Spesies Cacing Tanah Yang Ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Spesies Cacing Tanah Yang Ditemukan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada areal kebun Kelapa Sawit PTPN III Sei Mangkei pada tahun tanam yang sama, yaitu tahun tanam 1994, baik pada areal yang diaplikasikan dengan limbah cair pabrik kelapa sawit, maupun yang tidak diaplikasikan didapatkan 4 empat spesies cacing tanah dari 3 Famili, yaitu Enchytraeidae, Glossocolecidae, dan Megascolecidae, seperti yang terlihat pada Tabel 4.1 dibawah ini: Tabel 4.1 Cacing Tanah Yang Ditemukan Pada Areal Kebun Kelapa Sawit pada Tiga Lokasi Penelitian No Famili Spesiesjenis Lokasi I II III 1 2 3 Enchytraeidae Glossoscolecidae Megascolecidae Fridericia sp Pontoscolex corethrurus Megascolex sp1 Pheretima posthuma - + + + - + + + + + + + Jumlah Spesies 3 3 4 Keterangan : Lokasi I = Areal kebun yang tidak dialiri limbah cair Kontrol Lokasi II = Areal kebun yang dialiri dengan limbah cair yang telah mulai kering lembab ; Lokasi III = Areal kebun yang dilairi dengan limbah cair dalam keadaan yang masih basah ; + ditemukan ; - Tidak ditemukan Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah jenis cacing tanah yang banyak ditemukan adalah pada lokasi III, yaitu sebanyak 4 jenis Fridericia sp, Pontoscolex corethrurus sp, Megascolex sp1 dan Pheretima posthuma, sedangkan pada lokasi I dan II masing-masing sebanyak 3 jenis, yaitu dari jenis Pontoscolex corethrurus, Megascolex sp1, dan Pheretima posthuma. Jenis cacing tanah pada spesies Fridericia sp tidak didapatkan pada lokasi I dan II, hanya didapatkan pada lokasi III hal ini disebabkan karena spesies Fridericia sp ini sangat menyukai tanah yang basah sampai berair, sedangkan pada lokasi I dan II merupakan habitat yang tidak cocok terhadap perkembangbiakan dan pertumbuhan spesies Fridericia sp. Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa cacing tanah yang paling banyak didapatkan pada lokasi penelitian yaitu pada lokasi III sebanyak 4 spesies seperti Fridericia sp, Megascolex sp1, Pheretima posthuma dan Pontoscolex corethrurus. Banyaknya spesies cacing tanah yang didapatkan dilokasi III diduga karena Kelembaban, Kadar air, Kadar organik, N-total, K-tukar, Mg-tukar dan P tersedia lebih tinggi bila dibandingkan pada lokasi I dan lokasi II, Hal ini sesuai dengan pernyataan Notohadiprawiro 1998 komunitas yang kaya akan nutrisi mempunyai banyak organisme. Sedikitnya jumlah spesies yang didapatkan di lokasi I disamping disebabkan rendahnya kandungan kadar organik tanah juga disebabkan oleh kadar air yang rendah pula. Suin 1997 menyatakan bahwa kadar air tanah sangat menentukan kehidupan hewan tanah. Umumnya pada tanah yang rendah kadar airnya keberadaan hewan tanahnya juga rendah.. Dari keempat spesies cacing tanah yang ditemukan tersebut mempunyai tanda- tanda khusus sebagai berikut :

1. Spesies Fridericia, family : Enchytraeidae

Panjang tubuh berkisar antara 10-15 mm, diameternya 0,8-1 mm dan jumlah segmen antara 71-134. Warna bagian dorsal coklat kemerahan, bagian ventral coklat pucat. Warna ujung anterior coklat kekuningan dan ujung posterior abu-abu cokelatan. Prostomium prolobus, segmen pertamanya tertarik ke dalam. Klitelium kurang jelas Gambar 4.1 segmennya jelas serta mengkilap, dimulai pada segmen ke XIII-XIX . Mempunyai setae, warna coklat, memiliki papilla, bagian dorsal dan ventral tidak menebal. Lubang dorsal tidak ada. Setae mulai dari segmen I dengan tipe lumbricine, seta bagian posterior lebih besar dari pada bagian anterior sehingga terlihat jelas Arlen, 1998 Menurut Stephenson dalam Suin 1994 cacing dari spesies Fridericia sp tersebar cukup luas di Indonesia termasuk di pulau Sumatera, cacing tanah ini lebih menyukai hidup pada tanah yang berair. Cacing ini ditemukan pada areal kebun yang dialiri limbah cair dengan kondisi basah Lokasi III Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Fridericia sp

