertropi otot bantu napas  Pelebaran sela iga  Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan edema tungkai Penampilan pink puffer atau blue bloater 3. Palpasi, pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar 4. Perkusi, pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah 5. Auskultasi  suara napas vesikuler normal, atau melemah  terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa  ekspirasi memanjang  bunyi jantung terdengar jauh 6. Pink puffer  Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed lips-breathing Blue bloater  Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer 7. Pursed - lips breathing, adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik. b. Pemeriksaan penunjang • Pemeriksaan rutin 1. Faal paru, spirometri VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1KVP Universitas Sumatera Utara  Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi dan atau VEP1KVP . Obstruksi : VEP1VEP1VEP1 pred 80 VEP1 VEP1KVP 75  VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.  Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupunkurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20 2. Uji bronkodilator  Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.  Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE 20 nilai awal dan 200 ml  Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil 3. Darah rutin Hb, Ht, leukosit 4. Radiologi, foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain, pada emfisema terlihat gambaran :  Hiperinflasi  Hiperlusen  Ruang retrosternal melebar  Diafragma mendatar Pada bronkitis kronik :  Normal  Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 kasus • Pemeriksaan khusus tidak rutin 1. Faal paru  Volume Residu VR, Kapasiti Residu Fungsional KRF, Kapasiti Paru Total KPT, VRKRF, VRKPT meningkat  DLCO menurun pada emfisema  Raw meningkat pada bronkitis kronik  Sgaw meningkat Universitas Sumatera Utara  Variabiliti Harian APE kurang dari 20 2. Uji latih kardiopulmoner  Sepeda statis ergocycle  Jentera treadmill  Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal 3. Uji provokasi bronkus, untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus derajat ringan 4. Uji coba kortikosteroid, menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral prednison atau metilprednisolon sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator 20 dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid 5. Analisis gas darah, terutama untuk menilai :  Gagal napas kronik stabil  Gagal napas akut pada gagal napas kronik 6. Radiologi  CT - Scan resolusi tinggi  Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos  Scan ventilasi perfusi, mengetahui fungsi respirasi paru 7. Elektrokardiografi, mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan. 8. Ekokardiografi menilai fungsi jantung kanan 9. Bakteriologi, pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia. 10. Kadar alfa-1 antitripsin, kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter emfisema pada usia muda, defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia. Universitas Sumatera Utara g. Kanker Paru Kanker paru sulit terdeteksi dan tanpa gejala pada tahap awal. Sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru melakukan reproduksi liar sehingga menyebabkan tumbuhnya tumor yang menghambat dan menghentikan fungsi paru-paru sebagaimana mestinya. Besarnya ukuran paru-paru menyebabkan kanker tumbuh bertahun-tahun tak terdeteksi dan tanpa gejala. penyakit ini baru bisa dideteksi setelah kanker mencapai stadium lanjut. Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru. Patogenesis kanker paru belum benar-benar dipahami. Sepertinya sel mukosal bronkial mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan kronis dari partikel yang terhirup dan melukai paru. Sebagai respon dari luka selular, proses reaksi dan radang akan berevolusi. Sel basal mukosal akan mengalami proliferasi dan terdiferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus. Sepertinya aktivitas metaplastik terjadi akibat pergantian lapisan epitelium kolumnar dengan epitelium skuamus, yang disertai dengan atipia selular dan peningkatan aktivitas mitotik yang berkembang menjadi displasia mukosal. Rentang waktu proses ini belum dapat dipastikan, hanya diperkirakan kurang lebih antara 10 hingga 20 tahun. Asal-usul sel penyebab kanker paru masih belum dapat dijelaskan. Selama ini berkembang dua buah teori, • Teori pleuripotential cell oleh Auerbach, yang menjelaskan penyimpangan yang terjadi pada proses diferensiasi sel punca menjadi sel-sel lain. • Teori sel kecil oleh Yesner, yang menjelaskan neoplasma sel kecil yang mengalami transformasi dan berevolusi menjadi sel kanker Namun diketahui bahwa terjadi mutasi genetik pada p73, p53 dan pRb, selain peran onkogen c-myb, c-myca, c-mycc, c-raf, L-myc, N-myc, K-rasa, c-fura, N-ras, H-ra, c-erbB1, c-fms, c-fes, c-rlf, c-erbB1, c-erbB2, c-sis, BCL1. Menurut WHO, kanker paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Kanker Paru Sumber. httpparukankerparu.com.februari.2011 • Jenis kanker paru-paru, Lebih dari 90 kanker paru berawal dari bronkus, hingga kanker ini disebut karsinoma bronkogenik, yang terdiri dari gambar 2.1: 1. Karsinoma sel skuamus, disebut squamous cell carcinoma dalam bahasa Inggris atau SCC, jenis kanker ini biasa terjadi di dalam saluran bronkus utama. Umumnya terjadi perkembangan keratin dan mutiara keratin. 2. Karsinoma sel kecil 3. Karsinoma sel besar, kanker ini memiliki tingkat kejadian sekitar 9. Tumor memiliki ciri sel berukuran besar dengan inti sel yang besar. Belum ditemukan diferensiasi grandular atau skuamus. 4. Adenokarsinoma paru, tercatat terjadi sekitar 30- 45 dan nampaknya akan terus mengalami peningkatan. Kasus adenokarsinoma paru biasanya terjadi pada organ paru dan lebih sering terjadi pada wanita daripada pada pria, dengan kecenderungan metastasis pada area awal di sekitar nodus limfa dan otak. Penderita adenokarsinoma paru biasanya memiliki riwayat penyakit paru interstitial kronis, seperti skleroderma, penyakit reumatoid, sarkoidosis, pneumonitis interstitial, tuberkolosis, infeksi paru berulang atau Universitas Sumatera Utara penyakit paru yang disertai nekrosis. Hal ini menyebabkan adenokarsinoma sering disebut scar carcinoma. 5. Adenokarsinoma bronkioalveolar, sebuah subtipe adenokarsinoma paru dengan tingkat kejadian sekitar 2 - 4 dari total kejadian kanker paru, sering dikaitkan dengan beberapa penyakit paru yang berakibat pada fibrosis paru, seperti pneumonia, fibrosis paru idiopatik, granulomata, asbestosis, alveolitis dengan fibrosis, skleroderma, dan penyakit Hodgkin. Tempat terjadinya kanker ini masih menjadi perdebatan, namun kemungkinan telah diperkecil antara populasi sel Clara atau pneumosit tipe II yang merambat sepanjang alveolar septa. Karsinoma sel alveolar berasal dari alveoli di dalam paru-paru. Kanker ini bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru. Tumor paru-paru yang lebih jarang terjadi adalah: 1. Adenoma bisa ganas atau jinak 2. Hamartoma kondromatous jinak 3. Sarkoma ganas Limfoma merupakan kanker dari sistem getah bening, yang bisa berasal dari paru- paru atau merupakan penyebaran dari organ lain. Banyak kanker yang berasal dari tempat lain menyebar ke paru-paru. Biasanya kanker ini berasal dari payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar, tulang dan kulit. Universitas Sumatera Utara • Penyebab utama Yang menjdi penyebab utama kanker paru dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Penyebab Utama Kanker Paru Sub-types of non-small cell lung cancer in smokers and never-smokers Histological sub-type Frequency of non- small cell lung cancers Smokers Never- smokers Squamous cell lung carcinoma 42 33 Adenocarcinoma Adenocarcinoma not otherwise specified 39 35 Bronchioloalveolar carcinoma 4 10 Carcinoid 7 16 Other 8 6 Sumber. httpparukankerparu.com.februari.2011 Merokok merupakan penyebab utama tabel 2.1 dari sekitar 90 kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70 pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil kanker paru-paru sekitar 10-15 pada pria dan 5 pada wanita yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang kanker paru terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar terjadi Universitas Sumatera Utara pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru- paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis. Penyebab-penyebab kanker paru adalah : 1. Merokok, risiko terkena penyakit makin besar seiring dengan banyaknya jumlah rokok yang diisap dan semakin mudanya usia awal merokok. 2. Mengisap asap rokok, perokok pasif juga rentan terkena kanker paru-paru meski kemungkinannya tidak sebesar perokok aktif. Di beberapa keluarga para perokok aktif dapat menjadi penyebar kanker paru karena hubungan genetika. 3. Masuknya zat-zat kimia seperti asbestos, uranium, chromium, dan nikel ke dalam tubuh. namun kasus ini jarang terjadi. Polusi udara juga dicurigai sebagai penyebab kanker paru namun masih sulit dibuktikan. • Gejala kanker paru Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah: 1. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat. 2. Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak. 3. Napas sesak dan pendek-pendek. 4. Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas. 5. Kelelahan kronis 6. Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas. 7. Suara serakparau. 8. Pembengkakan di wajah atau leher. Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu kentara, sehingga kebanyakan penderita kanker paru yang mencari bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut. Kasus-kasus stadium dini awal sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. • Diagnosis dan pengobatan Tes dengan menggunakan sinar X, bidang magnetis atau zat radioaktif untuk mendapatkan gambar bagian dalam tubuh dan mencari kanker paru-paru dan melihat penyebarannya. Beberapa prosedur yang dapat memudahkan diagnosa kanker paru antara lain adalah foto X-Ray, CT Scan Toraks, Biopsi Jarum Universitas Sumatera Utara Halus, Bronkoskopi, dan USG Abdomen. Pengobatan kanker paru dapat dilakukan dengan cara-cara seperti 1. Pembedahan dengan membuang satu bagain dari paru - kadang melebihi dari tempat ditemukannya tumor dan membuang semua kelenjar getah bening yang terkena kanker. 2. Radioterapi atau radiasi dengan sinar-X berintensitas tinggi untuk membunuh sel kanker. 3. Kemoterapi 4. Meminum obat oral dengan efek samping tertentu yang bertujuan untuk memperpanjang harapan hidup penderita. • Perawatan Pasien penderita kanker paru-paru biasanya dirawat tidak hanya dengan satu terapi tetapidengan menggunakan kombinasi dari berbagai terapi. 1. Bedah, yakni dengan mengangkat sel-sel kanker. 2. Radioterapi, teknik yang menggunakan sinar X dosis tinggi. Penyinaran ini dapat dilakukan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh dengan mendekatkan zat radioaktif pada tumor. 3. Kemoterapi, pengobatan dengan menggunakan obat keras yangd apat membunuh sel kanker namun juga dapat membunuh sel normal. 4. terapi Photodynamic, merupakan cara perawatan baru, sering digunakna dalam percobaan klinis. 5. Immunoterapi, penggunaan obat-obatan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar menyerang kanker dalam tubuh. 6. Terapi gen merupakan metode membasmi mutasi genetika yangmenjadi penyebab kanker. 7. Penggunaan obat. • Tingkatan 1. Stadium I Pertumbuhan kanker masih terbatas pada paru-paru dan dikelilingi oleh jaringan paru-paru Universitas Sumatera Utara 2. Stadium II Kanker telah menyebar dekat kelenjar getah bening 3. Stadium III Kanker telah menyebar keluar paru-paru 4. Stadium IIIa Kanker dapat dicabut dengan operasi bedah 5. Stadium IIIb Kanker tidak dapat dicabut dengan operasi bedah 6. Stadium IV Kanker telah menyebar dari tempat pertumbuhan awal ke bagian tubuh lainnya. Kondisi ini dinamai metastase Di Indonesia, kanker paru menjadi penyebab kematian utama kaum pria dan lebih dari 70 kasus kanker itu baru terdiagnosis pada stadium lanjut stadium IIIb atau IV sehingga hanya 5 penderita yang bisa bertahan hidup hingga 5 tahun setelah dinyatakan positif. Dari pengelompokan penyakit-penyakit paru tersebut di atas maka dapat di bentuk program ruang yang berdasarkan jenis-jenis penyakit paru diatas.

