BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai bulan Oktober 2010 pada areal
kebun kelapa sawit PTPN III, Desa Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara yaitu areal kebun yang diberi
perlakuan dengan limbah cair pabrik kelapa sawit pada Blok II dan Blok III, dan areal kebun yang tidak dialiri limbah cair kelapa sawit pada Blok I sebagai Kontrol.
Identifikasi sampel di Laboratorium Taksonomi Hewan Departemen Biologi FMIPA USU Medan.
3.2 Deskripsi Area
Secara administratif PTPN III Sei Mangkei terletak di Desa Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara, memiliki luas ±
12.50 Ha yaitu perkebunan kelapa sawit yang limbah pabrik kelapa sawit di aplikasikan ke areal kebun Land application pada tahun 2000 sampai sekarang
A. Lokasi I
Merupakan lokasi pertama kontrol, areal kebun kelapa sawit yang tidak dialiri
limbah cair pabrik kelapa sawit Land Application pada tahun tanam 1994, Gambar 3.1 yang terletak pada titik kordinat 3
02’ 31,2’’ LU, 99 12’ 44,64’’ BT.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1 Lokasi 1 Kontrol Tanpa dialiri Limbah
B. Lokasi II
Merupakan lokasi kedua areal kebun yang dialiri limbah cair pabrik kelapa sawit Land Application dengan kondisi air limbah yang telah mulai kering lembab, pada
tahun aplikasi 1994 Gambar 3.2 lokasi ini terletak pada titik kordinat 3 03’ 46,96’’
LU, 99 14’ 2,4’’ BT.
Gambar 3.2 Lokasi II areal kebun yang dialiri limbah yang telah mulai kering lembab
Universitas Sumatera Utara
C. Lokasi III
Merupakan lokasi ketiga areal kebun yang di aliran limbah cair pabrik kelapa sawit Land Application dengan kondisi air limbah yang masih basah pada tahun aplikasi
1994 Gambar 3.3 lokasi ini terletak pada titik kordinat 3 03’ 23,04’’ LU, 99
13’ 10,56’’ BT.
Gambar 3.3 Lokasi III areal kebun yang dialiri dengan limbah dengan kondisi yang basah
3.3 Metoda Penelitian
Penentuan lokasi plot sampling dilakukan dengan metoda Purposive Random Sampling yaitu dipilih secara acak pada areal kebun, pengambilan sampel cacing
tanah dilakukan dengan menggunakan metoda, Kuadrat dan Hand sortir.
3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Pengambilan Sampel Cacing Tanah
Pada masing-masing titik sampel yang telah ditentukan dibuat plot berukuran 30 x 30 cm dengan kedalaman 20 cm sebanyak 15 plot dan diambil tanahnya dengan
menggunakan cangkul pada masing-masing plot, kemudian ditempatkan dalam lembaran plastik. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 07.00 – 11.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya cacing tanah yang ada pada tanah tersebut disortir. Cacing tanah yang didapatkan dikumpulkan dan dibersihkan dengan air serta dihitung jumlahnya,
kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel yang telah berisi formalin 4, setelah itu diawetkan dengan alkohol 70 Suin, 1997. Cacing tanah yang diawetkan ini
dibawa ke Laboratorium Sistematika Hewan FMIPA USU untuk diidentifikasi.
3.4.2 Identifikasi Spesias Cacing Tanah
Sample cacing tanah yang dibawa dari lapangan dilakukan pengelompokan sesuai dengan kesamaan ciri-ciri morfologinya, kemudian diawetkan dalam alkohol 70
selanjutnya dideterminasi dan diidentifikasi dengan memperhatikan bentuk luar morfologi dengan bantuan loop dan mikroskop Stereo Binokuler, serta buku acuan
menurut Dindal 1990, Suin 1997, Jhon 1998.
3.5 Pengukuran faktor fisik kimia tanah
Tanah pada masing-masing kuadrat diukur kelembaban relatif, pH, suhu, kadar organik, dan kadar air. Pengukuran kelembaban relatif, pH dan suhu tanah dilakukan
sebelum tanah diambil dari kuadrat tersebut. Kelembaban relatif dan pH diukur dengan menggunakan Soil Tester dan suhu tanah diukur pada bagian permukaan dan
pada ke dalaman 10 cm dengan menggunakan Soil Thermometer
Pengukuran kadar air dan kadar organik tanah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU. Tanah yang telah disortir hewan tanah
dibersihkan dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan tanah lainnya yang masih ada, kemudian diaduk-aduk sampai rata dan diambil sebanyak 20 gram tanah untuk
dianalisis. Selanjutnya sampel tanah ini dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C
selama 2 jam sehingga beratnya konstan dan ditentukan kadar air tanahnya dengan rumus sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
A – B Kadar air tanah x 100
A
Keterangan: A = Berat basah tanah
B = Berat konstan tanah
Selanjutnya diambil sebanyak 5 gram dan dibakar di dalam tungku pembakar
Furnace Mufle dengan suhu 600 C selama tiga jam. Persentase kadar organik tanah
dihitung dengan rumus: 0,5 gram tanah kering udara dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 cc, lalu ditambahkan 10 ml H
2
SO
4
pekat, kemudian dikocok 3-4 menit, selanjutnya diamkan selama 30 menit. Tambahkan 100 ml air suling dan 5 ml H3PO4
85 dan 2,5 ml NaF 4. Kemudian ditambahkan 5 tetes diphenilamine, dikocok larutan berwarna biru tua kehijauan kotor. Titrasi dengan Fe NH
4 2
SO
4 2
0,5 N dari buret hingga warna berubah menjadi hijau terang. Lakukan kembali prosedur diatas
dari no.2 sd 5 tanpa tanah untuk mendapatkan volume titrasi Fe NH
4 2
SO
4 2
0,5 N untuk Blanko Muklis, 2007. Dengan menggunakan rumus berikut:
C org = 5 x [1-T5] x 0,003 x 10,77 x 100BCT x 0,72
dengan : T = Volume titrasi Fe NH
4 2
SO
4 2
0,5 N dengan tanah S = Volume titrasi Fe NH
4 2
SO
4 2
0,5 N untuk Blanko tanpa tanah 0,003 = 1 ml K
2
Cr
2
O7 0,1N + H
2
SO
4
mampu mengoksidasi 0,003 gr C.Organik 10,77 = Metode ini hanya 77 C.Organik yang dapat dioksidasi
BCT = Berat Contoh Tanah.
3.6 Analisis Data