Analisis Keputusan Migrasi Sirkuler Pekerja Sektor Formal di Kota Medan

(1)

KUESIONER

Petunjuk Umum :

1. Saudara diminta untuk mengisi/menjawab pertanyaan yang telah di susun. 2. Berilah tanda lingkaran paa huruf/angka yang tersedia pada pertanyaan

yang bersifat pilihan.

A. KEADAAN SOSIAL RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

4. Alamat :

a. Kecamatan : b. Desa/Kelurahan :

5. Status Pernikahan : a. Lajang b. Sudah Menikah c. lainnya……….

6. Jumlah Tanggungan :

7. Pendidikan Terakhir: a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma d. Sarjana

8. Apakah B/I/S melakukan migrasi Sirkuler karena fasilitas sosial di kota lebih lengkap dan memadai ?

a. Ya b. Lainnya………..

B. KEADAAN EKONOMI RESPONDEN

1. Pekerjaan : a. PNS/TNI/POLRI b. Karyawan Swasta c. Lainya ….

2. Pendapatan yang diterima :


(2)

b. Rp. 3.000.000 – Rp.5.000.000 c. ≥ RP.5.000.000

3. Apakah alasan B/I/S melakukan migrasi sirkuler ? a. Mendapatkan Upah Lebih Tinggi

b. Lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan c. Kesempatan kerja lebih banyak

d. Tuntutan pekerjaan

e. Lainnya………

………….

4. Mengapa B/I/S tidak mencari pekerjaan di daerah asal ? b. Upah kecil

c. Tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki d. Tidak terdapat lapangan pekerjaan

e. Lahan garapan sedikit

5. Alat transportasi apa yang B/I/S gunakan dalam melakukan migrasi sirkuler (commuter)?

a. Angkutan umum c. Sepeda motor

b. Mobil pribadi d.

lainnya………

6. Apakah B/I/S memiliki lahan di daerah asal ?

a. Ya b. Tidak

7. Berapa luas lahan yang B/I/S punya ?


(3)

b. 0,1 - 0,49 Ha d. ≥1 Ha 8. Lahan yang B/I/S miliki berfungsi sebagai?

a. Lahan Sawah/Ladang

b. Pekarangan rumah/bangunan

c. Lainnya, sebutkan………... 9. Status kepemilikan lahan yang B/I/S miliki ?

a. Milik sendiri b. Milik keluarga

c. Milik orang lain / penyewa

10. Apakah B/I/S melakukan migrasi Sirkuler karena fasilitas Umum di kota lebih lengkap dan memadai ?

a. Ya b. Lainnya………..

11.Apakah jarak mempengaruhi minat B/I/S melakukan migrasi sirkuker ?

a. Ya b. Lainnya………..

12.Apakah lapangan pekerjaan yang tersedia di kota mempengaruhi minat B/I/S melakukan migrasi sirkuler?


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, aris . 1993, Ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi.Jakarta : Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ara Shera Reganatha. 2008. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Migrasi Intern Di Kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan – Semarang. Skripsi S1 STIKUBANK : Semarang.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2014, Medan dalam angka, Medan

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2013, Pendapatan Regional Kota

Medan menurut lapangan usaha 2010-2013, Medan.

Badan Pusat Statistik, 2007, Laporan Perekonomian Indonesia, Jakarta

Didit Purnomo. 2004, Studi tentang Migrasi Migran Sirkuler Asal Wonogiri ke Jakarta. LPMM UMS, Surakarta.

Djojohadikusumo,Soemitro. 1994, Dasar Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Pustaka LP3S, Jakarta

Hasyasya, Nisa. 2012, Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja menjadi Commuter dan tidak menjadi Commuter ke kota Semarang (Kasus Kabupaten Kendal), Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang

J. Siagian. 1995. “Mobilitas Penduduk Lintas Perbatasan (Kasus Kalimantan Barat-Serawak)”, Prisma, No.1 Januari 1995. LP3ES : Jakarta.


(5)

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Penerbit Erlangga, Jakarta

Lee, Everett. S. 1976. Teori Migrasi. Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta.

Lincolin Arsyad. 1999. Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.

Mantra. 2000. Demografi Umum. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Nawawi, H Hadari, dan Mimi Martini. 1994. Penelitian Terapan, Gajah Mada University, Press, Yogyakarta

Pardoko, R.H. 1987. Mobilitas Migrasi dan Urbanisasi. Angkasa:Bandung.

Puspitasari, Ayu. 2010, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Migrasi Sirkuler ke Kabupaten Semarang, skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Ravenstein, 1985. Teori Migrasi. Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta.

Reviani, Elvira, 2006, Faktor Penyebab dan Dampak Migrasi Sirkuler di Daerah Asal ( studi kasus : Desa Pamijahan, Kab Bogor, Jawa Barat), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.


(6)

Riardy, Eka Mutiara, 2013, Pengaruh Upah dan Kesempatan Kerja Formal Terhadap Migrasi Masuk di Kota Pekan Baru, Skripsi, Universitas Riau, Pekanbaru.

Rozy Munir. 1981. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Rosdakarya. Yogyakarta: APMD Press.

Sanis, Putu. 2010, analisis pengaruh upah, lama migrasi, umur, dan tingkat pendidikan terhadap minat migrasi sirkuler penduduk salatiga ke kota semarang, skripsi, universitas diponegoro, semarang.

Sarwono, Jonathan. 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Subri, Mulyadi. 2006, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sugiyomo. 2004, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung

Sukirno, Sadono. 2008, Pengantar Teori Makro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Syafe’I, Muhammad. 2007, Profil Migrasi di Kota Pekanbaru, Universitas Riau, Pekanbaru

Simanjuntak, P. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. FEUI : Jakarta.


(7)

Tjiptoherijanto, P. (1999). Migrasi Internasional: Proses, Sistem, dan MasalahKebijakan. Bandung. Penerbit Alumni.

Todara, Michael P. 1996, Pengembangan Ekonomi di Dunia Ke 3 Kajian Migrasi Internal di Negara Sedang Berkembang, Pusat Penelitian Kependudukan, UGM, Yogyakarta.

Todaro, Michael P, 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Trans, Haris Munandar, Jakarta, Erlangga.

Vilantina, D, 2008, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Migrasi ke Kecamatan Pedurungan, Skripi Universitas Diponegoro, Semarang.

Waridin. 2002. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga KerjaIndonesia (TKI) ke Luar Negeri, Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP)


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah langkah langkah sistematik atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian evaluasi yang berfungsi untuk menjelaskan fenomena dalam suatu kejadian yang akan dijelaskan secara deskriptif dengan metode kualitatif. Menurut Nawawi dan Martini (1994), metode deskriptif adalah metode yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Lokasi ini dipilih karena merupakan salahsatu daerah yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dan pertumbuhan penduduk yang seiring waktu semakin meningkat. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016.

3.3 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan suatu defenisi yang diberikan pada suatu variabel dengan memberikan arti dan membenarkan kegiatan atau suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Penguraian


(9)

defenisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti merupakan suatu cara untuk mempermudah pengukuran variabel penelitian, juga memberikan batasan-batasan pada obyek yang diteliti.

1. Kondisi Sosial Masyarakat, adalah identitas/keadaan masyarakat dari segi sosial yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, status pernikahan dan fasilitas Sosial.

2. Kondisi Ekonomi Masyarakat, adalah identitas /keadaan masyarakat dari segi ekonomi yang terdiri dari pendapatan, kepemilikan lahan, jenis pekerjaan, alat tranportasi yang digunakan, fasilitas umum, jarak, dan lapangan pekerjaan. 3. Keputusan Migrasi Sirkuler didefenisikan sebagai keputusan yang diambil

responden pekerja di sektor formal untuk melakukan migrasi sirkuler, dikarenakan tingkat upah yang lebih tinggi, lapangan kerja yang lebih sesuai di daerah tujuan, kesempatan kerja yang lebih banyak dan tuntutan pekerjaan.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi

Populasi dimaksudkan sebagai sekumpulan orang atau objek yang mempunyai kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh masyarakat yang melakukan migrasi sirkuler dan yang bekerja pada sektor formal di Kota Medan. Jumlah masyarakat yang melakukan migrasi dan yang bekerja pada sektor formal di Kota Medantidak diketahui secara pasti karena tidak ada data dan lembaga yang mencatatnya. Data Migrasi yang diterbitkan oleh BPS Kota Medan misalnya, tidak mengklasifikasikan mereka berdasarkan pekerjaan.


(10)

3.4.2. Sampel

Sampel penelitian diambil disebabkan berbagai keterbatasan yang dihadapi peneliti. Dalam penelitian ini, sampel kajian diambil sebanyak 60 orang pekerja sektor formaldengan cara campuran antara “eksidental” (accidental sampling), yaitu pengambilan sampel didasarkan pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul, dengan snowball sampling, yaitu berdasarkan penelusuran sampel sebelumnya atau sebuah prosedur pengambilan sampel dimana responden pertama dipilih dengan metode probabilitas (setiap sampel dipilih berdasarkan prosedur seleksi dan memiliki peluang yg sama untuk dipilih), dan kemudian responden selanjutnya diperoleh dari informasi yang diberikan oleh responden yang pertama. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mendapatkan responden penelitian.

Dalam penelitian ini, tidak ada rumus tertentu untuk mendapatkan angka 60 ini, sebab jumlah populasinya juga tidak diketahui. Angka ini merupakan “judgement”peneliti saja dengan berbagai alasan. Antara lain :

1. Menurut Roscoe dan Sugiono (2004) ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30-500 orang. Dengan demikian jumlah sampel penelitian ini telah sesuai bahkan sampel penelitian ini lebih besar lagi.

2. Sampel sebanyak 60 orang diyakini sangat representif untuk mewakili keseluruhan pekerja sektor formal di kota medan yang melakukan migrasi sirkuler. Dengan jumlah sampel sebanyak 60 ini diyakini akan diperoleh data dan informasi yang tepat dan objektif dan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang masalah atau fenomena yang diteliti.


(11)

3. Sekiranya sampelnya lebih banyak lagi maka peneliti diyakini akan menghadapi berbagai kendala dan hambatan seperti keterbatasan dana, waktu, dan sebagainya.

