Teori Migrasi Analisis Keputusan Migrasi Sirkuler Pekerja Sektor Formal di Kota Medan

12 sedangkan mobilitas permanen diukur dari lamanya meninggalkandaerah asal enam bulan atau lebih kecuali orang yang sejak semula berniatmenetap di daerah tujuan, seperti seorang istri yang mengikuti suaminya. Sifat dan perilaku migran sirkuler di daerah tujuan yang bekerjatidak mengenal waktu karena mereka berusaha mempergunakan waktuuntuk bekerja sebanyak mungkin agar mendapatkan upah sebanyakmungkin untuk dikirim ke daerah asal. Di daerah tujuan mereka tidakdikenai kewajiban untuk kerja bakti, ronda malam dan bergotong royongmemperbaiki prasarana jalan atau saluran irigasi. Jadi, di daerah tujuanmereka mempunyai kesempatan berusaha keras untuk mendapatkan upahsebanyak-banyaknya. Pada umumnya, para migran sirkuler menuju ke kota terdorongoleh adanya tekanan kondisi ekonomi pedesaan, dimana semakin sulitmencukupi nafkah keluarga. Dorongan ekonomi tersebut ternyata terutamaditimbulkan oleh permasalahan sempitnya lahan pertanian di desa danhambatan dalam mengelolanya. Kondisi ekonomi penduduk pedesaanyang kembang kempis tersebut jelas perlu adanya perbaikan. Oleh karenaitu, pelaksanaan mobilitas dengan tujuan ekonomis sebagai salah satuupaya untuk mengubah kondisi ketertekanan ekonomi diatas.

