A – B Kadar air tanah x 100
A
Keterangan: A = Berat basah tanah
B = Berat konstan tanah
Selanjutnya diambil sebanyak 5 gram dan dibakar di dalam tungku pembakar
Furnace Mufle dengan suhu 600 C selama tiga jam. Persentase kadar organik tanah
dihitung dengan rumus: 0,5 gram tanah kering udara dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 cc, lalu ditambahkan 10 ml H
2
SO
4
pekat, kemudian dikocok 3-4 menit, selanjutnya diamkan selama 30 menit. Tambahkan 100 ml air suling dan 5 ml H3PO4
85 dan 2,5 ml NaF 4. Kemudian ditambahkan 5 tetes diphenilamine, dikocok larutan berwarna biru tua kehijauan kotor. Titrasi dengan Fe NH
4 2
SO
4 2
0,5 N dari buret hingga warna berubah menjadi hijau terang. Lakukan kembali prosedur diatas
dari no.2 sd 5 tanpa tanah untuk mendapatkan volume titrasi Fe NH
4 2
SO
4 2
0,5 N untuk Blanko Muklis, 2007. Dengan menggunakan rumus berikut:
C org = 5 x [1-T5] x 0,003 x 10,77 x 100BCT x 0,72
dengan : T = Volume titrasi Fe NH
4 2
SO
4 2
0,5 N dengan tanah S = Volume titrasi Fe NH
4 2
SO
4 2
0,5 N untuk Blanko tanpa tanah 0,003 = 1 ml K
2
Cr
2
O7 0,1N + H
2
SO
4
mampu mengoksidasi 0,003 gr C.Organik 10,77 = Metode ini hanya 77 C.Organik yang dapat dioksidasi
BCT = Berat Contoh Tanah.
3.6 Analisis Data
Jenis cacing tanah dan jumlah individu masing-masing jenis yang didapatkan dihitung nilai : kepadatan populasi, kepadatan relatif, Frekuensi kehadiran dengan tujuan agar
diketahui keberadaan jenis dan komposisi komunitas makrofauna tanah dengan
menggunakan rumus menurut Walwork 1976, dan Suin 2002 sebagai berikut : a. Kepadatan Populasi K
Jumlah individu suatu jenis K =
Jumlah unit sampel
Universitas Sumatera Utara
b. Kepadatan relatif KR Kepadatan suatu jenis
KR = x 100 Jumlah kepadatan semua jenis
c. Frekuensi Kehadiran FK Jumlah plot yang ditempati suatu jenis
FK = Jumlah total plot
Dimana nilai FK :
0-25 : Aksidental sangat jarang
25-50 : Assesori jarang
50-75 : Konstan sering
75-100 : Absolut sangat sering
d. Komposisi Komunitas: didasarkan pada nilai urut Kepadatan Relatif KR terbesar hingga terkecil dari masing-masing jenis yang didapatkan.
e. Analisis Korelasi: Dilakukan dengan menggunakan Analisis Korelasi Pearson
SPSS versi 16.0 antara faktor fisik kimia terhadap indeks keanekaragaman
Menurut Sugiyono 2005, Tingkat hubungan nilai Indeks Korelasi dinyatakan
sebagai berikut: Internal Koefisien
Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199
sangat rendah 0,20 – 0,399
Rendah 0,40 – 0,599
Sedang 0,60 – 0,799
Kuat 0,80 – 1,00
sangat kuat
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Spesies Cacing Tanah Yang Ditemukan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada areal kebun Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei pada tahun tanam yang sama, yaitu tahun tanam 1994, baik pada areal
yang diaplikasikan dengan limbah cair pabrik kelapa sawit, maupun yang tidak diaplikasikan didapatkan 4 empat spesies cacing tanah dari 3 Famili, yaitu
Enchytraeidae, Glossocolecidae, dan Megascolecidae, seperti yang terlihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Cacing Tanah Yang Ditemukan Pada Areal Kebun Kelapa Sawit pada Tiga Lokasi Penelitian
No Famili
Spesiesjenis Lokasi
I II
III 1
2 3
Enchytraeidae Glossoscolecidae
Megascolecidae Fridericia sp
Pontoscolex corethrurus Megascolex sp1
Pheretima posthuma -
+ +
+ -
+ +
+ +
+ +
+
Jumlah Spesies 3
3 4
Keterangan : Lokasi I = Areal kebun yang tidak dialiri limbah cair Kontrol Lokasi II = Areal kebun yang dialiri dengan limbah cair yang telah mulai kering lembab ; Lokasi III = Areal
kebun yang dilairi dengan limbah cair dalam keadaan yang masih basah ; + ditemukan ; - Tidak ditemukan
Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah jenis cacing tanah yang banyak
ditemukan adalah pada lokasi III, yaitu sebanyak 4 jenis Fridericia sp, Pontoscolex corethrurus sp, Megascolex sp1 dan Pheretima posthuma, sedangkan pada lokasi I
dan II masing-masing sebanyak 3 jenis, yaitu dari jenis Pontoscolex corethrurus, Megascolex sp1, dan Pheretima posthuma. Jenis cacing tanah pada spesies Fridericia
sp tidak didapatkan pada lokasi I dan II, hanya didapatkan pada lokasi III hal ini disebabkan karena spesies Fridericia sp ini sangat menyukai tanah yang basah sampai
berair, sedangkan pada lokasi I dan II merupakan habitat yang tidak cocok terhadap perkembangbiakan dan pertumbuhan spesies Fridericia sp.
Universitas Sumatera Utara