Distribusi pengambilan sampel sebanyak 30 responden dari Kota Binjai dan 30 responden dari Kabupaten Deli Serdang.

3.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original (Kuncoro, 2009 : 148). Data primer ini diperoleh dengan cara memberikan kuisioner/angket kepada pekerja sektor formal yang melakukan migrasi sirkuler dari luar kota medan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain) atau digunakan oleh lembaga lainnya yang bukan merupakan pengolahnya, tetapi dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu (Ruslan, 2006). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data Badan Pusat Statistik, jurnal-jurnal penelitian terdahulu, buku-buku pendukung, dan penelusuran internet.

Sedangkan teknik pegumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :


(12)

1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh penjelasan dalam pengumpulan informasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada responden.

2. Kuesioner

Kuesioner akan diberikan kepada responden sebanyak jumlah responden yang telah ditentukan. Kuesioner akan langsung diserahkan kepada responden dan pengisian kuesioner akan dibantu oleh peneliti dengan menanyakan satu per satu pertanyaan yang ada di dalam kuisioner tersebut, sehingga ada interaksi langsung antara peneliti dengan responden dan juga untuk membantu responden dalam memahami pertanyaan yang ditanyakan.

3.6 Metode Analisis Data

Menurut Sujarweni (2014), analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian diolah dengan statistik sehingga dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Teknik analisis data deskriptif dapat diartikan sebagai teknik analisis yang dipakai untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan data-data yang sudah dikumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik, persentase, frekuensi ataupun diagram (Sora, 2015).

Untuk mengetahui hubungan ini, dapat dilakukan dengan menggunakan model tabulasi silang (Crosstab).Tabulasi silang (Crosstab) adalah prosedur yang digunakan untuk mengetahui kombinasi nilai-nilai yang berbeda dari dua variabel atau lebih dengan menghitung harga-harga statistik beserta ujinya.Data dari tiap variabel dikelompokkan dalam beberapa kategori, dimana dari setiap kategori


(13)

tersebut diberi skor untuk mempermudah perhitungan. Kemudian variabel-variabel yang akan diidentifikasi hubungannya disusun dalam baris dan kolom. Selanjutnya dilakukan perhitungan koefisien kontingensi (contingency coefficient), yaitu koefisien yang digunakan untuk melihat ada atau tidak, kuat atau lemahnya hubungan diantara dua variabel.

Metode tabulasi silang (crosstab) yang akan mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks, hasil tabulasi silang disajikan dalam bentuk suatu tabel dengan variabel-variabel yang tersusun sebagai kolom dan baris tabel tersebut. Untuk mengamati dan menganalisa variabel-variabel tersebut dipakai dengan tabel dua dimensi yang merupakan cara yang termudah. Selanjutnya dicari nilai Chi Square.Chi Square dapat dicari dengan menggunakan rumus atau dengan menggunakan SPSS.

Adapun rumus Chi-Square adalah:

X2 = ∑( �−� )

2 �

Keterangan :

X2 : Nilai Chi Kuadrat

O : Frekuensi yang di observasi E : Frekuensi yang diharapkan

Selanjutnya nilai Chi Square akan dibandingkan dengan nilai t tabel. Nilai t tabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah nilai t tabel dengan df = 2, pada tingkat kepercayaan 95% = 5,991. Adapun ketentuan/kriteria dalam pembuktian adanya hubungan variabel independen yaitu pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, jenis kelamin dan kepemilikan lahan) terhadap migrasi sirkuler adalah : Jika X² hitung < X² tabel (df k-1 x k-1) = 2, H0 :


(14)

diterima, dan jika X² hitung > X² tabel (df k-1 x k-1) = 2, H1: diterima (H0 ditolak), pada tingkat kepercayaan 95%=5,991.


(15)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Kota Medan

Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur dari propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan berdekatan dengan Kabupaten Deli Serdang dengan jarak 29 Km dengan waktu tempuh ±1 jam dan berdekatan dengan Kota Binjai dengan jarak 22 Km dengan waktu tempuh ± 1 jm. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4°C dan minimum 24°C. Kotamadya Medan memiliki 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan. Adapun luas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat dalam tabel 4.1.


(16)

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Luas (Km²) Presentase(%

)

1. Medan Tuntungan 20,68 7,80

2. Medan Selayang 12,81 4,83

3. Medan Johor 14,58 5,50

4. Medan Amplas 11,19 4,22

5. Medan Denai 9,05 3,41

6. Medan Tembung 7,99 3,01

7. Medan Kota 5,27 1,99

8. Medan Area 5,52 2,08

9. Medan Baru 5,84 2,20

10. Medan Polonia 9,01 3,40

11. Medan Maimun 2,98 1,13

12. Medan Sunggal 15,44 5,83

13. Medan Helvetia 13,16 4,97

14. Medan Barat 6,82 2,57

15. Medan Petisah 5,33 2,01

16. Medan Timur 7,76 2,93

17. Medan Perjuangan 4,09 1,54

18. Medan Deli 20,84 7,86

19. Medan Labuhan 36,67 13,83

20 Medan Marelan 23,82 8,89

21 Medan Belawan 26,25 9,90

Jumlah 265,10 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Labuhan dengan luas sebesar 36,67 km². Berdasarkan Tabel 4.1 juga dapat disimpulkan bahwa luas Kota Medan secara keseluruhan adalah sebesar 265,10 km².

4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Medan

Dari hasil survei inventarisasi kecamatan tahun 2014, penduduk Kota Medan berjumlah 2.191.140 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 502.735, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:


(17)

Tabel 4.2.

Jumlah Penduduk dan Kepadatan PendudukKota Medan

No Kecamatan Luas

(Km²)

Penduduk Kepadatan

1. Medan Tuntungan 20,68 82.534 3.991,01 2. Medan Selayang 12,81 101.057 7.888,72

3. Medan Johor 14,58 126.667 8.687,72

4. Medan Amplas 11,19 116.922 10.448,79

5. Medan Denai 9,05 142.850 15.784,53

6. Medan Tembung 7,99 134.643 16.851,44

7. Medan Kota 5,27 73.122 13.875,14

8. Medan Area 5,52 97.254 17.618,48

9. Medan Baru 5,84 40.817 6.817,98

10. Medan Polonia 9,01 53.371 5.979,25

11. Medan Maimun 2,98 39.903 13.390,27

12. Medan Sunggal 15,44 113.644 7.360,36

13. Medan Helvetia 13,16 146.391 11.123,94

14. Medan Barat 6,82 71.337 13.384,05

15. Medan Petisah 5,33 62.227 9.124,19

16. Medan Timur 7,76 109.445 14.103,74

17. Medan Perjuangan 4,09 94.088 23.004,40

18. Medan Deli 20,84 171.951 8.251,01

19. Medan Labuhan 36,67 113.314 3.090,10

20 Medan Marelan 23,82 148.197 6.221,54

21 Medan Belawan 26,25 96.280 3.667,81

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan

Dari tabel di atas dapat lihat bahwa penduduk terbanyak di Kota Medan terdapat di Medan Deli dengan jumlah 171.951 jiwa dengan luas 20,84 km dan kepadatan 8.251.01. Dan diurutan kedua disusul oleh Medan Marelan dengan jumlah penduduk 148.197 jiwa dengan luas 23,82 Km dan kepadatan 6.221,54. Dan untuk jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Medan Maimun dengan jumlah penduduk 39.903 dengan luas 2,98 dan kepadatan 13.390,27.


(18)

4.1.3 Tenaga Kerja

Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan pada tahun 2014 jumlah tenaga kerja Kota Medan berjumlah 1.555.184 jiwa. selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja,dan Pekerja Sektor Formal di Kota Medan

No Tahun Jumlah Penduduk Angkatan Kerja Pekerja Formal

1 2011 2.132.061 1.079.626 937.027

2 2012 2.122.804 936.141 851.642

3 2013 2.123.210 1.080.201 860.650

4 2014 2.191.140 1.004.899 904.331

Sumber : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa Angkatan kerja pada tahun 2013paling tinggi dengan jumlah 1.080.201 jiwa dan tertinggi kedua pada tahun 2011 dengan jumlah 1.079.626 jiwa. Tetapi pekerja sektor formal yang paling tinggi, terserap pada tahun 2011 dengan jumlah 937.027 jiwa dan disusul pada tahun 2014 dengan jumlah 904.331 jiwa.

4.2 Kondisi Sarana Lingkungan 4.2.1 Fasilitas Kesehatan

Pembangunan kesehatan di Kota Medan sudah cukup memadai, hal ini terlihat dari banyaknya rumah sakit. Fasilitas kesehatan berupa rumah sakit, puskesmas dan rumah bersalin seperti yang terlihat pada tabel berikut :


(19)

Tabel 4.4

Fasilitas Kesehatan di Kota Medan

No Jenis Fasilitas Jumlah Persen (%)

1. Rumah Sakit 78 7,63

2. Puskesmas 39 3,81

3. Pustu 41 4,01

4. Rumah Bersalin 117 11,44

5. BPU 747 73,09

Jumlah 1022 100

Sumber : Medan Dalam Angka 2014

4.2.2 Tempat Ibadah

Sementara itu, untuk tempat ibadah di Kota Medan terdiri dari mesjid, musholla, gereja dan lainnya seperti tersaji pada tabelberikut:

Tabel 4.5

Tempat Ibadah di Kota Medan

No Jenis Fasilitas Jumlah Persen (%)

1. Mesjid 1047 42,97

2. Musholla 669 27,45

3. Gereja 637 26,13

4. Kuil 26 1,06

5. Vihara 52 2,13

6 Klenteng 6 0,24

Jumlah 2437 100

Sumber : Medan Dalam Angka 2014

4.2.3 Pendidikan

Fasilitas pendidikan formal yang ada di Kota Medan terdiri dari TK/PAUD, Sekolah Dasar/sederajat, Sekolah Menengah Pertama/sederajat, Sekolah Menengah Atas/sederajat dan Perguruan Tinggi Negeri/swastaseperti tersaji dalam tabel berikut:


(20)

Tabel 4.6

Sarana Pendidikan di Kota Medan

No Sarana Pendidikan Jumlah Persen (%)

1. TK/PAUD 321 15,35

2. SD/MI 824 39,40

3 SMP/MTS 429 20,51

4. SMA/SMK/MA 389 18,60

5. PT 128 6,12

Jumlah 2091 100

Sumber : Medan Dalam Angka 2014

4.2.4 Industri

Industri yang ada di Kota Medan berupa industri besar dan industri kecil. Jumlah industri yang ada dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Industri Menurut JenisnyaDi Kota Medan Tahun 2014 No Jenis Industri Jumlah Persen (%)

1. Besar 133 58,07

2. Kecil 96 41,93

Jumlah 229 100

Sumber: Medan Dalam Angka 2014

4.2.5 Transportasi

Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya arus lalu lintas akan sangat menunjang perkembangan ekonomi suatu daerah. Guna menunjang perhubungan darat di kota Medan sampai dengan keaadaan akhir tahn 2013 tercatat panjang jalan yang ada 3711,74 km. sarana jalan yang ada pada tahun 2013 tercatat 3162,61 km dalam kondisi baik, 177,49 km sedang dan 113,80km rusak, sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 38,69 km, dan yang tidak terperinci219,15 km.