2.2 Teori Migrasi

Teori migrasi mula-mula diperkenalkan oleh Ravenstein dalamtahun 1985 dan kemudian digunakan sebagai dasar kajian bagi parapeneliti lainnya Lee, 1966; Zelinsky, 1971 dalam Waridin, 2002. Parapeneliti tersebut mengatakan Universitas Sumatera Utara 13 bahwa motif utama atau faktor primer yangmenyebabkan seseorang melakukan migrasi adalah karena alasanekonomi. Teori migrasi menurut Ravenstein 1985 mengungkapkan tentangperilaku mobilisasi penduduk migrasi yang disebut dengan hukum-hukummigrasi berkenaan sampai sekarang. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: a. Para migran cenderung memilih tempat tinggal terdekat dengan daerahtujuan. b. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi seseorang untukbermigrasi adalah sulitnya memperoleh pendapatan di daerah asal dankemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik di daerahtujuan. c. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah pindah kedaerah lain merupakan informasi yang sangat penting. d. Informasi yang negatif dari daerah tujuan mengurangi niat pendudukuntuk bermigrasi. e. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besartingkat mobilitas orang tersebut. f. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensimobilitas orang tersebut. g. Para migran cenderung memilih daerah dimana telah terdapat temanatau sanak saudara yang bertempat tinggal di daerah tujuan. h. Pola migrasi bagi seseorang maupun sekelompok penduduk sulit untukdiperkirakan. i. Penduduk yang masih muda dan belum menikah lebih banyakmelakukan migrasi dibandingkan mereka yang berstatus menikah. Universitas Sumatera Utara 14 j. Penduduk yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi biasanya lebihbanyak mobilitasnya dibandingkan yang berpendidikan rendah. Mantra, Kastro dan Keban 1999 dalam Waridin 2002menyebutkan bahwa ada beberapa teori yang mengungkapkan mengapaseseorang melakukan mobilitas, diantaranya adalah teori kebutuhan danstres. Setiap individu mempunyai beberapa macam kebutuhan yang berupakebutuhan ekonomi, sosial, budaya dan psikologis. Semakin besarkebutuhan yang tidak terpenuhi, semakin besar stres yang dialamiseseorang. Apabila stres sudah berada di atas batas toleransi, makaseseorang akan berpindah ke tempat lain yang mempunyai nilaikefaedahan atau supaya kebutuhannya dapat terpenuhi. Perkembanganteori migrasi ini kemudian dikenal sebagai model ”stress treshold” ataumodel ”place utility”. Model semacam ini juga diterapkan oleh Keban1994 dan Susilowati 1998 dalam Ara 2008. Tjiptoherijanto 1999 menyatakan bahwa dalam arti yang luasmigrasi adalah perubahan tempat tinggal secara permanen atau semipermanen. Dalam pengertian yang demikian, tidak ada pembatasan baikpada jarak perpindahan maupun sifatnya, serta tidak adanya perbedaanantara migrasi dalam negeri dan luar negeri. Migrasi menyimpansejarahnya sendiri, yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari sejarahperkembangan ssegala macam faham atau ”isme” yang pernah berlaku,khususnya mengenai buruh yang diawali dengan perdagangan budakbeberapa abad silam sampai kepada mobilitas tenaga kerja di masakolonial. Sejarah kehidupan bangsa diwarnai dengan adanya migrasi, danoleh karena itu pula terjadi proses pencampuran darah dan kehidupankebudayaan. Universitas Sumatera Utara 15 Everett S. Lee 1976 mengungkapkan bahwa volume migrasi disatu wilayah berkembang sesuai dengan keanekaragaman daerah-daerah didalam wilayah tersebut. Bila melukiskan di daerah asal dan daerah tujuanada faktor- faktor positif, negatif dan adapula faktor-faktor netral. Faktorpositif adalah faktor yang memberi nilai yang menguntungkan kalaubertempat tinggal di daerah tersebut, misalnya di daerah tersebut terdapatsekolah, kesempatan kerja, dan iklim yang baik. Sedangkan faktor negative adalah faktor yang memberi nilai negatif pada daerah yang bersangkutansehingga seseorang ingin pindah dari tempat tersebut. Perbedaan nilaikumulatif antara kedua tempat cenderung menimbulkan arus imigrasipenduduk. Todaro 1969 dalam Puspitasari mengatakan, seseorang akan memutuskan untuk bermigrasi atau tidak tergantung dari present value dari pendapatan yang dapat diperoleh dari migrasi itu positif atau negatif. Dan menurut dia pula bahwa orang tersebut ingin bermigrasi perlu dilihat secara spesifik menurut karakteristik dari calon migran seperti : pengetahuan dan keterampilan, umur, jenis kelamin, pemilikan modal, dan lain-lain yang relevan karena tingkat pendapatan dan probabilita akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik tersebut. Todaro mengsumsikan bahwa faktor ekonomi merupakan faktor yang dominan sebagai pendorong orang untuk migrasi. Pernyataan ini juga didukung oleh Revenstein 1889 menatakan dalam salah satu hukum migrasinya, bahwa motif ekonomi merupakan pendorong utama seseorang melakukan migrasi. Pendapat Todaro 1969 dalam Puspitasari bahwa faktor ekonomi merupakan motif yang paling sering dijadikan sebagai alasan utama untuk Universitas Sumatera Utara 16 bermigrasi. Sehingga daerah yang kaya sumber alam tentunya akan lebih mudah menciptakan pertumbuhan ekonominya, meskipun mungkin kurang stabil. Daerah yang kaya sumber daya manusia akan menjadi lokasi yang menarik bagi manufaktur atau jasa, terutama yang menggunakan teknologi tinggi. Seperti lazimnya dalam ilmu ekonomi regional, tenaga kerja akan cenderung melakukan migrasi dari daerah dengan kesempatan kerja kecil dan upah rendah ke daerah dengan kesempatan kerja besar dan upah tinggi. Menurut Mantra 2000 dalam Puspitasari Teori Migrasi Todaro ini bertolak dari asumsibahwa migrasi dari desa ke kota pada dasarnya merupakan suatu fenomenaekonomi. Keputusan seorang individu untuk melakukan migrasi ke kotamerupakan keputusan yang telah dirumuskan secara rasional. Teori Todaromendasarkan diri pada pemikiran bahwa arus migrasi itu berlangsung sebagaitanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara desa dengan kota.Namun, pendapatan yang dipersoalkan disini bukan pendapatan yang aktual,melainkan pendapatan yang diharapkan expected income. Para migran senantiasa mempertimbangkan dan membanding-bandingkan pasar-pasar tenagakerja yang tersedia bagi mereka di sektor pedesaan dan perkotaan, salah satu diantaranya yang sekiranya akan dapat memaksimalkankeuntungan yang diharapkan diukur berdasarkan besar kecilnya angka selisihantara pendapatan riil dari pekerjaan di kota dan dari pekerjaan di desa. Angkaselisih tersebut juga senantiasa diperhitungkan terhadap besar kecilnya peluangmigran yang bersangkutan untuk mendapatkan pekerjaan di kota. Adapun Model migrasi Todaro memiliki empat pemikiran dasar sebagaiberikut : Universitas Sumatera Utara 17 1. Migrasi desa-kota dirangsang, terutama sekali oleh berbagai pertimbangan ekonomi yang rasional dan langsung yang berkaitan dengan keuntungan ataumanfaat dan biaya-biaya relatif migrasi itu sendiri sebagian besar terwujuddalam bentuk-bentuk atau ukuran lain, misalnya saja kepuasan psikologi. 2. Keputusan untuk bermigrasi tergantung pada selisih antara tingkat pendapatanyang diharapkan di kota dan tingkat pendapatan aktual di pedesaanpendapatan yang diharapkan adalah sejumlah pendapatan yang secararasional bisa diharapkan akan tercapai di masa-masa mendatang. Besarkecilnya selisih besaran upah aktual di kota dan di desa, serta besar ataukecilnya kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan yangmenawarkan tingkat pendapatan sesuai yang diharapkan. 3. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan berbanding terbalik dengantingkat pengangguran di kota. 4. Migrasi desa-kota bisa saja terus berlangsung meskipun pengangguran diperkotaan sudah cukup tinggi. Kenyataan ini memiliki landasan , yakni para migran pergi ke kota untuk meraih tingkat upah yanglebih tinggi yang nyata memang tersedia. Dengan demikian, lonjakanpengangguran di perkotaan merupakan akibat yang tidak terhindarkan dariadanya ketidakseimbangan kesempatan ekonomi yang sangat parah antaradaerah perkotaan dan daerah pedesaan antara lain berupa kesenjangantingkat upah tadi, dan ketimpangan- ketimpangan seperti itu amat mudahditemui di kebanyakan negara-negara di dunia ketiga. Universitas Sumatera Utara 18

2.3 Faktor-faktor yang Menyebabkan Keputusan Migrasi Sirkuler