II.2.1.4 Diagnosis Banding

Di bawah ini akan dijadikan diagnosis banding antara satu penyakit paru dengan penyakit paru lainnya seperti yang di bawah ini a. Asma • SOPT Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis dengan lesi paru yang minimal. • Pneumotoraks b. Gagal jantung kronik • Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed lung. Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya berbed tabel 2.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Perbedaan asma, PPOK dan SOPT Sumber. httpparukankerparu.com.februari.2011

II.2.1.5 Klasifikasi

Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh sebab itu perlu diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa diprediksi dengan VEP tabel 2.3. Tabel 2.3 Klasifikasi Penyakit Paru Universitas Sumatera Utara Sumber. httpparukankerparu.com.februari.2011

II.2.1.6 Faktor Risiko Penyebab Penyakit Paru

Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan : a. Riwayat merokok • Perokok aktif • Perokok pasif • Bekas perokok b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman IB, yaitu perkalian jumlah rata- rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun : • Ringan : 0-200 • Sedang : 200-600 • Berat : 600 c. Polusi udara di lingkungan dan tempat kerja d. Hipereaktiviti bronkus e. Infeksi saluran napas bawah berulang f. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia

II.2.1.7 Persentase Penderita Penyakit Paru

Penyakit paru merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya, dan persentasenya juga tinggi, dibawah ini adalah persentase penderita penyakit paru. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.4 Pola 10 Besar Penyakit Terbanyak pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Indonesia Tahun 2009 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009 Tabel 2.4 di atas menunjukkan jumlah pasien rawat jalan yang terbesar, dan didapat bahwa penyakit infeksi saluran pernafasan bagian penyakit Paru menjadi penyakit yang paling besar jumlah pasiennya. Tabel 2.5 Pola 10 Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Di Indonesia Tahun 2009 Universitas Sumatera Utara Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009 Table 2.5 di atas menunjukkan jumlah pasien rawat inap, dan didapat bahwa penyakit infeksi saluran pernafasan bagian penyakit Paru dan pneomia memiliki jumlah pasien yang cukup tinggi. Diagram 2.3 Penemuan Penyakit Paru Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009 Diagram 2.3 diatas menunjukkan jumlah penemuan penyakit paru di setiap provinsi, Sumatera Utara sendiri termasuk 10 besar di Indonesia yang pendeteksian penyakit baru terbesar. Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010. Dan terkhusus untuk penyakit tuberculosis sendiri didapatkan persentase : Universitas Sumatera Utara Diagram 2.4 Penemuan Penyakit Tuberkolosis Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009 Untuk penemuan pendeteksian penyakit pneumonia sendiri masih rendah, dan mengalami penurunan, seperti yang terlihat di grafik 2.5 : Diagram 2.5 PenemuanPendeteksian Pneumonia Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009 Tabel 2.6 Penemuan Penyakit Paru : Jenis Penyakit 2006 2007 2008 2009 TBC 20.169 20.169 20.868 21.197 Pnenomia 41.357 27.739 19.082 28.176 Universitas Sumatera Utara Sumber : BPS, Analisis Masyarakat Yang Merokok, 2010 Diagram 2.6 Persentase Perokok Kelompok Umur 10-65 Sumber : BPS, Analisis Masyarakat Yang Merokok, 2010 Dari data yang diperoleh diagram 2.6, persentase penduduk yang merokok setiap hari cukup tinggi pada rentang usia produktif 25-64 yaitu dengan rentang 29 samapai 32, disamping itu hampir separuh dari jumlah masyarakat berjenis kelamin laki-laki 45,8 yang merokok setiuap hari.dan menurut tingkat pendidikan paling banyak oleh penduduk yang tamat SLTA. Dan kondisi untuk peningkatan jumlah perokok dapat terus meningkatr, menyebaabkan semakin besar jumlah perokok berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang dapat terkena penyakit paru. II.2.2 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru II.2.2.1 Definisi Rumah Sakit Paru Rumah Sakit Paru sebagai penyelenggara fasilitas kesehatan, ikut serta dalam kegiatan lima misi rumah sakit yang terprogram dalam Sistem Kesehatan Nasional SKN, 1982 yang mencakup semua segi perlindungan kesehatan dalam tahap sebagai berikut: a. Kuratif, yaitu pengenalan diagnosis dan pengobatan terapi penyakit dari bentuk yang sederhana sampai yang rumit. Dalam hal ini adalah penyakit paru. b. Rehabilitasi medis, yaitu pemulihan untuk secepatnya mengembalikan orang sakit dalam rantai produksi sesuai dengan kemampuannya. c. Preventif, yaitu tindakan untuk pencegahan penyakit. d. Promotif, yaitu pembinaan kesehatan dan peningkatan pengetahuan dari sikap hidup sehat seluruh warga serta pemeliharaan lingkungan yang sehat. e. Edukatif, merupakan suatu kegiatan dalam bagian pendidikan yakni untuk perokok dari umr 10-65 tahun MEROKOK KADANG KADANG MEROKOK MANTAN MEROKOK BUKAN PEROKOK Universitas Sumatera Utara menghasilkan tenaga medis dan para medis. Selain itu Rumah Sakit Paru juga memiliki fasilitas penunjang, yaitu fasilitas penelitian yang berkaitan dengan penyakit paru dan masalah lain yang berhubungan dengan paru. Dari hal-hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peranan Rumah Sakit Paru antara lain: a. Sebagai media tempat berobat bagi orang yang menderita penyakit atau gangguan terhadsap fungsi kera paru. b. Sebagai media tempat orang mencari informasi tentang seluk-beluk PARU dan kelainan atau penyakitnya, c. Sebagai wadah untuk mengkoordinir kegiatan-kegiatan sosial yakni penyuluhan kesehatan paru. d. Menambah variasi fasilitas kesehatan yang ada di Sumatera Utara. e. Sebagai wadah untuk melakukan kegiatan penelitian.

II.2.2.2 Tujuan dan Tugas Rumah Sakit Paru

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1173MENKESPERX2002: a. Penyelenggaraan Rumah Sakit Paru bertujuan menyediakan sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan, pendidikan, penelitian di bidang kesehatan PARU dari tingkat dasar sampai spesialistik sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan IPTEK Kedokteran dan Spesialis Paru, serta menjadi sarana upaya rujukan. b. Tugas Rumah Sakit Paru adalah melaksanakan pelayanan kesehatan Paru dengan mengutamakan kegiatan pengobatan dan pemulihan pasien yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

II.2.2.3 Kewajiban Rumah Sakit Paru

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1173MENKESPERX2002, setiap Rumah Sakit Paru dalam memberikan pelayanan mempunyai kewajiban : a. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit Paru dan Universitas Sumatera Utara standar spesialis paru yang ditetapkan. b. Memberikan pertolongan pertama kepada pasien gawat darurat tanpa memungut biaya pelayanan terlebih dahulu. c. Menyelenggarakan pelayanan selama 24 jam. d. Melaksanakan fungsi rujukan.

II.2.3 Faktor- Faktor Pengadaan Rumah Sakit Paru

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengadaan rumah sakit paru yaitu: a. Kesadaran masyarakat mengenai penyakit semakin baik, terutama dalam penyakit paru. b. Degenerasi penyakit. c. Kemajuan teknologi. d. Pertambahan penduduk.

II.2.4 Perencanaan Rumah Sakit Paru

Dalam merencanakan sebuah rumah sakit paru, persyaratan khusus untuk ruang menggunakan perencanaan untuk rumah sakit pada umumnya. Perbedaannya terletak pada tersedianya satu zona yang menyediakan fasilitas pengobatan dan pemeriksaan khusus penyakit paru.

II.3 Lokasi

II.3.1 Deskripsi Proyek

Proyek yang berjudul Rumah Sakit Paru Medan ini merupakan proyek yang berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan paru serta merupakan pusat rujukan, pendidikan, dan penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka Rumah Sakit Paru adalah suatu banguan atau kelompok bangunan yang merupakan pusat pelayanan kesehatan paru yang tidak hanya berfungsi melayani pengobatan masalah kesehatan paru juga melayani pencegahan timbulnya penyakit paru dengan mengadakan kegiatan pengajaran dan penyuluhan pada masyarakat mengenai masalah kesehatan paru dengan tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat Sumatera Utara terhadap pelayanan kesehatan paru dan menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat dari segi kesehatan. Universitas Sumatera Utara

II.3.2 Tinjauan Pemilihan Kota Medan

Pemilihan lokasi kota Medan untuk Rumah Sakit paru ini berdasarkan sebagai berikut: a. Medan merupakan kota metropolitan, kota terbesar ke-3 di Indonesia, dan ibukota Propinsi Sumatera Utara, sehingga menjadikannya sebagai pusat kegiatan di Sumatera Utara. b. Adanya transportasi darat yang baik menuju kota Medan. c. Tingkat ekonomi dan sosial budaya yang cukup tinggi.

II.3.3 Kriteria Pemilihan Lokasi

Sebagai sebuah bangunan publik, pendidikan, dan kesehatan untuk semua lapisan masyarakat, hal pertama yang harus dilakuakn ialah memilih lokasi yang mendukung keberadaan Rumah Sakit Paru beserta fasilitas pendukungnya tersebut, yaitu : a. Lokasi merupakan daerah wilayah pengembangan b. Dekat dengan kawasan urban kota sebagai acuan untuk sasaran pengunjung yang diperkirakan akan menjadi pengunjung utama untuk bangunan ini. c. Tidak berada pada kawasan perindustrian Kriteria lokasi pendirian rumah sakit Paru juga haruslah mendukung akan fungsi bangunan tersebut. Berikut syarat-syarat fisik rumah sakit paru-paru : a. Untuk menciptakan suasana tenang maka letak rumah sakit Paru-paru di daerah yang bebas polusi dan jauh dari daerah industri. b. Banyak pepohonan yang baik berfungsi sebagai penyedia oksigen alami. c. Rumah sakit Paru-paru cocok berada di daerah yang panas dengan suhu ± 32.5ºC banyak sinar matahari guna menekan perkembangan virus TBC yang merupakan penyakit terbesar paru-paru. d. Kelembaban udara 20 - 90 e. Memiliki pemandanganpanorama yang indah f. Kecepatan angin 10 ms - 100 ms Universitas Sumatera Utara g. Dengan kemajuan pengobatan dan teknologi medis sampai saat ini lokasi rumah sakit paru-paru sangat dimungkinkan untuk berada di tengah kota dengan syarat memiliki pengondisian udara yang baik Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2009 berkisar antara 20,8º C – 24,4º C dan suhu maksimum berkisar antara 33,5º C – 36,5º C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 21,00º C – 23,6º C dan suhu maksimum berkisar antara 32,6ºC – 34,2º C. Selanjutnya mengenai kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 76 - 83 . Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,73 msec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 115,48 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2009 per bulan 45 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 182 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 228,6 mm medan dalam angka. Dari data diatas, kota Medan dapat dijadikan lokasi yang cocok untuk didirikannya rumah sakit khusus paru. Dalam pemilihan lokasi untuk Rumah Sakit paru perlu pula diperhatikan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan RUTRK. Penentuan lokasi harus sesuai dengan kebijakan pemerintah terhadap peruntukan lahan kota. Berdasarkan RUTRK, wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dikelompokkan ke dalam 5 Wilayah Pengembangan Pembangunan WPP, yaitu seperti yang terlihat pada tabel 2.7 : Tabel 2.7 Peruntukan Lahan Untuk WPP Kotamadya Medan W P P Cakupan Kecamatan Pusat Pengembangan Sasaran Peruntukan A 1.Kecamatan Medan Belawan 2. Kecamatan Medan Marelan 3. Kecamatan Medan Belawan Pelabuhan, industri, permukiman, rekreasi, maritim, usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septic Universitas Sumatera Utara Labuhan tank, pendidikan B 1. Kecamatan Medan Deli Tanjung Mulia Kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, permukiman, pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah dan sarana pendidikan. C 1. Kecamatan Medan Timur 2. Kecamatan Medan Perjuangan 3. Kecamatan Medan Tembung 4. Kecamatan Medan Area 5 Kecamatan Medan Denai 6. Kecamatan Medan Amplas Aksara Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septic tank, sarana pendidikan, dan kesehatan. D 1. Kecamatan Medan Johor 2. Kecamatan Medan Baru 3. Kecamatan Medan Kota Inti kota Kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor, permukiman dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanent, penanganan sampah dan sarana pendidikan. Universitas Sumatera Utara 4. Kecamatan Medan Maimoon 5. Kecamatan Medan Polonia E 1. Kecamatan Medan Barat 2. Kecamatan Medan Helvetia 3. Kecamatan Medan Petisah 4. Kecamatan Medan Sunggal 5. Kecamatan Medan Selayang 6. Kecamatan Medan Tuntungan Sei Sikambing Kawasan permukiman, perdagangan, rekreasi, program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana pendidikan dan kesehatan. Sumber : RUTRK Medan Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam RUTRK diatas, maka WPP yang tepat untuk membangun Rumah Sakit Paru adalah pada WPP C dan E, yaitu untuk peruntukan wilayah sarana kesehatan. Dan pada tabel 2.8, kriteria pemilihan lokasi yang baik untuk rumah sakit paru ini. Tabel 2.8 Kriteria Lahan Untuk Menentukan Lokasi No. Kriteria Lokasi 1. Tinjauan terhadap Berada di kawasan pusat dengan kepadatan Universitas Sumatera Utara struktur kota sedang. Berada pada kawasan dengan popularitas dan citra kawasan yang baik. 2. Wilayah Pengembangan Berada di WPP yang sesuai dan merupakan termasuk dalam wilayah pengembangan kota Medan. 3. Lingkungan Terletak di antara fungsi-fungsi lain yang menunjang aktivitas pada bangunan. Dekat dengan sarana pendidikan, perdagangan, permukiman, serta rekreasi. 4. Pencapaian atau aksesibilitas Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik angkutan umum ,pribadi mapun pribadi. 5. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan seperti fasilitas pelayanan kesehatan lainnya Berada di titik tengah antara beberapa rumah sakit umum pemerintah maupun swasta, untuk menunjang fungsinya sebagai rumah sakit rujukan rumah sakit dan klinik PARU. 6. Utilitas kota lingkungan Dekat dengan jaringan utilitas yang memadai sebagai pendukung dalam lokasi site listrik, air, telefon, drainase, dll 7. Status kepemilikian Ada status hak milik 8. Nilai lahan Sebaiknya nilai lahan diusahakan seminimum mungkin Universitas Sumatera Utara 9. Orientasi Orientasi bangunan sebaiknya dapat mengurangi cahaya yang masuk kedalam bangunan 10. View Adanya view yang bagus baik dari dalam site maupun dari luar site. 11. Ukuran lahan Harus mencukupi untuk program fungsional dan fasilitas-fasilitas yang direncanakan. 1 Ha 12. Kontur tapak topografi Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan perencanaan bangunan. Sumber : Time-Saver Standard for Building Types dan hasil olah data