(21)

Fasilitas transportasi di Kota Medan saat ini sudah cukup memadai. Dengan tersedianya beberapa moda transportasi seperti Kereta Api, bus Damri, Taxi, dan yang terbaru adalah Trans Mebidang dan lain-lain. Hal ini akan memudah masyarakat untuk menuju Kota Medan ataupun Sebaliknya.

4.3 Analisis Kondisi Sosialdan Ekonomi Masyarakat

Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari umur, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah tanggungan, pendidikan, dan fasilitas sosial, pendapatan, kepemilikan lahan, jenis pekerjaan, moda tranportasi yang digunakan, fasilitas umum, jarak, dan lapangan pekerjaan. Hasil perhitungan frekuensi selengkapnya tentang kondisi sosial berdasarkan sampel di Kota Medan, dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil kuesioner yang dikategorikan dalam lima bagian, diperoleh distribusi usia responden seperti berikut:

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Persen (%)

1. 20–30 24 40,0

2. 31 – 40 17 28,3

3. 41 –50 13 21,7

4. > 50 6 10,0

Jumlah 60 100

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Pada perhitungan distribusi frekuensi usia responden di atas, diperoleh informasi bahwa responden yang berusia 20-30 tahun mendominasi dalam melakukan migrasi sirkuler . Dari perhitungan ini terlihat pula bahwa masyarakat yang melakukan migrasi sirkuler dalam usia produktif. Begitu juga masyarakat


(22)

yang melakukan migrasi sirkuer terbanyak pada urutan kedua adalah pada golongan responden berusia 31-40. Perbedaan usia ini mempengaruhiminat masyarakat dalam melakukan migrasi sirkuler, karena dalam masyarakat terdapat perbedaan kedudukan antara rentang usia, sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda.

4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat yang melakukan migrasi sirkuler, dapat dilihat jenis kelamin yang paling dominan dalam melakukan migrasi sirkuler yaitu yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 37 orang, sedangkan perempuan sebanyak 23 orang. Berikut adalah tabel distribusi responden berdasarkan jenis kelamin:

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)

1. Laki-laki 37 61,7

2. Perempuan 23 38,3

Jumlah 60 100

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi pada tabel di atas, terlihat bahwapersentase jenis kelamin pria sebanyak 61,7% dan wanita sebanyak 38,3%. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang melakukan migrasi sirkuler lebh banyak laki-laki dari perempuan. Hal ini disebabkan adanya sistem pelapisan sosial yang tebentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat antara pria dan wanita. Perbedaan kedudukan dan derajat ini, akan menimbulkan hak dan kewajiban antara pria dan wanita.


(23)

4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal

Berdasarkan hasil kuisioner yang di sebarkan daerah asal terbagi atas dua daerah yaitu 30 responden yang berasal dari Kabupaten Deli Serdang dan 30 responden berasal dari Kota Binjai.

Tabel 4.10

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Daerah Asal No Daerah Asal Jumlah Persen (%)

1. Deli Serdang 30 50

2. Binjai 30 50

Jumlah 60 100

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi pada tabel di atas, terlihat bahwapersentase daerah asal responden sebanyak 50% berasal dari Kabupaten Deli Serdang dan dari Kota Binjai Sebanyak 50 %. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang melakukan migrasi sirkuler berdasarkan daerah asal dengan jumlah responden yang sama untuk mendapatkan hasil proporsional.

4.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Berdasarkan hasil responden yang di sebarkan, status pernikahan di bagi atas tiga kategori yaitu lajang, menikah dan duda/janda

Tabel 4.11

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pernikahan No Status Pernikahan Jumlah Persen (%)

1. Lajang 20 33,3

2. Menikah 39 65

3. Duda/ Janda 1 1,7

Jumlah 60 100


(24)

Berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi pada tabel di atas, terlihat bahwapersentase responden lajang sebnayak 20 orang atau 33,3 % dan menikah berjumlah 39 orang atau 65% sedangkan duda/janda berjumlah 1 orang atau 1,7 %. Dengan demikian mayoritas status responden yang melakukan migrasi sirkuler adalah menikah.

4.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Berdasarkan hasil kuisioner yang disebarkan kepada 60 responden, maka akan dijelaskan karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan No Jumlah Tangunggan Jumlah Persen (%)

1. 0 22 36,7

2. 1-2 27 45,0

3. 3-4 7 11,7

4 >5 4 6,7

Jumlah 60 100

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi pada tabel di atas, terlihat bahwa persentase responden yang tidak memiliki jumlah tanggungan sebanyak 22 orang atau 36,7 %, jumlah tanggungan 1-2 orang berjumlah 27 responden atau 45%, jumlah tanggungan 3-4 orang berjumlah 7 orang atau 11,7% sedangkan responden yang memilik jumlah tanggungan di atas 5 orang sebanyak 4 responden atau 6,7 %. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki tanggungan 1-2 orang.


(25)

4.3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat yang melakukan migrasi sirkuler, terlihat bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak adalah sarjana/lebih tinggi yang berjumlah 43 orang, sementara yang paling kecil adalah pada tingkat diploma yaitu 8 orang.

Tabel 4.13

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persen (%)

1. SMA 9 15,0

2. Diploma 8 13,3

3. Sarjana atau lebih tinggi 43 71,7

Jumlah 60 100

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa presentase tingkat pendidikan responden paling tinggi adalah Sarjana sebanyak 43 orang atau 71,7%, disusul oleh SMA sebanyak 9 atau 15%, dan Diploma sebanyak 8 orang atau 13,3%.Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa alasan responden untuk melakukan migrasi sirkuler ke Kota Medan karena kebutuhan tenaga kerja dengan kualifikasi Penddikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah asal responden.

4.3.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat yang melakukan migrasi sirkuler, terlihat bahwa jenis pekerjaan responden paling banyak adalah karyawan swasta yaitu sebanyak 32 orang, sementara yang paling kecil adalah lainnya yaitu sebanyak 7 orang.


(26)

Tabel 4.14

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Jenis Pekerjaan Jumlah Persen (%)

1. PNS/TNI/POLRI 21 35,0

2. Karyawan Swasta 32 53,3

3. Lainnya 7 11,7

Jumlah 60 100

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa presentase responden berdasarkan jenis Pekerjaan paling tinggi adalah karyawan swasta sebanyak 32 orang atau 53,3%, disusul oleh PNS/TNI/POLRI sebanyak 21 orang atau 35%, sedangkan lainnya sebanyak 7 orang atau 11,7%, hal ini karena ada beberapa responden bekerja di BUMN.

4.3.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat yang melakukan migrasi sirkuler, terlihat bahwa tingkat pendapatan responden terdiri dari 3 kategori yaitu :

Tabel 4.15

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan No Pendapatan Jumlah Persen (%)

1. <3.000.000 18 30

2. 3.000.0000-5.000.000 33 55

3. >5.000.000 9 15

Jumlah 60 100

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa presentase tingkat pendapatanresponden paling tinggi adalah Rp.3.000.000-Rp.5.000.000 sebanyak 33 orang atau 55%, kemudian tingkat pendapatan dibawah Rp.3.000.000 sebanyak 18 orang atau 30% dan Tingkat pendapatan di atas Rp.5.000.000 sebanyak 9


(27)

orang atau 15%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan yang lebih tinggi di Kota Medan akan mempengaruhi orang untuk melakukan migrasi sirkuler.

4.4 Analisis Pendapat Responden Berdasarkan Kondisi Sosial dan Ekonomi

Untuk menganalisis pendapat responden berdasarkan kondisi sosial dan ekonomi terhadap keputusan melakukan migrasi sirkuler makan akan dijelaskan kedalam dalam di bawah ini:

Tabel 4.16

Pendapat Responden Tentang Keputusan Migrasi Sirkuler

No Pendapat Responden dalam

Melakukan Migrasi Sirkuler

Responden Frekuensi %

1. Apakah B/I/S melakukan migrasi Sirkuler karena fasilitas sosial di kota lebih lengkap dan memadai ?

a.Ya b. Lainnya 57 3 95 5 2. Apakah alasan B/I/S melakukan migrasi sirkuler ?

a. Mendapatkan Upah Lebih Tinggi

b. Lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan c. Kesempatan kerja lebih banyak

d. Tuntutan pekerjaan e. Lainnya 15 17 3 25 0 25 28,3 5 41 0 3. Mengapa B/I/S tidak mencari pekerjaan di daerah asal ?

a. Upah kecil

b. Tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki c. Tidak terdapat lapangan pekerjaan

d. Lahan garapan sedikit

19 23 17 1 31,7 38,3 28,3 1,7 4. Alat transportasi apa yang B/I/S gunakan dalam

melakukan migrasi sirkuler (commuter)? a. Angkutan umum

b. Mobil pribadi c. Sepeda Motor d. lainnya 9 14 37 0 15 23,3 61,7 0 5. Apakah B/I/S memiliki lahan di daerah asal ?

a. Ya b. Tidak 29 31 48,3 51,7


(28)

6. Berapa luas lahan yang B/I/S punya ? a. ≤0,1 Ha

b. 0,1-0,49 Ha c.0,5 - 0,9 Ha d. ≥1 Ha

15 5 2 7 25 3,3 8,3 11,7 7. Lahan yang B/I/S miliki berfungsi sebagai?

