Pemanfaatan limbah cair Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

2.5 Pemanfaatan limbah cair

Menurut Loebis dan Tobing 1989 limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit mengandung unsur hara yang tinggi seperti N, P, K, Mg, dan Ca, sehingga limbah cair tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit, di samping memberikan kelembaban tanah, juga dapat meningkatkan sifat fisik–kimia tanah, serta dapat meningkatkan unsur hara tanah. Limbah agroindustri dapat dimanfaatkan bagi bidang pertanian secara luas. Berbagai penelitian menunjukka n bahwa land application untuk berbagai jenis komoditas memberikan hasil yang memuaskan, seperti pada tanaman ubi kayu, padi sawah, jagung dan kedelai Soelaeman et al., 2004. Di samping itu kerusakan dapat dihindari, karena limbah agroindustri tersebut dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Dalam hal ini tanah berfungsi sebagai penampung limbah landfill disposal of waste sehingga limbah tidak terbuang langsung ke sungai. Dari aspek kimia tanah, limbah agroindustri secara langsung dapat menyumba- ngkan unsur hara makro dan mikro ke dalam tanah. Secara tidak langsung bahan organik yang berasal dari limbah setelah termineralisasi juga akan menyumbangkan unsur hara ke dalam tanah. Selain itu limbah ini juga berpengaruh terhadap reaksi kimia tanah. Kondisi fisik dan kimia tersebut juga didukung oleh akibat aktivitas mikroorganisme tanah atau sebaliknya. Bahan organik dari limbah tersebut dapat dijadikan sumber energi oleh mikroorganisme Banuwa, et al., 2001.

2.6 Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Limbah cair pabrik kelapa sawit PKS dihasilkan dari 3 tahap proses yaitu: a. Proses sterilisasi pengukusan untuk mempermudah perontokan buah dari tandannya, mengurangi kadar air, dan untuk inaktifasi enzim lipase dan oksidase b. Proses ekstraksi minyak untuk memisahkan minyak daging buah dari bagian lainnya Universitas Sumatera Utara c. Proses pemurnian klarifikasi untuk membersihkan minyak dari kotoran lain Anonim, 2001 Teknik pengolahan limbah cair yang biasanya diterapkan di PKS adalah: a. Kolam pengumpul fatfit Kolam ini berguna untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat dan stasiun klarifikasi b. Kemudian dimasukkan ke unit deoling pond untuk dikutip minyaknya dan diturunkan suhunya dari 70-80 C menjadi 40-45 C melalui bak pendingin c. Kolam pengasaman Pada proses ini digunakan mikroba untuk menetralisir keasaman cairan limbah. Pengasaman bertujuan agar limbah yang mengandung bahan organik lebih mudah mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Limbah cair dalam kolam ini mengalami asidifikasi yaitu terjadinya kenaikan konsentrasi asam- asam yang mudah menguap. Waktu penahanan hidrolisis WPH limbah cair dari kolam pengasaman ini. Selama 5 hari. Kemudian sebelum diolah diunit pengolaha n limbah kolam anaerobik, limbah dinetralk terlebih dahulu dengan menambahkan kapur tohor hingga mencapai pH antara 7,0-7,5 d. Kolam Anaerobik Primer Pada proses ini memanfaatkan mikroba dalam suasana anaerobik atau aerobik untuk merombak BOD dan biodegradasi bahan organik menjadi senyawa asam dan gas. WPH dalam kolam ini mencapai 40 hari e. Kolam Anaerobik Sekunder Adapun WPH limbah dalam kolam ini mencapai 20 hari. Kebutuhan lahan untuk kolam anaerobik primer dan sekunder mencapai 7 hektar untuk PKS dengan kapasitas 30 ton TBSjam f. Kolam Pengendapan Kolam pengendapan ini bertujuan untuk mengendapkan Lumpur-lumpur yang terdapat dalam limbah cair. WPH limbah dalam kolam ini berkisar 2 hari Biasanya ini merupakan pengolahan terakhir sebelum limbah dialirkan ke badan air dan diharapkan pada kolam ini limbah sudah memenuhi standar baku mutu air sungai Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit, 2006 Universitas Sumatera Utara BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai bulan Oktober 2010 pada areal kebun kelapa sawit PTPN III, Desa Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara yaitu areal kebun yang diberi perlakuan dengan limbah cair pabrik kelapa sawit pada Blok II dan Blok III, dan areal kebun yang tidak dialiri limbah cair kelapa sawit pada Blok I sebagai Kontrol. Identifikasi sampel di Laboratorium Taksonomi Hewan Departemen Biologi FMIPA USU Medan.

3.2 Deskripsi Area