2. Spesies Megascolex sp1, Family: Megascolecidae

Panjang tubuh berkisar antara 120-130 mm, diameter 3-4 mm, dan jumlah segmen antara 134-178. Warna bagian dorsal merah keunguan, bagian ventral pucat atau coklat keputihan. Warna ujung anterior coklat keputihan dan ujung posterior abu- abu coklat. Prostomium epilobus, segmen pertamanya jelas . Klitelium berbentuk cincin dan tidak membengkak Gambar 4.2 segmennya jelas serta mengkilap, berwarna kemerahan, dimulai pada segmen ke XIV-XVI, mempunyai setae, bagian dorsal dan ventral tidak menebal. Lubang dorsal mulai pada septa 56. Setae mulai dari segmen II dengan tipe Perichaetin. Lubang kelamin jantan pada segmen XVIII, agak ke tengah dan mempunyai papilla. Lubang kelamin betina pada septa 78-89 Arlen,1998 Suin 1997 menyatakan bahwa cacing tanah jenis Megascolex sp1 ini memiliki sebaran yang sangat luas di Indonesia, dan banyak ditemukan pada semak belukar, padang rumput, dan tidak ditemukan pada hutan yang lebat, cacing tanah ini ditemukan pada setiap lokasi areal kebun kelapa sawit yang dialiri limbah maupun yang tidak dialiri limbah yaitu pada lokasi I, II dan III. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Megascolex sp1

3. Spesies Pheretima posthuma, Family: Megascolecidae

Panjang tubuh berkisar antara 150-160 mm, diameternya 3-4 mm, dan jumlah segmen antara 125-145. Warna bagian dorsal coklat keunguan, bagian ventral pucat atau abu-abu keputihan. Warna ujung anterior coklat kekuningan dan ujung posterior coklat pucatkuning. Prostomium epilobus. Klitelium berbentuk cincin dan tidak membengkak, segmennya jelas Gambar 4.3, Memiliki papilla, berwarna kekuningan, dimulai pada segmen ke XIV-XVI, mempunyai setae, bagian dorsal dan ventral tidak menebal. Lubang dorsal mulai pada septa 1213. Setae mulai dari segmen II dengan tipe Perichaetin, setae bagian anterior dari ventral terlihat jelas atau lebih besar. Lubang kelamin betina terletak pada medioventral segmen XVII dan XIX. Lubang spermateka 4 pasang, terletak pada septa 56 kurang jelas Arlen, 1998 Cacing tanah ini umumnya ditemukan pada tanah yang banyak ditumbuhi oleh vegetasi dasar, berupa rumput dan semak, serta tumpukan bahan organik berupa serasah daun atau kompos. Penyebaran cacing ini di Indonesia telah dilaporkan, yaitu di pulau Sumba dan propinsi Jawa Barat Nurdin, 1982 dalam Arlen 1998. Selanjutnya Arlen 1998, 2001, dan 2010 menjelaskan bahwa cacing tanah dari jenis Pheretima posthuma juga ditemukan di Sumatera Utara, yaitu pada bagian pinggir tumpukan sampah kota, areal perkebunan kelapa sawit dan areal pertanian tanaman pangan. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 Pheretima posthuma

4. Ponthoscolex corethrurus family Glossocolecidae

Panjang tubuh berkisar antara 70-80 mm, diameter 2-3 mm, dan jumlah segmen antara 120-167 warna bagian dorsal coklat kekuningan, bagian ventral abu-abu keputihan, warna ujung anterior kekuningan dan ujung posterior coklat kekuningan prostomium prolobus atau epilobus klitelium berbentuk pelana, Gambar 4.4, segmennya IV-VI dengan warna kekuningan, dimana bagian dorsal menebal sedangkan bagian ventral tidak. Mempunyai seta, bagian ventral tersusun, lubang dorsal tidak jelas setae mulai dari segmen ke II dengan tipe lumbrisine lubang kelamin jantan terletak pada segmen 2021 dan lubang kelamin betina tidak jelas dan spermatekanya juga tidak jelas. Arlen, 1998 Suin 1997 menyatakan bahwa cacing tanah jenis Pontoscolex corethrurus ini memiliki sebaran yang sangat luas di Indonesia, dan banyak ditemukan pada semak belukar, padang rumput, dan tidak ditemukan pada hutan yang lebat. Selanjutnya Arlen 1998, 2001, dan 2010 menjelaskan bahwa cacing tanah dari jenis Pontoscolex corethrurus juga ditemukan di Sumatera Utara, yaitu pada areal perkebunan kelapa sawit, coklat dan karet, serta areal pertanian tanaman pangan. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Pontoscolex corethrurus

4.2 Faktor fisik kimia tanah pada masing-masing lokasi PTPN III Sei Mangkei