a. Lahan Sawah/Ladang

b. Pekarangan rumah/bangunan c. Lainnya 6 23 0 10 38,3 0 8. Status kepemilikan lahan yang B/I/S miliki ?

a. Milik sendiri b. Milik keluarga

c. Milik orang lain / penyewa

16 12 1 26,7 20 1,7 9. Apakah B/I/S melakukan migrasi Sirkuler karena fasilitas

Umum di kota lebih lengkap dan memadai ? a. Ya b. Lainnya 59 1 98,3 1,7 10. Apakah jarak mempengaruhi minat B/I/S melakukan

migrasi sirkuker ? a. Ya b.Lainnya 43 17 71,7 28,3 11. Apakah lapangan pekerjaan yang tersedia di kota

mempengaruhi minat B/I/S melakukan migrasi sirkuler? a. Ya b. Lainnya 58 2 96,7 3,3 Sumber: Data Diolah, 2016

Berdasarkan tabel di atas, bahwa dari sebelas pertanyaan dapat dilihat mengenai pendapat responden tentang fasilitas sosial di kota lebih lengkap dan memadai, sebanyak 57 orang atau 95 % menjawab ya dan sebanyak 3 orang atau 5 % menyatakan lainnya. Hal ini menunjukkan sebagain besar responden setuju dengan alasan mereka melakukan migrasi sirkuler karena fasilitas sosial yang lebih lengkap di kota seperti banyaknya puskesmas, klinik, sekolah, tempat ibadah, pasar, tempat rekreasi, taman bermain, tempat olahraga, dan lain sebagainya. Untuk alasan melakukan migrasi jawaban responden lebih banyak karena tuntutan pekerjaan yaitu sebesar 25 orang, dan disusul kedua dikarenakan lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di kota dibandingkan daerah asal sebanyak


(29)

17 orang. Sedangkan untuk alasan mengapa tidak mencari pekerjaan di daerah asal dikarenakan tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki sebesar 23 orang, kemudian upah yang sangat kecil juga menjadi alasan tidak bekerja di daerah asal yaitu sebanyak 19 orang.

Dari hasil kuisioner alat transportasi yang digunakan responden lebih banyak menggunakan sepeda motor dengan jumlah 37 orang, sedangkan yang menggunakan mobil pribadi sebanyak 14 orang dan angkutan umum sebanyak 9 orang. Untuk responden yang memiliki lahan di daerah asal hanya ada 29 orang dimana besar lahan yang dimiliki ≤ 0,1 Ha sebanyak 15 orang, kemudian di urutan kedua ≥ 1 Ha sebanyak 7 orang, dimana lahan yang digunakan berfungsi sebagai pekarangan rumah/ bangunan dengan jumlah paling tinggi sebanyak 23 orang. Dan untuk status kepemilikan lahan tersebut lebih banyak milik sendiri yaitu 16 orang, sedangkan milik keluarga sebesar 12 orang dan menyewa sebanyak 1 orang.

Mengenai pendapat responden tentang fasilitas umum lebih lengkap dan memadai sebanyak 59 orang menjawab ya dan 1 orang mengatakan lainnya. Hal ini menunjukkan sebagain besar responden setuju dengan alasan mereka melakukan migrasi sirkuler karena fasilitas umum yang lebih lengkap di kota seperti jalan yang memadai, angkutan umum, saluran air, fly over, halte, alat penerangan umum, jaringan listrik, jalur busway dan lain sebagainya.

Mengenai pendapat responden tentang jarak yang ditempuh dalam melakukan migrasi sirkuler 43 orang menjawab ya bahwa jarak mempengaruhi minat masyarakat dalam melakukan migrasi sirkuler dan 17 orang mengatakan


(30)

lainnya bahwa jarak tidak mempengaruhi masyarakat dalam melakukan migrasi sirkuler.

Mengenai pendapat responden tentang lapangan pekerjaan yang tersedia, 58 orang menjawab ya bahwa lapangan pekerjaan yang tersedia di kota mempengaruhi minat masyarakat dalam melakukan migrasi sirkuler. Sedangkan 2 orang menjawab lainnya bahwa lapangan pekerjaan tidak mempengaruhi minat masyarakat dalam melakukan migrasi sirkuler.

4.5 Analisis Kondisi Sosial dan Ekonomi terhadap Keputusan Responden Melakukan Migrasi Sirkuler

Sebelum melakukan uji statistik tentang hubungan sosial dan ekonomi, maka akan dijelaskan terlebih dahulu perbandingan antara kondisi sosial dan ekonomi dengan keputusan melakukan migrasi sirkuler.

4.5.1 Perbandingan Kondisi Sosial Responden Terhadap Keputusan Migrasi Sirkuler

Berikut ini merupakan perbandingan kondisi sosial responden terhadap keputusan migrasi sirkuler.

Tabel 4.17

Perbandingan Usia Responden

Dengan Keputusan Melakukan Migrasi Sirkuler

No

Keuptusan Melakukan Migrasi Sirkuler

Usia

Jumlah 20-30 31 – 40 41 – 50 >50

1. Upah lebih tinggi 8 2 5 0 15

2. Lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan

9 2 5 1 17

3. Kesempatan kerja lebih banyak

1 2 0 0 3

4. Tuntutan pekerjaan 6 11 3 5 25

5. Lainnya 0 0 0 0 0

Jumlah 24 17 13 6 60


(31)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan rentang usia 20-30 tahun yang paling dominan menyatakanbahwa lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan sebanyak 9 responden, rentang usia 31-40 tahun yang paling dominan menyatakan tuntunan pekerjaan sebanyak 11 orang dan rentang usia 41-50 tahun yang paling dominan menyatakan upah lebih tinggi dan lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan sebanyak 5 responden.

Dengan demikian bahwa rentang usia 20-30yang menyatakan lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan, upah yang lebih tinggidan tuntunan pekerjaanadalah factor yang dominan dalam mempengaruhi keputusan migrasi sirkuler responden. Sedangkan factor yang dominan berikutnya adalah usia 31-40 tahun dengan menjawab tuntutan pekerjaan mempengaruhi keputusan melakukan migrasi sirkuler. Hal ini karena pada usia 20-30 dan 31-40 tahun adalah tergolong usia produktif. Artinya, semakin tua umur tenaga kerja maka semakin berkurang pula minat mereka untuk melakukan migrasi sirkuler.

Tabel 4.18

Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden Dengan Keputusan Melakukan Migrasi Sirkuler

No Bentuk Partisipasi Tingkat Pendidikan Jumlah

SMA Diploma Sarjana/ Lebih Tinggi

1. Upah Lebih Tinggi 0 3 12 15

2. Lapangan Pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan

1 2 14 17

3. Kesempatan Kerja Lebih banyak

2 0 1 3

4. Tuntutan Pekerjaan 6 3 16 25

5. Lainnya 0 0 0 0

Jumlah 9 8 43 60


(32)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden berpendidikan SMA yang paling dominan melakukan migrasi sirkuler karena tuntutan pekerjaan sebanyak 6 responden. Sedangkan berpendidikan diploma yang melakukan migrasi sirkuler karena upah lebih tinggi dan tuntutan pekerjaan masing-masing sebanyak 3 responden. Dan responden berpendidikan sarjana/lebih tinggi yang paling dominan melakukan migrasi sirkuler karena tuntutan pekerjaan sebanyak 16 responden,lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan sebanyak 14 responden, dank arena upah lebih tinggi sebanyak 12 responden.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa faktor yang paling dominan pada tingkat pendidikan sarjana/lebih tinggi dengan keputusan melakukan migarasi sirkuler adalah tuntutan pekerjaan.

4.5.2 Perbandingan Kondisi Ekonomi Responden Terhadap Keputusan Migrasi Sirkuler

Berikut ini merupakan perbandingan kondisi ekonomi responden terhadap keputusan migrasi sirkuler.

Tabel 4.19

Perbandingan Jenis Pekerjaan

Dengan Keputusan Melakukan Migrasi Sirkuler No Keputusan Migrasi

Sirkuler

Jenis Pekerjaan Jumlah PNS/TNI

/POLRI

Karyawan Swasta

Lainnya

1. Upah Lebih Tinggi 1 13 1 15

2. Lapangan Pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan

6 10 1 17

3. Kesempatan Kerja Lebih banyak

1 2 0 3

4. Tuntutan Pekerjaan 13 7 5 25

5. Lainnya 0 0 0 0


(33)

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI yang paling dominan dalam melakukan migrasi sirkuler karena tuntutan pekerjaan sebanyak 13 responden, lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan sebanyak 6 responden. Sedangkan yang bekerja sebagai karyawan swasta yang paling dominan melakukan migrasi sirkuler karena upah lebih tinggi sebanyak 13 responden, lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuansebanyak 10 responden, dan karena tuntutan pekerjaan sebanyak 7 responden. Dan lainnya yang bekerja di BUMN yang paling dominan melakukan migrasi sirkuler karena tuntutan pekerjaan sebanyak 5 responden.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang paling dominan pada jenis pekerjaan PNS/TNI/POLRI yang mempengaruhi keputusan melakukan migrasi sirkuler karena tuntunan pekerjaan. Sehingga mereka bekerja di kota Medan karena tuntunan pekerjaan. Sedangkan jenis pekerjaan karyawan swasta yang mempengaruhi keputusan melakukan migrasi sirkuler karena upah lebih tinggi. Hal ini terjadi karena upah minimum dikota Medan lebih tinggi daripada daerah asal responden yaitu kota Binjai dan kabupaten Deli Serdang.