II.3.4 Analisis Pemilihan Lokasi

Berdasarkan kriteria diatas, maka diputuskan memilih 3 alternatif lokasi yang sesuai untuk proyek Rumah Sakit Paru Medan, yaitu : a. Lokasi 1 : Jln. Perintis Kemerdekaan b. Lokasi 2 : Jln. William Iskandar c. Lokasi 3 : Jln. Pasar 2, Tanjung Sari

II.3.4.1 Alternatif Lokasi

Di bawah ini merupakan alternatif lokasi yang akan dianalisis sesuai dengan kriteria lokasi perencanaan rumah sakit paru. a. Alternatif 1 gambar 2.2 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Peta lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan Sumber : Google Map • Berada di persimpangan Jl.Perintis kemerdekaan dengan Jl. Gaharu • Kecamatan Medan Timur • Wilayah WPP C Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septictank, sarana pendidikan, dan kesehatan. Kelebihan: • Berada pada jalan arteri primer, yaitu Jl. Perintis Kemerdekaan • Berada di pusat kota • Pencapaian mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site • Dekat dengan stasiun kereta api • Memiliki utilitas yang baik • Berdekatan dengan hotel JW Marriot, stasiun TVRI, Deli Plaza, dan Lapangan Merdeka. Kekurangan : • Dekat dengan jalur kereta api, sehingga bising. • Sering terjadi kemacetan • Nilai lahan tinggi b. Alternatif 2 gambar 2.3 Gambar 2.3 Peta Lokasi Jl. William Iskandar Universitas Sumatera Utara Sumber : Peta Kota Medan • Berada di jalan William Iskandar • Kecamatan Medan Perjuangan • Wilayah WPP C • Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septictank, sarana pendidikan dan kesehatan Kelebihan: • Berada pada jalan William Iskandar • Berada di pinggir kota • Pencapaian cukup mudah karena tersedia angkutan umum yang melewati site • Memiliki utilitas yang baik • Berdekatan dengan pemukiman, RS Haji, sarana pendidikan. Kekurangan : • Kurangnya fasilitas hotel • Jauh dari stasiun KA medan c. Alternatif 3 gambar 2.4 Gambar 2.4 Peta Lokasi Jl. Pasar 2 Tanjung Sari Sumber : Peta Kota Medan • Berada di Jl. Pasar 2, tanjung sari • Kecamatan Medan Selayang • Wilayah WPP E • Kawasan permukiman, perdagangan, rekreasi, program kegiatan sambungan air Universitas Sumatera Utara minum, septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana pendidikan dan kesehatan. Kelebihan: • Berada di pinggir kota • Memiliki utilitas yang baik • Berdekatan dengan RS Methodist, permukiman. Kekurangan : • Aksesbilitas menggunakan kendaraan pribadi. • Fasilitas komersil tidak tersedia. II.3.4.2. Penilaian Alternatif Lokasi Berikut pada tabel 2.9 akan di jelaskan perbandingan antara lokasi alternative yang ada. Tabel 2.9 Perbandingan Lokasi Alternatif Lokasi Parameter Kriteria Lokasi 1 Jl.Perintis Kemerdekaan Lokasi 2 Jl.William Iskandar Lokasi 3 Jl. Pasar 2 Tanjung Sari Universitas Sumatera Utara Struktur kota Sesuai dengan RUTRK Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septic tank, sarana pendidikan, dan kesehatan. 3 Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septic tank, sarana pendidikan, dan kesehatan. 3 Kawasan permukiman, perdagangan, rekreasi, program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana pendidikan dan kesehatan. 3 Lokasi terhadap fungsi sekitar yang menduku ng Berada di daerah pendidikan, perumahan, kesehatan dan perdagangan. 3 Berada di daerah perumahan, pertokoan, kesehatan dan perkantoran. 3 Berada di daerah perumahan, kesehatan.3 Citra lingkung an Baik 3 Baik 3 Baik 3 Wilayah pengemb angan WPP C WPP C WPP E Pencapaian Akses kendaraa Dapat dialalui oleh kendaraan Dapat dialalui oleh kendaraan Dapat dialalui oleh kendaraan Universitas Sumatera Utara n pribadi pribadi 3 pribadi 3 pribadi 3 Akses kendaraa n umum Banyak 3 Banyak 3 Tidak ada Akses pejalan kaki Ada, kondisi trotoar kurang baik 2 Ada, kondisi trotoar kurang baik 2 Tidak ada trotoar Jalur sirkulasi Lebar diatas 6m, pedestrian 2m 3 Lebar diatas 6m, pedestrian 2m 3 Lebar diatas 6m, 3 Jarak dari stasiun kereta api Medan Dekat 3 Jauh 1 Jauh 3 Jarak dari jalur lintas Sumatera Jauh 1 Jauh 3 Jauh 1 Area pelayanan Dekat dengan fungsi lain Permukiman, perdagangan, perkantoran, rekreasi dan pendidikan 3 Permukiman, perdagangan, perkantoran, pendidikan, rumah sakit 3 Permukiman, kesehatan, 2 Utilitas Tersedia, kondisi baik 3 Tersedia, kondisi baik 3 Tersedia, kondisi baik 3 Universitas Sumatera Utara Persyaratan Status kepemili kian Hak milik 3 Hak milik 3 Hak milik 3 Nilai lahan Tinggi 1 Sedang 3 Sedang 3 View Terdapat dipersimpangan sehingga dapat dilihat dari penjuru ruas jalan 3 Tidak terdapat dipersimpangan sehingga kurang dapat dilihat dari penjuru ruas jalan 1 Tidak terdapat dipersimpangan sehingga kurang dapat dilihat dari penjuru ruas jalan 1 Orientasi Intensitas cahaya tidak begitu tinggi 3 Intensitas cahaya sedang 3 Intensitas cahaya tidak begitu tinggi 3 Ukuran lahan 1 Ha 3 1 Ha 3 1 Ha 3 Kontur tapak topografi Relatif datar 3 Relatif datar 3 Relatif datar 3 JUMLAH 43 43 40 Sumber: Olah Data Primer

II.3.4.3 Analisis dan penilaian lokasi

Berikut pada tabel 2.10 akan menjelaskan analisis dan penilaian antara lokasi alternatif yang ada. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.10 Penilaian Lokasi Alternatif Lokasi No Kriteria Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Jl. Perintis Kemerdekaan Jl. William Iskandar Jl. Pasar 2, tanjung sari 1. Kawasan inti dari pusat pelayanan kesehatan yang sudah ada. +++ +++ +++ 2. Nilai lahan minimum + +++ +++ 3. Daerah komersil dan pendidikan. +++ +++ + 4. Pencapaian Kendaraan pribadi Kendaraan umum Pejalan kaki Pencapaian dari luar daerah Tingkat minimum kemacetan +++ +++ +++ +++ + +++ +++ +++ ++ +++ +++ + + ++ +++ 5. Sarana pendukung di sekitar Hotel Pusat perbelanjaan Rumah makan Sarana dan prasarana +++ +++ +++ +++ + +++ ++ +++ + + + ++ 6. Kesesuaian dengan RUTRK +++ +++ +++ Universitas Sumatera Utara Medan Jumlah 35+ 35+ 25+ Sumber: Olah Data Primer Maka berdasarkan kriteria di atas dpat diambil kesimpulan bahwa lokasi yang tepat untuk Rumah Sakit Mata adalah alternatif lokasi 2 yaitu Jalan William Isakandar, yang dilihat juga dari kriteriapemilihan lokasi yang baik untuk tempat didirikannya rumah sakit paru. II.4. Tinjauan Fungsi II.4.1 Deskripsi Pemakai dan kegiatannya. Pengunjung dan pemakai Rumah Sakit Paru Medan dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok pengunjung dan pemakai yaitu: a. Pasien Pasien rumah sakit dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan: • Berdasarkan tinjauan wilayah • Berdasarkan jenis kelamin, yaitu pasien wanita, pasien laki-laki. • Berdasarkan usia, yaitu pasien dewasa, pasien anak-anak, dan pasien manula • Berdasarkan jenis pelayanan yang diinginkan pasien, terdiri atas: 1. Pasien yang berobat ke poliklinik, dimana setelah berobat pasien dapat langsung pulang. 2. Pasien yang berobat ke unit gawat darurat, dimana pasien setelah berobat dapat langsung pulang atau bila diperlukan perawatan yang lebih intensif maka pasien akan dikirim ke bagian perawatan. 3. Pasien yang datang ke optik untuk membeli alat bantu penglihatan atau untuk memeriksa penglihatannya. Dari keterangan di atas, maka pasien yang datang ke Rumah Sakit Paru ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu: a. Pasien rawat inap, umumnya karena : • Penyakit yang diderita pasien termasuk gawat Universitas Sumatera Utara • Pasien perlu mendapat pengawasan yang ketat dan teliti dari staf media. • Keluarga pasien tidak mampu lagi menangani pasien b. Pasien rawat jalan, pasien yang datang ke poliklinik dengan batas waktu tertentu untuk pengobatan dan kontrol kesehatan. c. Staf Medisfungsional, dibagi menjadi: • Dokter poliklinik, yaitu dokter umum yang melakukan pemeriksaan pertama kali sebelum dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis • Dokter unit gawat darurat • Dokter unit perawatan inap, yaitu dokter yang biasanya juga praktek di poliklinik dan datang ke ruang inap untuk memeriksa pasien secara berkala, sebelum melakukan pemeriksaan, dokter harus melihat data-data pasien di pos perawat. • Dokter ahli gizi, yaitu dokter yang memeriksa gizi atau mengontrol gizi pasien. • Dokter spesialis, yaitu dokter yang memiliki keahlian dalam salah satu penyakit khusus, dimana dalam kasus ini yaitu spesialis paru. e. Perawat, bertugas melayani pasien pada masing-masing instalasi, seperti instalasi operasi, laboratorium, rawat inap, polispesialis, poliklinik, gawat darurat. f. Pegawai Administrasi, yaitu orang yang bekerja mengurus administrasi rumah sakit. g. Pengunjung, yaitu: d. Pembesuk, yaitu orang yang datang menjenguk pasien yang sakit. e. Tamu direksi h. Pengunjung Apotik i. Apoteker, yaitu orang yang bekerja meracik obat di apotek j. Peneliti, yaitu orang yang bekerja di laboratorium k. Analis Karakteristik pengunjung Rumah Sakit Paru Medan, berdasarkan: a. Segi Usia, pengunjung bangunan tidak memiliki batasan usia. b. Segi strata ekonomi, secara umum pengunjung tidak dibatasi dari segi ekonomi. Universitas Sumatera Utara