(34)

Tabel 4.20

Perbandingan Tingkat Pendapatan Dengan Keputusan Melakukan Migrasi Sirkuler

No Bentuk Partisipasi Tingkat Pendaptan Jumlah

≤ 3.000.000

3.000.000-5.000.000

5.000.000

1. Upah Lebih Tinggi 7 6 2 15

2. Lapangan Pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan

6 8 3 17

3. Kesempatan Kerja Lebih banyak

1 2 0 3

4. Tuntutan Pekerjaan 4 17 4 25

5. Lainnya 0 0 0 0

Jumlah 18 33 9 60

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang pendapatan dibawah Rp. 3.000.000 yang paling dominan melakukan migrasi sirkuler karena upah lebih tinggi sebanyak 7 responden, dan lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan sebanyak 6 responden. Sedangkan yang pendapatan Rp.3.000.000 – Rp.5.000.000 yang paling dominan melakukan migrasi sirkuler karena tuntutan pekerjaan sebanyak 17 responden dan lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan 8 responden. Dan responden yang pendapatannya di atas Rp.5.000.000 yang paling dominan melakukan migrasi sirkuler karena tuntutan pekerjaan sebanyak 4 orang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa paling dominan dengan tingkat pendapatan 3.000.000-5.000.000 yang mempengaruhi tingkat keputusan migrasi sirkuler adalah tuntunan pekerjaan. Hal ini karena responden mendapatkan upah yang lebih tinggi di kota Medan dibandingkan daerah asal mereka.


(35)

Tabel 4.21

Perbandingan Alat Transportasi yang digunakan Responden Dengan Keputusan Melakukan Migrasi Sirkuler

No

Keuptusan Melakukan Migrasi Sirkuler

Alat Transportasi yang

di gunakan Jumlah

Angkutan umum

Mobil Sepeda Motor

Lainnya

1. Upah lebih tinggi 4 3 8 0 15

2. Lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan

3 2 12 0 17

3. Kesempatan kerja lebih banyak

0 0 3 0 3

4. Tuntutan pekerjaan 2 9 14 0 25

5. Lainnya 0 0 0 0 0

Jumlah 9 14 37 0 60

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang menggunakan angkutan umum yang paling dominan dalam melakukan migrasi sirkuler karena upah lebih tinggi sebanyak 4 responden. Sedangkan yang menggunakan mobil pribadiyang paling dominan melakukan migrasi sirkuler karena tuntutan pekerjaan sebanyak 9 responden dan upah yang lebih tinggi sebanyak 3 responden. Dan responden yang menggunakan sepeda motor yang paling dominan melakukan migrasi sirkuler karena karena tuntutan pekerjaan sebanyak 14 orang dan karena lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuansebanyak 12 orang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa paling dominan dengan menggunakan sepeda motor yang digunakan dengan keputusan melakukan melakukan migrasi sirkuler adalah tuntunan pekerjaan. Hal ini karena menggunakan sepeda motor lebih efisien waktu tempuh dan menghemat biaya perjalanan.


(36)

Tabel 4.22 Perbandingan Jarak

Dengan Keputusan Melakukan Migrasi Sirkuler

No Keputusan Migrasi Pengaruh Jarak Jumlah

Ya Lainnya

1. Upah Lebih Tinggi 11 4 15

2. Lapangan Pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan

10 7 17

3. Kesempatan Kerja Lebih banyak 2 1 3

4. Tuntutan Pekerjaan 20 5 25

5. Lainnya 0 0 0

Jumlah 43 17 60

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa paling dominan responden yang setuju bahwa jarak mempengaruhi minat responden melakukan migrasi sirkuler karena tuntutan pekerjaan sebanyak 20 responden, upah lebih tinggi sebanyak 11 responden dan karena Lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan sebanyak 10 responden. Sedangkan responden yang paling dominan yang lainnya atau tidak setuju bahwa jarak mempengaruhi minat responden melakukan migrasi sirkuler karena Lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan sebanyak 7 responden dan karena tuntutan pekerjaan sebanyak 5 responden.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor paling dominan responden menjawab setuju bahwa jarak mempengaruhi keputusan responden melakukan migrasi sirkuler adalah tuntunan pekerjaan. Artinya, pengaruh jarak bagi responden tidak menjadi masalah karena tuntutan pekerjaan. Dan juga jarak yang relatif dekat antara daerah asal responden baik dari kota Binjai maupun ke kabupaten Deli Serdang ke daerah tujuan yaitu kota Medan.


(37)

Tabel 4.23

Perbandingan Lapangan Pekerjaan yang Tersedia di Kota Dengan Keputusan Melakukan Migrasi Sirkuler

No Keputusan Migrasi Lapangan Pekerjaan

yang Tersedia di Kota

Jumlah Ya Lainnya

1. Upah Lebih Tinggi 15 0 15

2. Lapangan Pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan

15 2 17

3. Kesempatan Kerja Lebih banyak 3 0 3

4. Tuntutan Pekerjaan 25 0 25

5. Lainnya 0 0 0

Jumlah 58 2 60

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan setuju bahwa lapangan pekerjaan di kota lebih banyak tersedia yang paling dominan melakukan migrasi sirkuler karena tuntutan pekerjaan sebanyak 25 responden, Lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan dan upah lebih tinggi masing-masing sebanyak 15 responden. Sedangkan responden yang menyatakan tidak setuju bahwa lapangan pekerjaan di kota lebih banyak tersedia yang paling dominan melakukan migrasi sirkuler karena Lapangan pekerjaan yang lebih sesuai di daerah tujuan sebanyak 2 responden.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang paling dominan yang menjawab setuju dengan lapangan pekerjaan yang tersedia di kota lebih banyak dengan keputusan migrasi sirkuler adalah tuntutan pekerjaan. Artinya, kesempatan kerja yang lebih banyak di kota Medan dibandingkan dengan di daerah asal responden menyebabkan responden untuk bekerja di kota Medan.


(38)

4.6 Hubungan Kondisi Sosial Terhadap Keputusan Migrasi Sirkuler

Berikut adalah hasil uji statistik hubungan kondisi sosial dengan keputusan masyarakat melakukan migrasi siruler dengan ketentuan: Untuk mengetahui adanya pengaruh kondisi sosial terhadap keputusan responden dalam melakukan keputusan migrasi sirkuler maka dilakukan uji chi square (chi-square test) dengan menggunakan analisis crosstab. Jika nilai Asymp. Sig < 0,05 maka kedua variabel tersebut terdapat hubungan yang signifikan, tetapi jika nilai Asymp. Sig > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan di antara kedua variabel.

Tabel 4.24

Hubungan Kondisi Sosial Terhadap Keputusan Migrasi Sirkuler No Kondisi Sosial

Responden

Nilai Asymp. Sig Nilai sig (0,05)

Hasil

1 Usia 0,044 0,05 Signifikan

2 Jenis Kelamin 0,554 0,05 Tidak Signifikan

3 Status Pernikahan 0,547 0,05 Tidak Signifikan 4 Jumlah Tanggungan 0,831 0,05 Tidak Signifikan 5 Pendidikan Terakhir 0,060 0,05 Tidak Signifikan

6 Fasilitas Sosial 0,032 0,05 Signifikan

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai dalam variabel kondisi sosial, nilai Asymp. Sig usia (0,044) dan fasilitas sosial (0,032) lebih kecil dari nlai Sig (0,05). Dengan demikian diketahui bahwa terdapat hubungan antara usia dan fasilitas sosial dengan keputusan migrasi sirkuler responden. Dengan kata lain, usia yang produktif akan mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dikota dan dengan adanya fasilits sosial yang lebih baik dan lengkap dikota akan menarik orang untuk melakukan migrasi sirkuler. Kota Medan sebagai pusat pemerintahan maupun bisnis dengan predikat sebagai


(39)

kota Metropolitan di Indonesia tentu memiliki daya tarik dengan fasilitas social yang lengkap seperti, rumah sakit, pasar, sekoah dan universitas, tempat rekreasi dan taman bermain, dll.Sehingga akan menarik orang untuk bekerja di kota Medan.

Sedangkan nilai dalam variabel kondisi sosial, nilai Asymp. Sig jenis kelamin (0,554), status pernikahan (0,547), jumlah tanggungan (0,831) dan pendidikan terakhir (0,060) lebih besar dari nilai Sig (0.05). Dengan demikian diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, status pernikahan, jumlah tanggungan dan pendidikan terakhir terhadap keputusan migrasi sirkuler kekota Medan. Dengan kata lain, jenis kelamin baik itu laki-laki atau perempuan tidak mempengaruhi keputusan migrasi sirkuler seseorang, begitu juga terhadap status pernikahan responden baik sudah menikah atau lajang, jumlah tanggungan responden dan tingkat pendidikan terakhir responden.

Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi sirkuler jika dilihat dari kondisi sosial adalah faktor usia dan faktor fasilitas sosial.

4.7 Hubungan Kondisi Ekonomi Terhadap Keputusan Migrasi Sirkuler

Berikut adalah hasil uji statistik hubungan kondisi ekonomi dengan keputusan migrasi sirkule, dengan ketentuan: Untuk mengetahui adanya pengaruh kondisi ekonomi terhadap keputusan responden dalam melakukan keputusan migrasi sirkuler maka dilakukan uji chi square (chi-square test) dengan menggunakan analisis crosstab. Jika nilai Asymp. Sig < 0,05 maka kedua variabel


(40)

tersebut terdapat hubungan yang signifikan, tetapi jika nilai Asymp. Sig > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan di antara kedua variabel.

Tabel 4.25

Hubungan Kondisi Ekonomi Terhadap Keputusan Migrasi Sirkuler No Kondisi Ekonomi

Responden

Nilai Asymp. Sig Nilai sig (0,05)

Hasil

1 Jenis Pekerjaan 0,025 0,05 Signifikan

2 Tingkat Pendapatan 0,492 0,05 Tidak Signifikan 3 Alat Transportasi 0,285 0,05 Tidak Signifikan 4 Kepemilikan Lahan 0,159 0,05 Tidak Signifikan

5 Fasilitas Umum 0,700 0,05 Tidak Signifikan

6 Jarak 0,514 0,05 Tidal Signifikan

7 Lapangan Pekerjaan 0,155 0,05 Tidal Signifikan Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai dalam variabel kondisi ekonomi, nilai Asymp. Sig jenis pekerjaan (0,025) lebih kecil dari nlai Sig (0,05). Dengan demikian diketahui bahwa terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan keputusan migrasi sirkuler responden. Dengan kata lain, adanya jenis pekerjaan tertentu di sektor formal yang memang ada dikota Medan tentu akan mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan migrasi sirkuler.

Sedangkan , nilai Asymp. Sig tingkat pendapatan (0,492), alat transportasi (0,285), kepemilikan lahan (0,159), fasilitas umum (0,700), dan jarak (0,514) lebih besar dari nilai Sig (0.05). Dengan demikian diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan, alat transportasi, kepemilikan lahan, fasilitas umumdan jarak terhadap keputusan migrasi sirkuler ke Kota Medan.


(41)

Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa faktor yang mempengruhi seseorang untuk melakukan migrasi sirkuler jika dilihat dari kondisi ekonomi adalah faktor jenis pekerjaan.


(42)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai dalam variabel kondisi sosial, nilai Asymp. Sig usia (0,044) dan fasilitas sosial (0,032) lebih kecil dari nlai Sig (0,05). Dengan demikian diketahui bahwa terdapat hubungan antara usia dan fasilitas sosial dengan keputusan migrasi sirkuler respondenSedangkan nilai dalam variabel kondisi sosial, nilai Asymp. Sig jenis kelamin (0,554), status pernikahan (0,547), jumlah tanggungan (0,831) dan pendidikan terakhir (0,06) lebih besar dari nilai Sig (0.05). Dengan demikian diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, status pernikahan, jumalah tanggungan dan pendidikan terakhir terhadap keputusan migrasi sirkuler kekota Medan 2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai dalam variabel kondisi

ekonomi, nilai Asymp. Sig jenis pekerjaan (0,025) lebih kecil dari nlai Sig (0,05). Dengan demikian diketahui bahwa terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan keputusan migrasi sirkuler.Sedangkan , nilai Asymp. Sig tingkat pendapatan (0,492), alat transportasi (0,285), kepemilikan lahan (0,159), fasilitas umum (0,700), dan jarak (0,514) lebih besar dari nilai Sig (0.05). Dengan demikian diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan, alat transportasi, kepemilikan lahan,


(43)

fasilitas umumdan jarak terhadap keputusan migrasi sirkuler ke Kota Medan

5.2 Saran

1. Bahwa variabel usia, fasifitas dan jenis pekerjaan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan seseorang untuk melakukan migrasi sirkuler. Mengingat saat seseorang merasa telah mampu untuk bekerja maka ia akan mencari pekerjaan yang lebih bisa meningkatkan standar hidup keluarga di daerah asal maka ia akan melakukan migrasi sirkuler keluar daerah. Sedangkan untuk fasilitas sosial yang lebih lengkap tersedia dikota juga sebaiknya di daerah asal responden yang melakukan migrasi sirkuler diperbanyak dan dilengkapi sehingga masyarakat dapat merasakan pembangunan yang merata.

2. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk menambah variabel lain yang dapat dijadikan indikator dalam penelitian lanjutan. Hal ini karena masih adanya variabel-variabel yang belum ditemukan penulis yang masih memiliki hubungan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan migrasi sirkuler.


(44)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Defenisi Migrasi

Migrasi merupakan salah satu dari komponen demografi yang juga mempengaruhi dinamika penduduk disamping fertilitas dan mortalitas. Para dikenal dengan teori LFR (Lewis-Fei-Rannis) menyatakan bahwa pada perpindahan penduduk pada dasarnya terjadi karena adanya perbedaan antara sektor kota yang modern dan sektor desa yang tradisional ( Subri,2006).

Menurut Rozy Munir dalam buku Dasar-Dasar Demografi, migrasiadalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik atau negara atau batas administrative atau batas bagian dalam suatu negara. Migrasi sering diartikan sebagaiperpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Ada 2dimensi penting yang perlu ditinjau dalam penelaahan migrasi, yaitudimensi waktu dan dimensi daerah. Untuk dimensi waktu, ukuran yangpasti tidak ada karena sulit untuk menentukan berapa lama seseorangpindah tempat tinggal untuk dapat dianggap sebagai seorang migran, tetapibiasanya digunakan definisi yang ditentukan dalam sensus penduduk.

Menurut Rusli (Syafe’i,2007), seseorang dikatakan melakukan migrasi apabila ia melakukan pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen (untuk jangka waktu minimal tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu , atau pindah dari satu unit geografis lainnya , atau adalah suatu


(45)

bentuk gerak penduduk geografis, spasial atau territorial antara unit-unit geografis yang melibatkan peubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke tempat tujuan.

Untuk dimensi daerah secara garis besarnya dibedakanperpindahan antar negara yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara kenegara lain yang disebut migrasi internasional dan perpindahan pendudukyang terjadi dalam satu negara misalnya antar propinsi, kota atau kesatuanadministratif lainnya yang dikenal dengan migrasi intern. Perpindahanlokal yaitu perpindahan dari satu alamat ke alamat lain atau dari satu kota ke kota lain tapi masih dalam batas bagian dalam suatu negara misalnyadalam satu Propinsi.

Dalam arti luas, definisi tentang migrasi adalah tempat tinggal mobilitas penduduk secara geografis yang meliputi semua gerakan (movement) penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode tertentu pula (Mantra, 1980: 20 dalam puspitasari).

Definisi migran menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa : ”a migrantis a person who changes his place of residence from one political or aadministrative area to another.” pengertian ini dikaitkan dengan pindahtempat tinggal secara permanen sebab selain itu dikenal pula ”mover”yaitu orang yang pindah dari satu alamat ke alamat lain dan dari saturumah ke rumah lain dalam batas satu daerah kesatuan politik atauadministratif, misalnya pindah dalam satu Propinsi. Beberapa bentukperpindahan tempat (mobilitas) :


(46)

1. Perubahan tempat yang bersifat rutin, misalnya orang yang pulang balik kerja (Recurrent Movement).

2. Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara sepertiperpindahan tempat tinggal bagi para pekerja musiman.

3. Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidakkembali ke temapat semula (Non Recurrent Movement).

Dalam sosiologi menurut sifatnya mobilitas dibedakan menjadidua, yaitu :

1. Mobilitas vertikal yaitu perubahan status sosial dengan melihat kedudukan generasi, misalnya melihat status kedudukan ayah.

2. Mobilitas horisontal yaitu perpindahan penduduk secarateritorial, spasial atau geografis.

Jenis-jenis migrasi :

1. Migrasi Masuk (In Migration)Yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah tempat tujuan (area of destination).

2. Migrasi Keluar (Out Migration)Yaitu perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah asal(area of origin).

3. Migrasi Neto (Net Migration)Yaitu selisih antara jumlah migrasi masuk dengan migrasikeluar. Bila migrasi yang masuk lebih besar dari pada migrasikeluar maka disebut mibgrasi neto positif. Sedangkan bilamigrasi keluar lebih besar dari pada migrasi masuk disebutmigrasi neto negatif.

4. Migrasi Bruto (Gross Migration)Yaitu jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar.


(47)

5. Migrasi Total (Total Migration)Yaitu seluruh kejadian migrasi, mencakup migrasi semasahidup (life time migration) dan migrasi pulang (returnmigration). Atau dengan kata lain migrasi total adalah semuaorang yang pernah pindah.

6. Migrasi Internasional (International Migration)Merupakan perpindahan penduduk dari suatu negara ke Negara lain. Migrasi yang merupakan masuknya penduduk ke suatunegara disebut imigrasi (immigration) sedangkan sebaliknyajika migrasi itu merupakan keluarnya penduduk dari suatunegara didebut emigrasi (emigration).

7. Migrasi Internal (Intern Migration)Yaitu perpindahan yang terjadi dalam satu negara, misalnyaantarpropinsi, antar kota/kabupaten, migrasi perdesaan keperkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendahdaripada tingkat kabupaten, seperti kecamatan, kelurahan danseterusnya. Jenis migrasi yang terjadi antar unit administrative selama masih dalam satu negara. (migrasi sirkuler dan migrasicommuter)

8. Migrasi Sirkuler (Sirkuler Migration)Yaitu migrasi yang terjadi jika seseorang berpindah tempattetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan, mungkinhanya mendekati tempat pekerjaan. Mobilitas penduduk sirkuler dapat didefinisikan sebagai gerak penduduk yangmelintas batas administrasi suatu daerah menuju ke daerah laindalam jangka waktu kurang enam bulan.

9. Migrasi Ulang-alik (Commuter)Yaitu orang yang setiap hari meninggalkan tempat tinggalnyapergi ke kota lain untuk bekerja atau berdagang dan sebagainyatetapi pulang pada sore harinya.


(48)

10.Migrasi Semasa Hidup (Life Time Migration)Yaitu migrasi yang bedasarkan tempat kelahiran. Migrasisemasa hidup adalah mereka yang pada waktu pencacahansensus bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan tempatkelahirannya.

11.Migrasi Risen (Recent Migration)Yaitu menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai migrant bila tempat tinggal waktu survei berbeda dengan tempat tinggallima tahun sebelum survei.

12.Migrasi Parsial (Partial Migration)Yaitu jumlah migrasi ke suatu daerah dari satu daerah asal, ataudari daerah asal ke satu daerah tujuan. Migrasi itu merupakanukuran dari arus migrasi antara dua daerah asal dan tujuan.

13.Arus Migrasi (Migration Stream)Yaitu jumlah atau banyaknya perpindahan yang terjadi daridaerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu. 14.Urbanisasi (Urbanization)Yaitu bertambahnya proporsi penduduk yang

berdiam didaerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.

15.Transmigrasi (Transmigration)Yaitu pemidahan dan kepindahan penduduk dari suatu daerahuntuk menetap ke daerah lain yang ditetapkan di dalam wilayahRepublik Indonesia guna kepentingan pembangunan Negara atau karena alasan yang dipandang perlu oleh Pemerintah.

Mengingat bahwa skala penelitian itu bervariasi antara penelitiyang satu dengan peneliti yang lain, sulit bagi peneliti mobilitas pendudukuntuk menggunakan batas wilayah dan waktu yang baik (standart). Kalaudilihat dari ada atau tidaknya niatan untuk menetap di daerah tujuan,mobilitas penduduk dapat pula dibagi menjadi dua, yaitu mobilitaspenduduk permanen dan mobilitas


(49)

penduduk non permanen. Jadi, migrasiadalah gerak penduduk yang melintasi batas wilayah menuju ke wilayahlain dengan ada niatan untuk menetap di daerah tujuan. Sebaliknyamobilitas penduduk non permanen ialah gerak penduduk dari satu wilayahke wilayah lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan.

Apabila seseorang menuju ke daerah lain dan sejak semula sudahbermaksud tidak menetap di daerah tujuan, orang tersebut digolongkansebagai pelaku mobilitas non permanen walaupun bertempat tinggal didaerah tujuan dalam jangka waktu cukup lama (Steele, 1983 dalam vilantina,2008).