II.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang

Pembagian ruang yang ada dalam perencanaan rumah sakit paru dapat dibagi dalam zona berikut ; a. Zona pertama, merupakan zona terluar yang bersifat publik dan orientasinya adalah masyarakat umum, terdiri dari : • Penunjang utama kesehatan, pada dasarnya terdapat tiga cara yang umum dilakukan oleh sebuah rumah sakit untuk menunjang program kesehatan, yaitu melalui pendidikan dan training, memberikan bantuan teknis dan bantuan administrasi. Hal ini dikarenakan pasien rawat jalan menggunakan semua fasilitas diagnosa dan terapi selama kunjungannya. Perhatian harus ditujukan pada sirkulasi yang harus memberikan aliran yang tidak terganggu dari berbagai jalur lalu lintas yang melintasi bagian itu. Juga harus dirancang untuk menangani kursi roda dan kereta sorong. • Bagian Administrasi, dilakukan oleh karyawan di bagian administrasi, staf, dan direksi rumah sakit. Diadakan pada hari kerja, yaitu Senin-Sabtu dari jam 08.00- 15.00 WIB. Kegiatan Tata Usaha di bidang administrasi, antara lain: 1. Bagian umum, mengurus administrasi pasien rawat jalan dan pasien rawat nginap. 2. Bagian Medical Record, mencatat segala surat keluar dan masuk serta membuat memcatat kartu pasien yang berobat baik itu pasien lama maupun pasien baru. b. Zona Analisa, bagian yang memproses pekerjaan yang dilimpahkan dari zona pertama, terdiri dari : • Laboratorium, fungsi utama laboratorium klinis adalah melakukan uji atau test klinis dalam enam bidang utama yaitu bakteriologi, biokimia, histologi, serologi, haematologi dan sitologi untuk membantu staff medis dalam melakukan dan mengkonfirmasi diagnosa dan dalam pengobatan serta pencegahan penyakit. Praktek perawatan medis modern memerlukan lebih banyak pengujian klinis. Laboratorium ini haruslah berada di lantai dasar untuk dapat melayani pasien Universitas Sumatera Utara rawat jalan, bagian unit gawat darurat dan bagian penerimaan pasien. Juga harus berdekatan dan mudah diakses oleh bagian bedah. Ruangan dibutuhkan untuk hal-hal berikut : 1. Ruang kerja dengan ruang untuk peralatan, mikroskop, inkubator, sentrifugal, dll. Ruang kerja juga harus diperlengkapi dengan vakum, gas, peralatan listtrik, baik dan air. 2. Bak untuk mencuci tangan dan membuang cairan yang tidak beracun. 3. Tempat pengumpulan spesimen untuk darah, urine dan feses. Daerah pengumpulan spesimen darah, harus dilengkapi dengan meja kerja, ruang tempat duduk pasien dan bak air untuk mencuci tangan. Sementara untuk bagian pengambilan spesimen urine dan fases, harus ada toilet dilengkapi dengan bak air, tempat untuk menempatkan spesimen. Jendela kecil disediakan untuk menyerahkan spesimen. 4. Fasilitas penyimpanan untuk bahan pereaksi, standar, suplai dan spesimen lainnya dalam bentuk slide mikroskopik. 5. Penyimpanan untuk cairan kimia dan cairan yang mudah terbakar. 6. Bak darah untuk tempat penyimpanan darah dalam kulkas – dibahas terpisah. 7. Bagian administrasi termasuk kantor, kesekretariatan dan pekerjaan administrasi serta ruang untuk arsip dan pencatatan. 8. Fasilitas staff. 9. Daerah sterilisasi. 10. Tempat pencucian gelas – bagian kotor yang harus dipisahkan dan ditutup. 11. Penyimpanan spesimen bedah. • Apotek, diperuntukkan bagi pasien luar out-patient dan pasien dalam yang rawat nginap in-patient yang aktivitas didalamnya meliputi pemesanan,pembelian, penyimpanan dan dispensing semua obat. c. Zona proses, merupakan daerah transisi antara zona terluar dan dalam, terdiri dari: • Ruang operasi, dilakukan oleh ahli medis. Ruang operasi merupakan ruang yang paling kompleks, namun paling penting di dalam suatu rumah sakit. Lokasi terbaik untuk bagian operasi adalah yang memungkinkan aliran pasien yang Universitas Sumatera Utara mulus dan tidak terganggu, serta adanya kemudahan bagi staff dan alat kebersihan berlalu lalang. Ruang operasi sebaiknya diletakkan ditengah dan di lantai bawah agar mudah dicapai dari segala ruang perawatan dan pasien dari luar. Perlu diperhatikan integrasinya dengan baik lain yang erat hubungannya dengan ruang operasi, yaitu klinik, dan ruang steril induk. Pembagian zona ruang operasi, yaitu : 1. Zona terluar, yang terdiri dari ruang administrasi, ruang penerima. 2. Zona tengah, yang merupakan tempat kerja diluar aktivitas beda, dan batas terjauh yang dapat dimasuki oleh pegawai atau orang luar. Yang termasuk dalam zona ini recovery room dan gudang. 3. Zona dalam, adalah ruang bedah yang harus terjaga kebersihan dan tingkat sterilnya. Dalam zona ini orang luar tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan ini. Fasilitas Ruang pada Ruang operasi: 1. Kantor, ruang administrasi dan ruang terima pasien. 2. Ruang transfer, ruangan ini harus cukup luas untuk memindahkan pasien dari trolley ruang nginap ke trolley ruang operasi. 3. Ruang ganti untuk staff medis. 4. Ruang anastesi, proses anastesi termasuk pekerjaan paling rumit dan memerlukan keterlibatan penuh selama operasi berlangsung. Aktivitas ini juga memerlukan kantor, tempat menyimpan peralatan dan tempat khusus melakukan induksi. 5. Setiap unit ruang operasi tidak boleh kurang dari 6mx6m 36M 2 , dan memiliki akses dari ruang anastesi, ruang membersihkan badan dan ruang supply namun dengan pintu yang terpisah. 6. Ruang scrub up membersihkan badan.Fasilitas ini dapat melayani dua ruang operasi. Didalam ruang ini para staff medis memakai baju, masker, dan mencuci tangan. 7. Ruang pencucian, satu ruang pancucian dapat melayani dua ruang operasi. Ruang ini digunakan untuk membersihkan peralatan. 8. Ruang Sub Steril, ruang ini digunakan untuk mensterilkan peralatan yang sudah dipakai, jika sistem sterilisasi yang dipakai tidak sentral. Universitas Sumatera Utara 9. Tempat penyimpanan trolley, diperlukan tempat untuk menyimpan trolley pasien yang dioperasi. Tempat ini tidak boleh menghalangi pintu. 10. Ruang recovery ruang penyembuhan, ruangan ini disediakan untuk menunggu pasien sadar dari pengaruh bius sesudah operasi. Ruang ini ditempatkan didekat pintu masuk pasien. 11. Storage, di dalam ruang penyimpanan harus disediakan bagi keperluan berikut :  Peralatan bedah yang bersih seperti perban, linen, dll  Air yang steril  Alat bius  Persediaan darah, tulang dan paru • Ruang Kebidanan, bagian ini hampir sama dengan ruang operasi, namun pada ruang ini tidak selalu harus aseptik seperti halnya ruang operasi. d. Zona Perawatan, merupakan zona terdalam tetapi memiliki akses ke zona terluar yaitu ke daerah publik, terdiri dari : • Ruang Inap, dilakukan bila pasien memerlukan pemeriksaan dan pengawasan ekstra. Kegiatan ini diadakan setiap hari khusus untuk pasien rawat inap, dan untuk pasien rawat jalan dilaksanakan pada hari kerja. Ruang rawat inap ini dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu : 1 Ruang VIP : 1 tempat tidur 2 Ruang kelas I : 2 tempat tidur 3 Ruang kelas II : 4 tempat tidur 4 Ruang kelas III : 5 tempat tidur Ruang inap digunakan untuk menampung pasien yang terkena beberapa hal, sehingga ruang inap berfungsi sebagai : 1. Menggantikan fungsi rumah dalam hal memberikan makan, mandi dan tidur secara teratur. 2. Memberikan kemudahan memeriksa, merawat dan mengobati penyakit yang diderita pasien. 3. Menyiapkan pasien agar dapat kembali ke kehidupannya semula. Bentuk dari ruang inap : Universitas Sumatera Utara 1. Nighttingale, ruang inap terdiri dari 25-30 tempat tidur dengan bentuk yang persegi dan dibuat dalam bentuk perencanaan terbuka open plan dimana servis area letakkan di salah satu atau kedua ujung sebelah ruang perawat atau ruang pengawas diletakkan di gang diantara dua barisan tempat tidur. Bentuk ruang inap ini merupakan ruang yang paling bising diantara tipe yang ada. 2. Koridor tunggal, susunan ruang sederhana dengan koridor disatu sisi yang digunakan untuk melayani ruangan disisi lain. Bentuk ruang seperti ini memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat diterangi dan diatur sirkulasinya secara alami dan lewat jendela. Ruang perawat dan ruang servis diletakkan di tengah sehingga jaraknya dengan ruang yang dilayani dapat diminimalkan. 3. Koridor double, type koridor double ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu :  Hubungan langsung antara kamar pasien dan ruang perawat  Fleksibilitas pelayanan yang tinggi bagi pasien dan dapat memanfaatkan pelayanan yang disebarkan di bagian tengah  Mengisolasi aktivitas dan percakapan petugas didalam ruang tengah sehinnga di dalam koridor luar tidak ribut dan mengganggu pasien  Bagian yang pertama disebut ruang pelayanan kotor, dan digunakan untuk menyimpan dan membersihkan peralatan dan kain yang kotor  Bagian yang kedua disebut clean utility, dan digunakan untuk menyimpan kartu pasien, pakaian bersih, dan perlengkapan lain yang disalurkan dari pusat peralatan dan ruang steril  Lify ditempatkan diluar ruang perawatan untuk mengurangi gangguan suara 4. Bentuk L, pada ruang ini ruang servis dan ruang pendukung diletakkan terpisah sehingga tidak saling mengganggu dengan ruang inap 5. Bentuk T, keuntungan type ini sama dengan bentuk L, dimana servis dan penunjang diletakkan pada bagian yang vertikal sedang ruang inap yang dilengkapi dengan koridor dibagian horizontal. Universitas Sumatera Utara 6. Bentuk sirkuit balap Race Track Ward, ruang inap diletakkan di bagian lingkar luar dari denah yang berbentuk persegi dengan sisi yang relatif panjang, sedang ruang servis dan penunjang diletakkan di tengah. Dengan demikian ruang untuk pasien memiliki view ke luar tetapi ruang staff medis tidak. Petugas medis harus menempuh koridor yang relatif panjang dalam melayani ruang inap dan komunikasi antara staff agak sulit. Hal ini dikarenakan penempatan ruang yang linier dan panjang 7. Bentuk Silang, bentuk denah ruang inap ini diletakkan pada tingkat luar dan ruang servis dan penunjang diletakkan dibagian tengah pada perpotongan sisi vertikal dan horizontal. Bentuk ini menghasilkan sirkulasi yang berpotongan dan ruwet. 8. Ruang-ruang rawat inap sebaiknya dikelompokkan dalam bagian sebagai berikut :  Ruang VIP terletak dalam 1 blok, jendela kamar berorientasi ke pandangan luar yang lapangke taman dengan jumlah pasien VIP 1 orang dengan fasilitas kamar mandi di dalam  Ruang kelas I dan II digabung dalam 1 blok  Kelas I untuk 2 tempat tidur dan kelas II untuk 4 tempat tidur  Ruang kelas III untuk 6 tempat tidur  Bila ruang perawatan tidak berada di lantai dasar harus ada akses yang mudah bagi pelayanan dengan roda atau lift khusus  Akses pencapaian ke setiap ruanganblok harus dapat dengan mudah dicapai  Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien yang akan ditampung  Sinar pagi sedapat mungkin masuk  Alur petugas dan pengunjung terpisah  Setiap ruangan atau minimal pada setiap stasiun perawat terdapat wastafel dengan air mengalir  Tidak digunakan bahan yang mudah terbakar  Kamar perawatan harus mendapat pencahayaan paruhari yang cukup Universitas Sumatera Utara  Bila mungkin pintu utama menuju blok perawatan kedap asap dan tidak mudah terbakar e. Zona kelima, yaitu kelompok ruang-ruang servis, yaitu : • Bagian makanan dan dapur,sebagai tempat penyediaan makanan bagi pasien rawat inap. Sistem pelayanan dapur yang diterapkan adalah sentralisasi. Konsep tata ruang unit dapur mempunyai hubungan yang kuat dengan unit perawatan. Perletakan unit dapur ditempatkan pada daerah servis jauh dari pencapaian maupun penglihatan pengunjung serta memiliki pintu masukkeluar sendiri. Lokasi dapur sebaiknya ditempatkan di lantai dasar dan dapat dicapai langsung dari tempat menurunkan barang dari luar yang harus dimasukkan ke dalam kamar pendingin tanpa melewati koridor yang diperuntukkan untuk publik dan petugas medis. Sistem pendistribusian makanan yang terpusat dalam desentralisasi masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sistem terpusat seluruh makanan disiapkan didapur pusat lalu dikirimkan ke ruang inap. Lalu peralatan yang kotor dikumpulkan kembali lalu dibersihkan secara terpusat, memerlukan pegawai yang relatif lebih sedikit, kualitas makanan sering menurun, dan makanan menjadi dingin karena lamanya waktu distribusi dan transportasi. Sistem desentralisasi makanan tetap terjaga, baik kehangatan maupun kualitasnya, memerlukan petugas yang lebih banyak, dan ruang dapur, pencucian piring jumlahnya lebih banyak dan tersebar. Komponen dapur, yaitu : 1. Gudang dan ruang pendingin untuk bahan makanan 2. Tempat memasak 3. Ruang penyediaan 4. Makanan khusus 5. Pencucian piring • Laundry, fasilitas khusus untuk perlengkapan unit perawatan dan kebutuhan pasien. Kegiatan cuci terdiri atas : 1. Penerimaan, collecting, dan sorting 2. Disinfeksi bila perlu 3. Pencucian dan pemisahan 4. Pengeringan 5. Setrika Universitas Sumatera Utara 6. Perbaikan 7. Pemberian kode dan pembungkusan 8. penyimpanan 9. pengiriman Sebaiknya diletakkan di lantai dasar berdekatan dengan ruang linen yang ditempatkan secara terpusat. Ruang linen yang terpusat digunakan untuk mensupply seluruh bagian dan harus dilengkapi dengan rak penyimpanan, ruang menjahit, dan memberi tanda pakaian baru. Pakaian serta linen yang harus dicuci harus disortir di ruang pakaian dan kain kotor yang diletakkan paling ujung dari ruang cuci. Untuk pencucian kain kotor dapat diserahkan pada orang luar atau dikerjakan sendiri. Jika dikerjakan sendiri harus dilengkapi dengan ruang dan fasilitas pengeringan dan pencucian. Fasilitas ini mencakup : 1. Ruang pakaian kotor 2. Ruang pakaian bersih dan ruang jahit 3. Gudang penyimpanan untuk kereta pakaian yang sudah selesai di cuci 4. Ruang cuci dan peralatan yang memungkinkan keperluan linen minimal selama 7 hari 5. Gudang untuk petugas kebersihan dan gudang untuk menyimpan supply barang habis pakai beserta peralatan yang dibutuhkan 6. Gudang untuk material linen dan pakaian yang sudah kering 7. Unit cuci dilengkapi dengan kegiatan :  Kegiatan administrasi yang mencatat, menghitung bahan cucian kotor yang masuk serta melakukan pencatatat terhadap arus cucian bersih yang keluar  Gudang obat cuci, disinfektan dan ruang jahit  Fasilitas staf • Gudang, sebagai tempat penyimpanan alat-alat, perlengkapan kebersihan bangunan. Rumah sakit secara teratur mengonsumsi berbagai macam bahan dalam jumlah besar, sehingga perlu merencanakan tempat menyimpan barang tersebut. Secara umum diperlukan luas 2 m 2 gudang untuk setiap tempat tidur untuk sebuah rumah sakit. Selain perencanaan ruang-ruang tersebut, dalam Universitas Sumatera Utara perencanaan rumah sakit juga berkaitan erat dengan ketentuan koridor, pintu, tangga, dan lift. 1. Koridor, lebar koridor pada umumnya minimal 1,5 m, yang harus juga disesuaikan dengan lalu lintas yang ada. Untuk lorong yang juga dijadikan tempat pasien berbaring, lebar minimalnya 2,25 m dengan tinggi langit- langit sampai 2,4m. 2. Pintu, pada konstruksi pintu harus diperhatikan faktor higienis. Bagian permukaan pintu harus terbuat dari bahan yang steril dan harus diberi peredam bunyi seperti dinding. 3. Tangga, dibuat sedemikian untuk keamanan. Lebar tangga dan bagian datar antara dua anak tangga dari tangga darurat sebaiknya 1,5 m, dan tidak melebihi 2,5 m. Lebar bagian datar antara dua anak tangga tidak mempersempit daun pintu. Tinggi tingkatan 17 cm, lebar anak tangga yang datar 28 cm. 4. Lift, fungsi lift untuk pengangkutan orang, obat-obatan, cucian, makanan dan tempat tidur. Lapisan lift tahan api. Kamar lift untuk mengangkut tempat tidur harus diukur sehingga dapat menampung satu atau dua tempat tidur. f. Zona keenam, yaitu daerah pelayanan Mekanikal Elektrikal.