Gerak penduduk non permanen (sirkulasi : circulation) ini dapatpula dibagi menjadi dua yaitu ulang alik (penglaju/commuting) dan dapatmenginap/mondok di daerah tujuan. Ulang alik adalah gerak penduduk dari daerah asal menuju ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentukembali ke daerah asal pada hari itu juga. Pada umumnya penduduk yangmelakukan mobilitas ingin kembali ke daerah secepatnya sehingga kalaudibandingkan frekuensi penduduk yang melakukan mobilitas ulang alik,menginap/mondok, dan migrasi frekuensi mobilitas penduduk yang ulangalik terbesar disusul oleh menginap/mondok, dan migrasi. Secaraoperasional, macam-macam bentuk mobilitas penduduk tersebut diukurberdasarkan konsep ruang dan waktu. Misalnya, mobilitas ulang alik,konsep waktunya diukur dengan enam jam atau lebih meninggalkandaerah asal dan kembali pada hari yang sama, menginap/mondok diukurdari meninggalkan daerah asal lebih dari satu hari tetapi kurang dari enambulan,


(50)

sedangkan mobilitas permanen diukur dari lamanya meninggalkandaerah asal enam bulan atau lebih kecuali orang yang sejak semula berniatmenetap di daerah tujuan, seperti seorang istri yang mengikuti suaminya.

Sifat dan perilaku migran sirkuler di daerah tujuan yang bekerjatidak mengenal waktu karena mereka berusaha mempergunakan waktuuntuk bekerja sebanyak mungkin agar mendapatkan upah sebanyakmungkin untuk dikirim ke daerah asal. Di daerah tujuan mereka tidakdikenai kewajiban untuk kerja bakti, ronda malam dan bergotong royongmemperbaiki prasarana jalan atau saluran irigasi. Jadi, di daerah tujuanmereka mempunyai kesempatan berusaha keras untuk mendapatkan upahsebanyak-banyaknya.

Pada umumnya, para migran sirkuler menuju ke kota terdorongoleh adanya tekanan kondisi ekonomi pedesaan, dimana semakin sulitmencukupi nafkah keluarga. Dorongan ekonomi tersebut ternyata terutamaditimbulkan oleh permasalahan sempitnya lahan pertanian di desa danhambatan dalam mengelolanya. Kondisi ekonomi penduduk pedesaanyang kembang kempis tersebut jelas perlu adanya perbaikan. Oleh karenaitu, pelaksanaan mobilitas dengan tujuan ekonomis sebagai salah satuupaya untuk mengubah kondisi ketertekanan ekonomi diatas.

2.2 Teori Migrasi

Teori migrasi mula-mula diperkenalkan oleh Ravenstein dalamtahun 1985 dan kemudian digunakan sebagai dasar kajian bagi parapeneliti lainnya (Lee, 1966; Zelinsky, 1971 dalam Waridin, 2002). Parapeneliti tersebut mengatakan


(51)

bahwa motif utama atau faktor primer yangmenyebabkan seseorang melakukan migrasi adalah karena alasanekonomi.

Teori migrasi menurut Ravenstein (1985) mengungkapkan tentangperilaku mobilisasi penduduk (migrasi) yang disebut dengan hukum-hukummigrasi berkenaan sampai sekarang. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Para migran cenderung memilih tempat tinggal terdekat dengan daerahtujuan. b. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi seseorang untukbermigrasi

adalah sulitnya memperoleh pendapatan di daerah asal dankemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik di daerahtujuan.

c. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah pindah kedaerah lain merupakan informasi yang sangat penting.

d. Informasi yang negatif dari daerah tujuan mengurangi niat pendudukuntuk bermigrasi.

e. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besartingkat mobilitas orang tersebut.

f. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensimobilitas orang tersebut.

g. Para migran cenderung memilih daerah dimana telah terdapat temanatau sanak saudara yang bertempat tinggal di daerah tujuan.

h. Pola migrasi bagi seseorang maupun sekelompok penduduk sulit untukdiperkirakan.

i. Penduduk yang masih muda dan belum menikah lebih banyakmelakukan migrasi dibandingkan mereka yang berstatus menikah.


(52)

j. Penduduk yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi biasanya lebihbanyak mobilitasnya dibandingkan yang berpendidikan rendah.

Mantra, Kastro dan Keban (1999) dalam Waridin (2002)menyebutkan bahwa ada beberapa teori yang mengungkapkan mengapaseseorang melakukan mobilitas, diantaranya adalah teori kebutuhan danstres. Setiap individu mempunyai beberapa macam kebutuhan yang berupakebutuhan ekonomi, sosial, budaya dan psikologis. Semakin besarkebutuhan yang tidak terpenuhi, semakin besar stres yang dialamiseseorang. Apabila stres sudah berada di atas batas toleransi, makaseseorang akan berpindah ke tempat lain yang mempunyai nilaikefaedahan atau supaya kebutuhannya dapat terpenuhi. Perkembanganteori migrasi ini kemudian dikenal sebagai model ”stress treshold” ataumodel ”place utility”. Model semacam ini juga diterapkan oleh Keban(1994) dan Susilowati (1998) dalam Ara (2008).

Tjiptoherijanto (1999) menyatakan bahwa dalam arti yang luasmigrasi adalah perubahan tempat tinggal secara permanen atau semipermanen. Dalam pengertian yang demikian, tidak ada pembatasan baikpada jarak perpindahan maupun sifatnya, serta tidak adanya perbedaanantara migrasi dalam negeri dan luar negeri. Migrasi menyimpansejarahnya sendiri, yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari sejarahperkembangan ssegala macam faham atau ”isme” yang pernah berlaku,khususnya mengenai buruh yang diawali dengan perdagangan budakbeberapa abad silam sampai kepada mobilitas tenaga kerja di masakolonial. Sejarah kehidupan bangsa diwarnai dengan adanya migrasi, danoleh karena itu pula terjadi proses pencampuran darah dan kehidupankebudayaan.


(53)

Everett S. Lee (1976) mengungkapkan bahwa volume migrasi disatu wilayah berkembang sesuai dengan keanekaragaman daerah-daerah didalam wilayah tersebut. Bila melukiskan di daerah asal dan daerah tujuanada faktor-faktor positif, negatif dan adapula faktor-faktor-faktor-faktor netral. Faktorpositif adalah faktor-faktor yang memberi nilai yang menguntungkan kalaubertempat tinggal di daerah tersebut, misalnya di daerah tersebut terdapatsekolah, kesempatan kerja, dan iklim yang baik. Sedangkan faktor negative adalah faktor yang memberi nilai negatif pada daerah yang bersangkutansehingga seseorang ingin pindah dari tempat tersebut. Perbedaan nilaikumulatif antara kedua tempat cenderung menimbulkan arus imigrasipenduduk.

Todaro (1969) dalam Puspitasari mengatakan, seseorang akan memutuskan untuk bermigrasi atau tidak tergantung dari present value dari pendapatan yang dapat diperoleh dari migrasi itu positif atau negatif. Dan menurut dia pula bahwa orang tersebut ingin bermigrasi perlu dilihat secara spesifik menurut karakteristik dari calon migran (seperti : pengetahuan dan keterampilan, umur, jenis kelamin, pemilikan modal, dan lain-lain yang relevan) karena tingkat pendapatan dan probabilita akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik tersebut. Todaro mengsumsikan bahwa faktor ekonomi merupakan faktor yang dominan sebagai pendorong orang untuk migrasi. Pernyataan ini juga didukung oleh Revenstein (1889) menatakan dalam salah satu hukum migrasinya, bahwa motif ekonomi merupakan pendorong utama seseorang melakukan migrasi.

Pendapat Todaro (1969) dalam Puspitasari bahwa faktor ekonomi merupakan motif yang paling sering dijadikan sebagai alasan utama untuk


(54)

bermigrasi. Sehingga daerah yang kaya sumber alam tentunya akan lebih mudah menciptakan pertumbuhan ekonominya, meskipun mungkin kurang stabil. Daerah yang kaya sumber daya manusia akan menjadi lokasi yang menarik bagi manufaktur atau jasa, terutama yang menggunakan teknologi tinggi. Seperti lazimnya dalam ilmu ekonomi regional, tenaga kerja akan cenderung melakukan migrasi dari daerah dengan kesempatan kerja kecil dan upah rendah ke daerah dengan kesempatan kerja besar dan upah tinggi.

Menurut Mantra (2000) dalam Puspitasari Teori Migrasi Todaro ini bertolak dari asumsibahwa migrasi dari desa ke kota pada dasarnya merupakan suatu fenomenaekonomi. Keputusan seorang individu untuk melakukan migrasi ke kotamerupakan keputusan yang telah dirumuskan secara rasional. Teori Todaromendasarkan diri pada pemikiran bahwa arus migrasi itu berlangsung sebagaitanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara desa dengan kota.Namun, pendapatan yang dipersoalkan disini bukan pendapatan yang aktual,melainkan pendapatan yang diharapkan (expected income). Para migran senantiasa mempertimbangkan dan membanding-bandingkan pasar-pasar tenagakerja yang tersedia bagi mereka di sektor pedesaan dan perkotaan, salah satu diantaranya yang sekiranya akan dapat memaksimalkankeuntungan yang diharapkan diukur berdasarkan besar kecilnya angka selisihantara pendapatan riil dari pekerjaan di kota dan dari pekerjaan di desa. Angkaselisih tersebut juga senantiasa diperhitungkan terhadap besar kecilnya peluangmigran yang bersangkutan untuk mendapatkan pekerjaan di kota.


(55)

1. Migrasi desa-kota dirangsang, terutama sekali oleh berbagai pertimbangan ekonomi yang rasional dan langsung yang berkaitan dengan keuntungan ataumanfaat dan biaya-biaya relatif migrasi itu sendiri (sebagian besar terwujuddalam bentuk-bentuk atau ukuran lain, misalnya saja kepuasan psikologi).