II.4.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204MENKESSKX2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, antara lain: a. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit • Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang kelas, dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas. • Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir. Universitas Sumatera Utara • Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitasteknologi untuk mengatasinya. • Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok • Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup. • Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman • Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan limbah. • Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah. • Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya. b. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit • Lantai 1. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan. 2. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah. 3. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konuslengkung agar mudah dibersihkan • Dinding, permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat • Ventilasi 1. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamarruang dengan baik. 2. Luas ventilasi alamiah minimum 15 dari luas lantai Universitas Sumatera Utara 3. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatanmekanis. 4. Penggunaan ventilasi buatanmekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan ruangan. • Atap 1. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. 2. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir. • Langit-langit 1. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan. 2. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai. 3. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap. • Konstruksi balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes. • Pintu, harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. • Jaringan Instalasi 1. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan. 2. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum. • Lalu Lintas Antar Ruangan 1. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi. Universitas Sumatera Utara 2. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 empat lantai harus dilengkapi ARD Automatic Rexserve Divide yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati. 3. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar. • Fasilitas Pemadam Kebakaran, bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Ruang Bangunan Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut : • Zona dengan Risiko Rendah, zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikanpelatihan. 1. Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang. 2. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus. 3. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. 4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai. 5. Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamarruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis exhauster . 6. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai. Universitas Sumatera Utara • Zona dengan risiko sedang, zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah. • Zona dengan risiko tinggi, zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis medical imaging, ruang bedah mayat autopsy, dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.  Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.  Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette. 2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus. 3. Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atu bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. 4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai. 5. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai. • Zona dengan risiko sangat tinggi, zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang. Universitas Sumatera Utara 2. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. 3. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup. 4. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang. 5. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar gantungan lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit 6. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai 7. Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA Ultra Clean Air System 8. Tidak dibaenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara. 9. Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat diuka dan ditutup. 10. Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di atas langit-langit. 11. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis. d. Kualitas Udara Ruang • Tidak berbau terutama bebas dari H2S dan Amoniak • Kadar debu particulate matter berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata- rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 μgm3, dan tidak mengandung debu asbes. e. Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus sesuai dengan peruntukkannya seperti dalam tabel 2.11 berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 2.11 Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan atau Unit No Ruangan atau Unit Intensitas Cahaya Lux Keterangan 1 Ruang pasien : g. saat tidak tidur h. saat tidur 100 – 200 Maksimal 50 Warna cahaya sedang 2 Ruang Operasi 300 – 500 3 Meja Operasi 10.000 - 20.000 Warna cahaya sejuk atau sedang tanpa bayangan 4 Anestesi, pemulihan 300 – 500 5 Endoscopy, lab 75 – 100 6 Sinar X Minimal 60 7 Koridor Minimal 100 8 Tangga Minimal 100 Malam hari 9 Administrasi kantor Minimal 100 10 Ruang alat gudang Minimal 200 11 Farmasi Minimal 200 12 Dapur Minimal 200 13 Ruang Cuci Minimal 100 14 Toilet Minimal 100 15 Ruang Isolasi khusus penyakit tetanus 0,1 – 0,5 Warna cahaya biru Universitas Sumatera Utara 16 Ruang luka bakar 100 – 200 Sumber : Time-Saver Standard for Building Types dan hasil olah data f. Penghawaaan, persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut : • Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruang- ruang tersebut. • Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit minimum 0,10 mbar dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit. g. Kebisingan, persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit seperti tabel 2.12 berikut : Tabel 2.12 Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit No Ruangan atau Unit Kebisingan Max waktu pemaparan 8 jam dalam satuan dBA 1 Ruang pasien : i. saat tidak tidur j. saat tidur 45 40 2 Ruang Operasi 45 3 Anestesi, pemulihan 45 4 Endoscopy, lab 65 5 Sinar X 40 6 Koridor 40 7 Tangga 45 Universitas Sumatera Utara 8 Kantor lobby 45 9 Ruang alat gudang 45 10 Farmasi 45 11 Dapur 78 12 Ruang Cuci 78 13 Ruang Isolasi 40 Sumber : Time-Saver Standard for Building Types dan hasil olah data h. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi seperti pada tabel 2.13 berikut : Tabel 2.13 Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah Kamar Mandi No Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi 1 s.d. 10 1 1 2 s.d. 20 2 2 3 s.d. 30 3 3 4 s.d. 40 4 4 Setiap penambahan 10 tempat tidur ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi Sumber : Time-Saver Standard for Building Types dan hasil olah data Perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi seperti pada tabel 2.14 berikut : Tabel 2.14 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan Dengan Jumlah Toilet dan Jumlah Kamar Mandi No Jumlah Karyawan Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi 1 s.d. 20 1 1 Universitas Sumatera Utara 2 s.d. 40 2 2 3 s.d. 60 3 3 4 s.d. 80 4 4 Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi Sumber : Time-Saver Standard for Building Types dan hasil olah data i. Jumlah Tempat Tidur, perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut : • Ruang bayi : 1. Ruang perawatan minimal 2 m2tempat tidur 2. Ruang isolasi minimal 3,5 m2tempat tidur • Ruang dewasa : 1. Ruang perawatan minimal 4,5 m2tempat tidur 2. Ruang isolasi minimal 6 m2tempat tidur j. Lantai dan dan Dinding, harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut : • Ruang Operasi : 0 - 5 CFUcm2 dan bebas patogen dan gas gangrene • Ruang perawatan : 5 – 10 CFUcm2 • Ruang isolasi : 0 – 5 CFUcm2 • Ruang UGD : 5 – 10 CFUcm2 II.5. Studi Banding Proyek Sejenis II.5.1 Rumah Sakit Paru Dr. Ario wirawan Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga, sebelumnya bernama RSTP Ngawen Salatiga, pada awal berdirinya tahun 1934, berfungsi sebagai tempat petirahan bagi penderita kesehatan paru yang pada masa itu lebih banyak didominasi oleh warga keturunan Belanda. Dari fungsi awal tersebut, sampai saat ini masih banyak anggota masyarakat yang menyebutnya dengan sanatorium. Pendirian Sanatorium tersebut dilatarbelakangi dengan kondisi udara yang sejuk karena secara geografis daerah Ngawen Salatiga memiliki ketinggian kurang labih 800 meter dari permukaan laut dengan suhu udara berkisar antara 18 – 29 0C. Kondisi tersebut dianggap sangat ideal Universitas Sumatera Utara sebagai tempat petirahan bagi masyarakat Belanda yang terganggu kesehatan parunya oleh karena wilayah Salatiga, Ambarawa dan sekitarnya banyak ditinggali oleh Direktur, Th. 2002 – Sekarang warga negara Belanda, mengingat kota Salatiga dan sekitarnya merupakan daerah konsentrasi militer tentara Belanda dengan status sebagai daerah gemeente kota praja. Memasuki masa penjajahan Jepang, fungsi sanatorium ini masih tetap berlanjut, hanya penggunaannya sudah mulai dimanfaatkan oleh warga negara Indonesia pribumi, meskipun pada saat itu pemberian pelayanan kesehatan belum juga dilaksanakan. Baru pada tahun 1952 meskipun masih dengan sebutan sanatorium, sudah mulai dilakukan pemberian pelayanan ditandai dengan adanya tenaga dokter, partamedis dan peralatan untuk pengobatan penyakit TBC. Sejalan dengan kebutuhan penanggulangan penyakit paru yang pada masa-masa tersebut memiliki angka kesakitan yang cukup tinggi, fungsi sanatorium dengan pemberian pelayanan ditegaskan lagi dengan penyebutan institusi in sebagai Rumah Sakit Paru-Paru. Rumah Sakit ini secara kelembagaan berada di bawah Departemen Kesehatan R.I. yang saat itu disebut dengan Kementrian Kesehatan, dengan struktur organisasi tidak jelas. Baru pada tahun 1978 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 137MenkesSKIV1978, ditetapkan struktur organisasi yang lebih jelas tugas pokok dan fungsinya, yaitu sebagai rumah sakit khusus yang menyelenggarakan pelayanan terhadap penderita penyakit TB Paru, dengan sebutan RSTP. Beberapa Sanatorium di Jawa Tengah yang ditetapkan sebagai RSTP hanyalah RSTP “Ngawen” Salatiga dan RSTP Kalibakung Slawi Tegal, sedangkan 3 tiga eks Sanatorium, masing-masing di Semarang, Klaten, dan Purworejo dikonversi dengan Rumah Sakit Umum. Peluang ini menjadikan RSTP “Ngawen” Salatiga memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi RSTP, dengan cakupan wilayah yang cukup luas, yaitu wilayah Jawa Tengah dan Propinsi lain yang tidak memiliki RSTP. Peluang ini bertambah besar bila ditinjau dari letak RSTP “Ngawen” Salatiga yang berlokasi di antara 3 tiga kota besar, yaitu Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta, dimana ketiga kota tersebut diharapkan mampu mendukung keberadaan RSTP “Ngawen” Salatiga baik dalam pengadaan SDM, sarana maupun prasarana. Perubahan situasi dan kondisi serta perilaku hidup masyarakat mengisyaratkan, bahwa kedepan seharusnya RSTP kembali pada fungsi dan tugas pokok melaksanakan penanggulangan dan penyembuhan penyakit paru tidak sebatas pananggulangan dan Universitas Sumatera Utara penyembuhan penyakit TB Paru saja. Tugas ini secara riil telah dilakukan oleh Rumah Sakit Tuberkulosa Paru-Paru “Ngawen Salatiga”. Hal ini baru terwujud dengan terbitnya SK Menkes RI tanggal 26 Pebruari 2004, Nomor : 190MenkesSKII2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Paru, yang membawa konsekuensi bertambahnya beban kerja, kebutuhan dana SDM serta lebih luasnya cakupan pelayanan. A. Profil RS Paru Dr. Ario Wirawan - Salatiga Adapun yang menjadi visi dari RS. Paru ini ada, menjadi Institusi pemberi pelayanan spesialistik respirasi terbaik melalui pelayanan medik prima guna mewujudkan masyarakat hidup sehat. Dan dengan misinya, memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna termasuk pelayanan konfirmasi diagnostik; • Menyelenggarakan upaya kesehatan rujukan paru; • Melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan kesehatan paru bagi institusi pendidikan menengah, tinggi dan pasca sarjana; • Menyiapkan institusi rumah sakit sebagai lahan penelitian dan pengembangan kesehatan paru bagi institusi pendidikan menengah, tinggi dan pasca sarjana termasuk institusi kesehatan lain; • Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas manajemen pengelolaan rumah sakit; • Meningkatkan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kualitas kesehatan khususnya kesehatan paru; • Meningkatkan dan mengembangkan kerjasama lintas lini dan lintas sektoral dalam upaya menciptakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; • Mensejahterakan karyawan. Dengan tujuan menyelenggarakan kegiatan usaha yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat umum berupa penyediaan jasa pelayanan yang bermutu tinggi dan tidak semata-mata mencari keuntunggan serta didukung oleh pegawai yang sejahtera. Dan motto Mitra Terpercaya Kesehatan Paru Anda Dengan tugas pokok, menurut SK Menkes RI Nomor : 190MenkesSKII2004, tanggal 26 Pebruari 2004, tentang Organisasi dan Tata Kerja RS Paru Dr. Ario Wirawan Universitas Sumatera Utara a. Melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap penderita penyakit paru secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang penanggulangan penyakit paru sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Dan fungsi dari rumah sakit ini adalah : a. Pelaksananaan pelayanan kesehatan paru; b. Penatalaksanaan deteksi dini dan pencegahan penyakit paru; c. Penatalaksanaan penderita penyakit paru; d. Pelaksanaan rehabilitasi penderita penyakit paru; e. Pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan; f. Pelaksanaan pelayanan rujukan; g. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang penanggulangan penyakit paru; h. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang penanggulangan penyakit paru; i. Pelaksanaan administrasi keuangan; j. Pelaksanaan fungsi lain, yaitu fungsi promotif, antara lain : • Kunjungan sosial medis, yakni kegiatan penyelenggaraan pelayanan terpadu pengobatan TB Paru di Puskesmas yang merupakan kerjasama antara RSPAW dengan Dinas Kesehatan Kota Salatiga Puskesmas; • PKMRS, yakni kegiatan penyuluhan reguler baik terhadap pasien maupun keluarga pasien maupun masyarakat; • Penyelenggaraan dan sosialisasi senam asma baik terhadap pasien maupun anggota masyarakat lain yang membutuhkan. Fasilitas yang disediakan pada rumah sakit ini gambar 2.5 adalah : a. ICU b. Poliklinik c. Tarif Pelayanan d. Penunjang Medis e. Kamar Operasi f. Instalasi Gawat Darurat g. Perinatologi Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5 Fasilitas RS. Paru Dr. Ario Wirawan Sumber.httpwww.rsparudr.ariowirawan.comfebruari 2011 Bagan Struktur Organisasi Rumah Sakit Paru Dr.Ario Wirawan Salatiga, seperti yang ada pada diagram 2.6 : Diagram 2.6 Bagan Struktur Organisasi Rumah Sakit Paru Dr.Ario Wirawan Salatiga Sumber.httpwww.rsparudr.ariowirawan.comfebruari 2011 Pelayanan RS Paru Dr. Ario Wirawan - Salatiga a. .Instalasi Rawat Darurat : UGD 24 Jam b. Instalasi Rawat Jalan : • Klinik Paru • Klinik Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara • Klinik Penyakit Anak • Klinik Asma PPOK • Klinik Gondok • Klinik Psikologi VCT • Poliklinik EXEKUTIVE c. Instalasi Rawat Inap, ada 124 Tempat Tidur, yang terdiri dari : • Paviliun Dahlia, dengan kelas I, II; • Paviliun Kepodang, dengan kelas VIP, II; • Paviliun Merpati, dengan kelas VIP, I; • Pavilun Flamboyan, dengan kelas I, IIA, IIB; • Ruang ICU Paru; • Ruang ICU Dalam. d. Instalasi Radiologi : • X-Ray • CT-Scan • USG • Echocardiografi • Fluoroscopy e. Instalasi Laboratorium : • Lab. Patologi Klinik Mikrobiologi • Automatic Analyzer f. Instalasi Farmasi Apotik g. Intstalasi Rehabilitasi Medik : • Pelayanan Fisioterapi Treadmill, SWD, IR, Spirometri, US, Exercise, Electrical Stimulation, Static Bisycle, Traction • Pelayanan Psikologi konsultasi psikologi, klinik VCT h. Instalasi Gizi : Konsultasi Gizi • Tindakan Medis : Endoscopy, Bronchoscopy, Puncti Pleura, Neubolizer, TTB, Pleuradisis. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6 Fasilitas RS. Paru Dr. Ario Wirawan Sumber.httpwww.rsparudr.ariowirawan.comfebruari 2011 Peralatan pendukung pelayanan RS Paru Dr. Ario Wirawan - Salatiga antara lain gambar 2.6: a. Pelayanan Rongent Radiologi : • CT-Scan • USG • X-Ray Viewer • Apron • Film Processing Tank • X-Ray Mobile Unit • X-Ray Unit • Mobile Lab. Source Sampling System b. Pelayanan Rehabilitasi Medik : • Trap Latihan • Resusitasi Dewasa • Stimulator • UV Sterilizer • Infra Red • Oxygen Therapi Set • Rhinoscopy Mirror • Nebulizer • Spirometer • Exercise Bicycles • Exercise Treadmil • Short Wave Diathermy • Shoulder Whell Exercise • Traction Unit • Ultrasonic Theraphy Unit • TreadmillOn • Exhaust System Universitas Sumatera Utara c. Pelayanan Laboratorium : • Illumino Meter • Clino Meter • Centrifuge • Korentang • Standar Waskom dan Gelas Takar • Clinical Hair • Automatic Blood Cheminaryan Analizer • Es Bach’ Salbuminometer • Laminary Air Flow • Centrifuge Haematocrit • Blood Gas Analizer • Incubator • Stereo Microscope • Petri Dish • Mocro Pippettes • Fotometer • Glucosa Analyzer • Holder • Haemocytometer • Urinometer • Vortex Mixer • Chemistry Analyzer

II.5.2 Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan

Fasilitas yang disediakan pada rumah sakit Dr. M Goenawan adalah sebagai berikut : a. Instalasi Gawat Darurat one day care b. Instalasi Rawat Jalan • Poli Paru • Poli Umum Universitas Sumatera Utara • Poli Asma • Poli Gigi • Poli Anak • Poli Kebidanan • Poli Penyakit Dalam • Poli Swasta sore • Poli Bedah • Poli Kulit Kelamin c. Instalasi Rawat Inap • VIP • Perinatologi • Kelas I • Kelas II • Kelas III d. Instalasi Bedah : • Tindakan Ok Paru • Bedah Umum • Bedah Kebidanan • Bedah Gynekologi e. Penunjang Medis : • Laboratorium • Radiologi CT-Scan, USG • Instalasi Gizi • Rehabilitasi Medik Fisioterafi • Instalasi Farmasi Universitas Sumatera Utara

BAB III ELABORASI TEMA

III.1. Pengertian Arsitektur hijau adalah suatu gaya arsitekur yang menghadirkan pandangan dan konsep – konsep tentang pentingnya menghadirkan kondisi lingkungan yang sehat dan nyaman, didalam perncanaan suatu bangunan tersebut. Arsitektur hijau menjadi ciri dari sebuah arsitektur yang didalam perencanaan arsitekturnya memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dan telah berfluktuasiberkembang dari sebuah simpatik, dan harmonisasi terhadap lingkungan hidup, berintegrasi untuk menjadikan lingkungan hidup sebagai untuk dieksploitasi, eksploitasi tetap dengan keselarasan, harmonisasi, dan adanya hubungan yang saling menguntungkan dari alam terhadap manusia, dalam sebuah bangunan. Menjaga kebersihan lingkungan binaan menjadi gaya dalam karya- karya arsitektur yang hijau. Hal ini dapat dilihat dari : a. Frank Lloyd Wright pada awal abad ke-20 menyampaikan suatu falsafah bahwa ”setiap pemecahan masalah arsitektur selalu berhubungan dengan alam atau lingkungan seperti iklim, topografi dan bahan bangunan”. Falsafah ini diterapkan pada karyanya Kauffman House ’Falling Water’ di Amerika Serikat yang menunjukkan keseimbangan yang dihasilkan antara bidang-bidang masif horizontal dengan karang dan air terjun. b. Alvar Aalto 1924 berfalsafah bahwa ”arsitektur adalah perencanaan yang memperhatikan pada alam dan tidak tergantung pada bahan-bahan buatan pabrik”. Karya Alvar Aalto yang menonjol sehubungan dengan falsafah ini adalah Gereja di Muramme. c. Di Amerika Latin Oscar Niemeyer 1937 menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara ”perencanaan arsitektur dipengaruhi oleh penyesuaian terhadap alam dan lingkungan, penguasaan secara fungsional kematangan dan ketepatan dalam pengolahan serta pemilihan bentuk bahan dan struktur”. Salah satu karyanya yang berhasil didalam mengolah sintesa arsitektur yang sadar lingkungan adalah Gedung Kementrian Pendidikan dan Kesehatan Rio de Janeiro Brasilia yang menampilkan dominasi bentuk yang menggunakan peneduh cahaya sunscreen. Dan di dalam perkembangan dunia arsitektur, pada era arsitektur modern muncul teori-teori yang lebih spesifik mengenai pengaruh-pengaruh iklim, topografi dan bahan bangunan. Diantaranya adalah d. Bernard Rudofsky 1964 yang menyatakan: ”There is much to learn to architecture before it become an expert art the untutored builders in space and time........demonstrated and admirable talent for fitting their building into the natural surroundings instead at trying to conquer the nature as we do they welcome the vagiries of climate and challenger of topography” Di era Pasca Modern teori tentang behaviorism berkembang menjadi sangat kompleks karena arsitektur sebagai lingkungan binaan mengekspresikan berbagai fungsi. Teori ini diantaranya dikembangkan oleh e. Christian Norberg Shultz dalam Intentions in Architecture 1987 bahwa “arsitektur atau lingkungan binaan memiliki berbagai fungsi diantaranya adalah sebagai pengendali faktor alam physical control, tempat kegiatan manusia functional frame, lingkungan sosial functional milieu dan lingkungan simbol symbol millieu”. f. Geoffrey Broadhent dalam Design In Architecture 1968 menyatakan: Arsitektur memancarkan mengekspresikan berbagai fungsi yaitu filter lingkungan environmental filter, wadah kegiatan container of activities, investasi capital investment, fungsi simbolis symbolic function, pengubah perilaku behavior modifier dan fungsi estetika aesthetic function. Salah satu contoh karya arsitektur yang berfungsi sebagai environment filter adalah Roof House di Selangor Kuala Lumpur 1984 dan Menara Mesiniaga karya Kenneth Yeang, dimana kulit bangunan didisain sebagai filter lingkungan. Demikian Universitas Sumatera Utara juga dengan Paul Rudolf di Jakarta dengan Wisma Dharmala-nya berusaha mengakomodasi lingkungan kota dan iklim tropis Jakarta untuk bangunan tinggi. John and Nacy Todd mengemukakan prinsip awal perumusan tersebut sebagaimana mereka tambah dan ujicoba, akan menambahkan dalam dunia ilmu pengetahuan dalam bidang Bioteknologi yang akan dipersiapkan selanjutnya sebagai yayasan untuk perancangan masa depan. Prinsip Pertama : Dunia kehidupan adalah acuan dari seluruh rancangan. Prinsip kedua : Rancangan harus mengikuti, bukan menentang hukum-hukum kehidupan Prinsip ketiga : Mengikuti biologi harus dalam menentukan rancangan Prinsip keempat : Rancangan harus memancarkan kehidupan Prinsip kelima : Proyek harus berdasarkan pada sumber daya energi yang dapat diperbaharui. Prinsip keenam : Rancangan harus dapat menopang hubungan dengan sistem kehidupan…… Prinsip ketujuh : Rancangan harus dapat mengikuti perkembangan dengan dunia yang alami. Prinsip kedelapan : Bangunan dan rancangan harus membantu Prinsip kesembilan : rancangan harus mengikuti ekologi yang sakral. Dapat disimpulkan bahwa arsitektur hijauadalah tema untuk sebuah arsitektur yang memiliki kepedulian terhadap kehidupan lingkungan, yang berusaha untuk tidak merusak lingkungan, tetapi bersahabat dengan lingkungan. Dimana lingkungan dijadikan menjadi sebuah area yang akan dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya, melestarikan dan memanfaatkan lingkungan alam, mengadakan hubungan kerj sama yang saling menguntungkan antara manusia, lingkungan dan arsitektur, guna pemenuhan tiap kebutuhan dari ketiga tokoh utama tersebut. Tema arsitektur hijaujuga meletakkan suatu karya arsitektur itu menjadi bagian dalam lingkungan alam tersebut, bukan hanya diletakkan sebagia sebuah karya tetapi juga menjadikan karya arsitektur tersebut menjadi bagian lingkungan itu. Pendekatan tema perancangan bangunan Rumah Sakit Paru Medan adalah melalui pendekatan arsitektur hijau green achitecture. Kata “Green“, berasal dari Universitas Sumatera Utara bahasa Inggris yang berarti “Hijau“, hijau adalah suatu simbol, warna yang mewakili daun tumbuhan yag berklorofil, atau mewakili lingkungan alam.Kata “Green“ dalam arsitektur pada awalnya dianggap sebagai hal yang tabu seperti ketika “postmodernisme” dan “dekonstruksi” muncul beberapa tahun sebelumnya. Awal munculnya istilah “hijau” menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini memancing respon untuk membicarakan masalah “hijau” itu sendiri. Namun kemudian muncullah suatu kelompok-kelompok atau lembaga yang melakukan pendekatan dalam Green Movement dengan menekankan dan mengaplikasikannya sesuai dengan kemampuan dan interesnya masing-masing. Salah satunya dengan merancang sebuah rumah sementara yang menunjukkan manusia tidak menjadi asing dengan lingkungannya yang dilakukan oleh Walden Pond. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa Arsitektur hijau adalah gerakan untuk pelestarian alam dan lingkungan dengan mengutamakan efisiensi energi arsitektur ramah lingkungan. Ciri-ciri Arsitektur hijau antara lain : a. Peka terhadap lingkungan b. Konservasi energi mengkonsumsi energi seminim mungkin c. Mengusahakan pencahayaan alami d. Harmonis dengan lingkungan alam di mana bangunan berdiri e. Mengusahakan penghawaan alami f. Memakai material daur ulang atau material yang ekologis Dalam penerapan Arsitektur hijaulainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya : penentuan tapak bangunan, pengolahan limbah yang muncul akibat kegiatan yang terjadi di kawasan proyek. Prinsip - prinsip Arsitektur hijaumenurut Brenda dan Robert Vale, yaitu : a. Konservasi energi • Bangunan seharusnya meminimalkan penggunaan kebutuhan akan energi. • Perlindungan sumber daya alam. • Pendayagunaan alam sebagai sumber energi bagi keperluan studi dan rekreasi. • Memanfaatkan limbah sebaik-baiknya seperti dengan manjadikan limbah sebagai sumber energi biogas atau pupuk. Universitas Sumatera Utara • Penentuan lokasi yang paling tepat guna dengan cara pemilihan sumber daya alam yang sesuai dengan kebutuhan dari fungsi bangunan atau proyek. b. Bekerja sama dengan iklim • Bangunan bekerja sama dengan iklim dan sumber energi alam. • Memanfaatkan energi yang tersedia di alam seperti matahari, angin, hujan, dan air. • Pencahayaan alami pada siang hari. • Penghawaan alami. c. Meminimalisasi sumber-sumber daya baru • Penggunaan material daur ulang. • Penggunaan material yang dapat diperbaharui. • Merancang bangunan dari sisa bangunan yang sebelumnya. • Penggunaan material yang ramah lingkungan. d. Menghargai pemakai • Arsitektur hijaumenyadari bahwa pengguna atau pemakai dari bangunan harus diperhatikan kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya namun selaras dengan prinsip Arsitektur hijauyang lainnya. Misalnya : daripada menggunakan AC untuk kenyamanan pengguna, sebaiknya menggunakan penghawaan alami untuk menyejukkan ruangnan dengan ventilasi silang. Daripada menggunakan terlalu banyak energi untuk penerangan lampu pada siang hari agar pengguna tetap nyaman beraktifitas dalam bangunan prinsip Arsitektur hijaumenerapkan pencahayaan alami. e. Menghargai site • Seminimal mungkin merubah tapak. Misalnya dengan mempertahankan kontur tanah. • Tidak mengambil jalan pintas dengan cara cut dan fill site dalam pembangunan di tapak. Memberi pori-pori bagi tanah agar tetap memiliki aliran udara. • Menurut seorang arsitek Australia, Glenn Murcutt “Seorang harus menyentuh bumi secara ringan” yang ia kutip dari kata-kata orang Aborigin. Kata-kata ini meliputi interaksi bangunan dan sitenya merupakan suatu hal yang sangat Universitas Sumatera Utara penting dalam penerapan Arsitektur Hijau. Suatu bangunan yang menghabiskan banyak energi, menghasilkan sumber polusi dan menjadi asing bagi penggunanya tidak menyentuh bumi secara ringan. f. Holistik Seluruh prinsip-prinsip arsitektur hijau digabungkan dalam suatu pendekatan holistik pada lingkungan yang dibangun. arsitektur hijau merupakan salah satu aliran dalam arsitektur yang memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup di dalam melakukan proses desain. Arsitektur hijaumuncul sebagai suatu solusi untuk melestarikan lingkungan hidup yang semakin rusak akibat pembangunan yang tidak memperhatikan faktor – faktor lingkungan. Tujuan dari Arsitektur hijauitu sendiri adalah untuk menghasilkan suatu bangunan yang bersahabat dengan lingkungannya dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini bisa dicapai melalui penerapan konsep arsitektur hijauitu sendiri pada bangunan seprti pengheparun energi , memperbanyak area hijau , menggunakan energi alamiah secara efektif , pendaurulangan air dan lain – lain. Dengan penerapan Arsitektur Hijau, dapat menjawab beberapa isu lingkungan global tentang kerusakan lingkungan yang sedang terjadi. Sedangkan penerapan arsitektur hijau pada sebuah proyek berskala urban bertujuan menciptakan sebuah kawasan perkotaan yang ramah lingkungan, yang memiliki tingkat efisiensi energi tinggi dan kebutuhan energi yang minim serta emisi berupa polusi dan panas yang minim pula. III.2 Interpretasi Tema Dunia kini berada di dalam banyak ancaman, termasuk ancaman degradasi terhadap lingkungan. Hal tersebut dapat dilihat dari Negara-Negara di dunia yang