2. Keputusan untuk bermigrasi tergantung pada selisih antara tingkat pendapatanyang diharapkan di kota dan tingkat pendapatan aktual di pedesaan(pendapatan yang diharapkan adalah sejumlah pendapatan yang secararasional bisa diharapkan akan tercapai di masa-masa mendatang). Besarkecilnya selisih besaran upah aktual di kota dan di desa, serta besar ataukecilnya kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan yangmenawarkan tingkat pendapatan sesuai yang diharapkan.

3. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan berbanding terbalik dengantingkat pengangguran di kota.

4. Migrasi desa-kota bisa saja terus berlangsung meskipun pengangguran diperkotaan sudah cukup tinggi. Kenyataan ini memiliki landasan , yakni para migran pergi ke kota untuk meraih tingkat upah yanglebih tinggi yang nyata (memang tersedia). Dengan demikian, lonjakanpengangguran di perkotaan merupakan akibat yang tidak terhindarkan dariadanya ketidakseimbangan kesempatan ekonomi yang sangat parah antaradaerah perkotaan dan daerah pedesaan (antara lain berupa kesenjangantingkat upah tadi), dan ketimpangan-ketimpangan seperti itu amat mudahditemui di kebanyakan negara-negara di dunia ketiga.


(56)

2.3 Faktor-faktor yang Menyebabkan Keputusan Migrasi Sirkuler

Ida Bagus Mantra (1985) dalam Abidin menyebut bahwa terdapat beberapa kekuatanyang menyebabkan orang-orang terikat pada daerah asal, dan ada kekuatan yangmendorong orang-orang untuk meninggalkan daerah asal. Kekuatan yangmengikat orang-orang untuk tinggal di daerah asal disebut dengan kekuatansentripetal, keluarga, lingkungan yang kekeluargaan dan kepemilikan lahanmerupakan contoh dari kekuatan sentripetal tersebut. Sebaliknya kekuatan yangmendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asalnya disebut dengankekuatan sentrifugal, semakin sempitnya lahan pertanian dan rendahnyapendapatan bisa dijadikan contoh kekuatan sentrifugal. Kedua kekuatan ini salingbertentangan, dan diatasi dengan dipilihnya pergerakan non-permanen yaitumigrasi sirkuler.

Adapun salah satu pendorong tenaga kerja melakukan migrasi komutasi(commuting) adalah pendapatan menurut Payaman J. Simanjuntak (2001), pencarikerja selalu berusaha mencari pekerjaan dengan pendapatan yang lebih baik.(Payaman J. Simanjuntak, 2001) juga mengemukakan bahwa keluarga sebagaisatu unit pengambil keputusan kerja dan menyusun strategi untukmemaksimumkan tingkat kepuasan keluarga secara keseluruhan.

Konsep teori pilihan sebagaimana dikemukakan oleh Becker (1968) dalam (Waridin 2002) yang dikutip Didit (2004) juga bisa digunakan untuk mengetahuimotivasi seseorang dalam memutuskan untuk bermigrasi sirkuler. Dalammenentukan suatu pilihan seorang individu akan memilih satu diantara beberapaalternatif yang tersedia yang sekiranya dapat memberikan manfaat yang


(57)

palingmaksimum. Lebih lanjut diungkapkan bahwa niat bermigrasi dipengaruhi: faktorsosial ekonomi, yaitu variabel umur, status perkawinan, status pekerjaan di daerah

asal, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga di daerah asal, pendapatandan faktor struktural, yang meliputi variabel ketersediaan lapangan pekerjaan didaerah asal dan pengalaman kerja di daerah tujuan.

2.4 Tenaga Kerja

Berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagaan kerja, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik (BPS)dan sesuai yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO) adalah penduduk berusia 15 tahun keatas yang dikelompokkan dalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Mulyadi (2003) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.

2.4.1 Pekerja Sektor Formal

Sektor formal merupakan bagian dari kegiatan perekonomian yang aktivitasnya terorganisir. Karakter pokok sektor formal adalah sebagai berikut: kegiatan usahanya terorganisir secara baik karena usahanya mempergunakan fasilitas/kelengkapan yang tersedia disektor formal , umumnya mempunyai izin


(58)

usaha, pola usahanya teratur baik lokasi maupun jam kerja , mendapat kebijakan dari pemerintah,skala operasinya besar karena modal usahanya juga besar,memerlukan pendidikan formal tidak hanya berdasarkan pengalaman sambil bekerja. (Riardy, 2013)

Pekerja sektor formal atau disebut pekerja manajerial (white collar) terdiri dari tenaga professional, teknisi dan sejenisnya, tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, tenaga tata usaha dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan, tenaga usaha jasa. Untuk bekerja pada sektor formal biasanya membutuhkan tingkat pendidikan yang memadai dan dikenai pajak.

2.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai mobilitas penduduk migran masuk sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut tentu saja sangat membantu penulis dalam mengamati dan memperdalam pemahaman penulis dalam melakukan penelitian ini. Berikut adalah beberapa penelitian terahulu yang sudah dilakukan

1. Penelitian dari Eka Mutiara Cipta Riardy (2013), dengan judul “Pengaruh Upah dan Kesempatan Kerja Formal Terhadap Migrasi Masuk di kota Pekan Baru. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian yang diperoleh variabel upah terbukti berpengaruh terhadap minat migrasi masuk dikota Pekanbaru. Berdasarkan hasil penelitianjika upah meningkat akan menyebabkan migrasi masuk naik dan sebaliknya menurunnya upah akan menyebabkan menurunnya migrasi masuk. Sedangkan variabel kesempatan kerja terbukti tidak berpengaruh terhadap minat migrasi,


(59)

jika kesempatan kerja disektor formal naikmaka akan menyebabkan jumlah migrasi masuk turun.

2. Penelitian dariElvina Reviani (2006), dengan judul “Faktor Penyebab dan Dampak Migrasi Sirkuler di Daerah Asal ( studi kasus : Desa Pamijahan, Kab Bogor, Jawa Barat. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penduduk melakukan migrasi sirkuler yaitu pendapatan, kepemilikan lahan pertanian, kesempatan kerja, informasi, dan kepemilikan fasilitas pribadi. Sedangkan faktor pendidikan tidak mempengaruhi migrasi sirkuler.

3. Penelitian dari Hasyasya (2012) “analisis faktor – faktor yang Mempengaruhi keputusan Tenaga kerja menjadi Commuter dan tidak menjadi Commuter ke kota Semarang (kasus kabupaten kendal)”. Hasil dari analisis model binary logistic regression dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dua variabel dari empat variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan commuter. Variabel yang berpengaruh siginifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan commuter adalah variabel umur dan variabel upah, sedangkan variabel yang yang tidak berpengaruh siginifikan terhadap keputusan tenaga kerja melakukan commuter adalah status pernikahan dan tingkat pendidikan.

2.6 Kerangka Konseptual

Penelitian ini berupaya untuk menyimpulkan pola migrasi dari pekerja sector formal yang melakukan migrasi sirkuler, dalam arti pergi di pagi haridan pulang di hari yang sama. Berawal dari terjadinya distribusi pendapatan yangtidak


(1)

Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran dan kritik dalam skripsi ini

6. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku dosen penguji yang telah banyak

memberikan dukungan dan masukan berupa saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan 8. Kepada seluruh teman-teman Ekonomi pembangunan 2012 serta kepada

seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.

Medan, Maret 2016


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Konsep dan Defenisi Migrasi ... 6

2.2 Teori Migrasi ... 12

2.3 Faktor-faktor yang menyebabkan keputusan migrasi sirkuler... 18

2.4 Tenaga Kerja ... 19

2.4.1 Pekerja Sektor Formal ... 20

2.4 Penelitian Terdahulu ... 20

2.5 Kerangka Konseptual ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.3 Defenisi Operasional ... 24

3.4 Populasi dan Sampel ... 25

3.4.1 Populasi ... 25

3.4.2 Sampel ... 26

3.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 27


(3)

4.2.2 Tempat Ibadah ... 35

4.2.3 Pendidikan ... 35

4.2.4 Industri ... 36

4.2.5 Transportasi ... 36

4.3 Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Responden ... 37

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 37

4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 38

4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal 39 4.3.4Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan... 39

4.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 40

4.3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 41 4.3.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan... 41

4.3.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan 42 4.4 Analisis Pendapat Responden Berdasarkan Kondisi Sosial Dan Ekonomi ... 43

4.5 Analisis Kondisi Sosial dan Ekonomi Terhadap Keputusan Responden Melakukan Migrasi Sirkuler... 46

4.5.1 Perbandingan Kondisi Sosial Terhadap Keputusan Migrasi Sirkuler ... 46

4.5.2 Perbandingan Kondisi Ekonomi Terhadap Keputusan Migrasi Sirkuler ... 48

4.6 Hubungan Kondisi Sosial Terhadap Keputusan Migrasi Sirkuler ... 54

4.6 Hubungan Kondisi Ekonomi Terhadap Keputusan Migrasi Sirkuler ... 55

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Simpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Harga Konstan ... 3

1.2 Perkembangan Tingkat Pekerja Sektor Formal... 4

4.1 Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan... 32

4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan ... 33

4.3 Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja dan Pekerja Sektor Formal di Kota Medan ... 34

4.4 Fasilitas Kesehatan di Kota Medan ... 35

4.5 Tempat Ibadah di Kota Medan ... 35

4.6 Sarana Pendidikan di Kota Medan ... 36

4.7 Industri Menurut Jenisnya di Kota Medan ... 36

4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 37

4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin . 38 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Daerah Asal.... 39

4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 39

4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 40

4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 41

4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 42

4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan ... 42

4.16 Pendapat Responden Tentang Keputusan Migrasi Sirkuler .... 43

4.17 Perbandingan Usia Responden Dengan Keputusan Melakukan Migrasi Sirkuler ... 46

4.18 Perbandingan Pendidikan Responden Dengan Keputusan Melakukan Migrasi Sirkuler ... 46

4.19 Perbandingan Jenis Pekerjaan Responden Dengan Keputusan Melakukan Migrasi Sirkuler ... 48

4.20 Perbandingan Pendapatan Responden Dengan Keputusan Melakukan Migrasi Sirkuler ... 50

4.21 Perbandingan Alat Transportasi Responden Dengan KeputusanMelakukan Migrasi Sirkuler ... 51


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 23


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuisioner Penelitian ... 63

2 Data Responden ... 66

3 Distribusi Responden ... 68