belakangan ini banyak muncul isu – isu seperti isu pemanasan global global warming yang akan menimbulkan masalah besar apabila tidak di tanggulangi dengan cermat. Banyak faktor yang mempengaruhi kerusakan lingkungan yang akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia di bumi ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah bentuk fisik dari suatu kawasan termasuk tersedianya lahan hijau sebagai produsen oksigen utama , bangunan yang memenuhi kawasan tersebut dan juga Universitas Sumatera Utara kesadaran akan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Sebagai salah satu solusi pemecahan masalah pencemaran lingkungan hidup tersebut , pada saat ini banyak dikembangkan konsep – konsep kota yang hijau green city. Selain itu polusi yang timbul juga menghasilkan dampak yang buruk terhadap lingkungan hidup. Dengan kata lain kelangsungan suatu kota sangat tergantung pada kualitas lingkungan perkotaan tersebut. Di beberapa Negara maju telah dikeluarkan berbagai peraturan yang berkaitan tentang lingkungan hidup seperti pembangunan kawasan yang haus ramah lingkungan , pembatasan terhadap jumlah kenderaan bermotor dan lain – lain. Departemen lingkungan hidup ditunjuk sebagai salah satu pengawas dalam perencanaan dan pembangunan kawasan perkotaan. Penerapan konsep arsitektur hijau sudah selayaknya diterapkan di Indonesia mengingat intensitas pembangunan yang sangat besar dan kerusakan lingkungan yang semakin parah yang banyak diakibatkan oleh pembangunan tersebut. Karena tanpa kita sadari apabila kita tidak menerapkan konsep tersebut sejak sekarang maka akan berakibat fatal di masa yang akan dating seperti krisis akan air , energi , sumber daya alam serta kerusakan lingkungan yang parah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan manusia. a. Arsitektur Hijau dalam Konteks Kota Medan Pemerintah Kota Medan telah menetapkan Rencana Strategik Renstra Kota Medan sesuai Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2002, dengan visi : “Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metropolitan bercirikan Masyarakat Madani yang menguasai Iptek, dan bermuatan Imtaq serta berwawasan Lingkungan Hidup“ Selain visi tersebut, terdapat beberapa isu lingkungan hidup di kota Medan yang menyebabkan diperlukannya konsep pendekatan “ Hijau” terhadap perencanaan dan perancangan arsitektur kotanya. Isu-isu tersebut diantaranya : pencemaran akibat limbah industri, rumah sakit, hotel, pusat perbelanjaan, restoran, sampah perkotaan, krisis persediaan air tawar, degradasi tanah dan lahan pertanian, pencemaran udara, konflik sosial, lingkungan, transportasi, dan ruang terbuka hijau. Dengan mempertimbangkan isu – isu yang muncul pada saat ini yaitu isu lingkungan hidup , Universitas Sumatera Utara maka dalam pengembangan bangunan Rumah Sakit Paru Medan akan diterapkan konsep arsitektur hijau. Penerapan tema arsitektur hijau pada bangunan yang dirancang dapat dilakukan melalui berbagai cara sebagai berikut : • Mewujudkan suatu kawasan dengan perbandingan antara luas lahan hijau dengan lahan terbangun yang sesuai. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.06PRTM2007 tanggal 16 Maret 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dijelaskan bahwa perbandingan antara lahan hijau dengan lahan terbangun adalah 40 : 60 . Hal tersebut tercantum dalam KDH Koefisien Daerah Hijau yaiitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung diperuntukkan bagi pertamanan penghijauan dan luas tanah perpetakan daerah perencanaan yang dikuasai. • Mengembangkan tata vegetasi yang baik. Tata vegetasi suatu kawasan juga sangat mempengaruhi kondisi lingkungan bangunan yang terdapat pada kawasan tersebut. Dengan adanya tata vegetasi yang baik diharapkan dapat memperbaiki iklim mikro dan mengurangi polusi udara terutama pada bangunan tempat manusia beraktivitas. Dengan adanya tata vegetasi yang baik dapat mengurangi emisi gas karbondioksida yang akan mengurangi dampak pemanasan global. • Mengembangkan bangunan hijau green building . Dalam konsep Green Building terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Terintegrasi dengan alam 2. Memperhatikan ekosistem lokal dengan perencanaan jangka panjang 3. Produk dari tindakan manusia dengan mempertimbangkan kualitas lingkungan baik fisik maupun sosial 4. Memenuhi kriteria LEED Leadership in Energy and Environtmental Design • Menyelamatkan energi sekaligus memenuhi kebutuhan. Isu utama dalam konsep green building yaitu : 1. Membangun hanya yang diperlukan dan tidak menggunakan lebih dari yang diperlukan Keterkaitan interconnectedness 2. Profesi arsitektur sebagai ‘steward of the earth’ Universitas Sumatera Utara • Strategi dalam menerapkan konsep green building pada desain bangunan yaitu sebagai berikut: 1. Pemanfaatan material yang berkelanjutan 2. Keterkaitan dengan ekologi lokal 3. Keterkaitan antara transit dengan tempat tinggal, bekerja dan rekreasi 4. Efisiensi penggunaan air 5. Penanganan limbah 6. Mengedepankan kondisi lokal, baik secara fisik maupun sosial 7. Pendidikan sustainability melalui desain 8. Pendekatan daur hidup terhadap keberhasilan bangunan 9. Memperkuat keterkaitan dengan alam 10. Pemakaian kembalirenovasi bangunan Ketahanan bangunan melalui layout yang fleksibel. • Dalam mewujudkan konsep green building pada bangunan dapat dilakukan berbagai cara sebagai berikut : 1. Membuat atap hijau roof – garden 2. Menempatkan bukaan sebagai tempat masuknya cahaya dan udara pada tempat yang tepat 3. Menggunakan teknologi photovoltaic , water filtration , air filtration , dan lain – lain 4. Menghadirkan taman pada bangunan 5. Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan 6. Melakukan penanganan limbah bangunan secara efektif 7. Menggunakan perabot dalam bangunan yang hemat energi dan hemat pemakaian air 8. Menerapkan sistem utilitas pada bangunan yang hemat energy III.3 Keterkaitan Tema Dengan Judul Tuntutan kebutuhan pelayanan dari pelanggan rumahsakit telah bergeser ke arah pelayanan paripurna dengan berbasis kenyamanan dan keamanan lingkungan rumahsakit. Oleh karena itu, rumah sakit hendaknya mampu memberi perlindungan dan kenyamanan bagi pasien dan pengunjung lainnya untuk memenuhi unsur kenyamanan Universitas Sumatera Utara ekologis sebagai pertimbangan pasien dalam pemilihan rumah sakit. Disini konsep arsitektur hijaujuga sangat membantu di dalam menciptakan suatu suasana yang alami yang merupakan suasana yang ingin di capai dalam suatu bangunan rumah sakit sehingga pasien mendapat kesan damai dan tenang yang membantu proses kesembuhan. Tema Arsitektur hijau pada Rumah Sakit Paru Medan merupakan jawaban pergeseran tuntutan kebutuhan mutu pelayanan RS bagi masyarakat. Sayangnya, tema itu belum banyak diterapkan di Indonesia. Investor rumah sakit di perkotaan khususnya pada umumnya memiliki keterbatasan lahan fisik, sehingga rumah sakit dibangun dengan kecenderungan mengabaikan unsur lingkungan hijau dengan hanya mengkonsentrasikan pemanfaatan penggunaan lahan untuk bangunan secara maksimal. Selain memfokuskan diri pada penataan ruang terbuka hijau, implementasi green hospital juga memperhatikan efek samping rumah samping yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah merupakan parameter utama dalam menentukan RS dengan citra ramah lingkungan. Untuk mewujudkan hal itu, baiknya rumah sakit dilengkapi fasilitas pengolahan limbah yaitu berupa instalasi pengolahan air limbah dengan sistem biologi. III.4 Penerapan Tema Dalam Bangunan Konsep rumah sakit hijau dalam Rumah Sakit Paru Medan ini diterapkan dengan tujuan menciptakan rumah sakit berwawasan lingkungan sebagai bagian dari mutu layanan dan asuhan, dengan penerapan sebagai berikut: a. Lokasi Rumah Sakit dapat dijangkau dengan mudah dari luar daerah dengan penggunaan transportasi alternatif. b. Efisiensi penggunaan air Efisien dalam pemanfaatan air, penggunaan ulang air, penyediaan lahan terbuka untuk penyerapan air. c. Energi dan Polusi Udara Mengurangi konsumsi energi untuk mengurangi polusi udara. d. Material dan sumberdaya. Menggunakan bahan dan sumberdaya yang dapat didaur-ulang,material lokal, atau kayu yang tersertifikasi. e. Indoor Environmental Quality. Universitas Sumatera Utara Menjaga kualitas udara dalam ruangan dengan peningkatan ventilasi, bebas dari gas berbahaya, penggunaan material tanpa form-aldehida, toluen, dan bahan-bahan karsinogenik, serta pengaturan suhu dan penerangan. f. Makanan yang sehat Menyediakan makanan segar, lokal, dan organik untuk pasien dan staf. g. Green Education. Membangun ‘Budaya Hijau’; melatih staf tentang minimalisasi limbah, zat toksik, dan budaya daur-ulang. h. Kontaminan Mengurangi pemakaian zat toksik, seperti merkuri dan PVC. i. Green Cleaning. Menggunakan produk bersih yang tidak mengandung bahan kimia berbahaya j. Waste Reduction. Ada program pengelolaan lembah medik dengan re-use dan recycle. k. Healing Garden RS punya ‘Taman Penyembuhan’, tempat pasien, staf, atau pengunjung dapat merefleksikan diri maupun terapi, mengurangi stres, dan kembali ke lingkungan alam. Universitas Sumatera Utara III.5 Studi Banding Tema Sejenis Adapun yang menjadi studi banding tema arsitektur hijau yang diterapkan kedalam bangunan adalah sebagai berikut. III.5.1 The EDITT Tower , Singapore Desain untuk EDITT Tower gambar 3.1 , pada sudut kota Singapura , merupakan bentuk hybrid yang memenuhi keperluan pelanggan sebagai sebuah gedung Expo. Gambar 3.1. The EDITT Tower , Singapore Sumber.httpgreenbuilding.com.maret.2011 Terdapat area retail , exhibition hall dan auditorium serta ruang office pada bagian atas. Bangunan 26 lantai ini menerapkan konsep ‘green vertical urbanism’ maksudnya pengembangan kota yang ramah lingkungan secara vertical. Dengan konsep bentuk yang organic gambar 3.2 pada bagian fasad bangunan yang berpengaruh pada ruang public dan sirkulasi untuk menghasilkan suatu bangunan yang memiliki estetika ekologi. Gambar 3.2 The EDITT Tower , Singapore Sumber.httpgreenbuilding.com.maret.2011 Universitas Sumatera Utara Konsep arsitektur hijau terlihat pada taman yang dibuat hampir pada seluruh bagian bangunan serta pemanfaatan air secara efektif melalui system penampungan air hujan gambar 3.2 dan gambar 3.3. Juga terdapat sun screen pada sisi sebelah timur sebagai alternative energi untuk bangunan. Gambar 3.3 Konsep Tata Vegetasi dan Penampungan Air Hujan The EDITT Tower, Singapore Sumber.httpgreenbuilding.com.maret.2011 III.5.2 Eco Bay Complex , Abu Dhabi , UEA Konsep yang diterapkan pada kawasan ini muncul dari sebuah ide yaitu ‘green oasis of ecological living‘. Hal yang melatarbelakangi pembangunan komplek dengan konsep arsitektur hijau ini adalah bahwa kota Abu Dhabi , seperti halnya Kuwait memiliki suhu yang cukup tinggi pada siang hari sehingga aktivitas di luar bangunan tidak dapat dilakukan secara nyaman. Jadi pada komplek bangunan ini konsep arsitektur hijaudi wujudkan melalui penataan vegetasi yang baik terutama pada jalur pedestriannya gambar 3.4. Sistem pendinginan bangunan yang hemat energi dan terdapat suatu ruang terbuka yang disebut eco-court pada tengah podium bangunan. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.4 Eco Bay Complex , Abu Dhabi , UEA Sumber.httpgreenbuilding.com.maret.2011 Selain itu juga dibuat konsep green roof pada bangunan ini. Tujuan ekologis dari bangunan ini pertama adalah menciptakan suatu siklus kehidupan yang hemat energi dan yang kedua juga menciptakan sebuah symbol visual yang kuat tentang cara hidup yang sehat yang juga menjadi identitas dari kawasan Eco-bay ini gambar.3.5. Gambar.3.5 Diagram Konsep EcoBay Complex , Abu Dhabi , UEA Sumber.httpgreenbuilding.com.maret.2011 Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA