diletakkan dan hitung jumlah sperma pada kotakbidang A, B, C, D dan E. Hasil perhitungan jumlah sperma kemudian dimasukkan kedalam rumus penentuan
jumlah spermaml suspensi sekresi cauda epididimis sebagai berikut:
Jumlah sperma = N2 x 10
5
dimana N = jumlah sperma yang dihitung pada kotak A, B, C, D dan E.
spermaml
Kamar hitung Improved Neubauer dapat dilihat pada Lampiran 4.
3.4.3 Pengamatan Morfologi Sperma
Untuk menentukan morfologi sperma diambil sperma dari cauda epididimis tersebut diatas dan dibuat sediaan hapus pada kaca objek, dikeringkan.
Kemudian diberi alkohol 70 selama 15 menit, dikeringkan dan diberi pewarnaan Giemsa selama 15 menit. Setelah itu dibilas dengan air kran dan dikeringkan.
Kemudiaan dengan mikroskop cahaya cahaya dihitung jumlah 100 sperma, ditentukan persentase sperma yang normal dan yang abnormal. Untuk
mendapatkan hasil akhirnya, jumlah persentase sperma yang normal kiri dan kanan pada cauda epididimis dijumlahkan dan diambil rata-ratanya. Ciri sperma
normal yaitu mempunyai bentuk kepala seperti kait pancing dan ekor panjang lurus, sedangkan sperma abnormal mempunyai bentuk kepala tidak beraturan,
dapat berbentuk seperti pisang, tidak beraturan, atau terlalu bengkok, dan ekornya tidak lurus bahkan tidak berekor atau terdapat ekornya saja tanpa kepala Suparni,
2009.
3.4.4 Pengamatan Histologis Testis
Pengamatan histologis testis dilakukan dengan cara pembuatan preparat dengan metode parafin yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Fiksasi
Mencit didislokasi dibagian leher dan dibedah. Diambil testis dan dicuci dengan larutan NaCl 0,9 kemudian difiksasi selama 1 malam dengan
larutan bouin. b.
Washing Pencucian Setelah difiksasi, testis dicuci dengan alkohol 70 dan direndam selama 1
malam. c.
Dehidrasi Dehidrasi dilakukan dengan merendam testis dengan alkohol 70, 80,
96 dan alkohol absolut selama 1 jam dengan 2 kali pengulangan. d.
Clearing Penjernihan Clearing dilakukan dengan merendam testis kedalam xylol selama 1
malam. e.
Infiltrasi Infiltrasi dilakukan dengan merendam testis kedalam xylol yang berada di
dalam oven pada suhu 56ºC selama 1 jam. Dilanjutkan dengan merendam testis kedalam parafin murni I, II, III masing-masing selama 1 jam pada
suhu 56ºC. f.
Embedding Penanaman Embedding dilakukan dengan meletakkan testis pada kotak berbentuk segi
empat yang telah dipersiapkan sebelumnya sebagai cetakan. Setelah itu menuang perafin yang telah cair kedalam kotak tersebut, dan diberi label.
Dibiarkan sampai dingin sehingga membentuk blok parafin dan
Universitas Sumatera Utara
dimasukkan kedalam kulkas. Kemudian dilakukan penempelan blok-blok parafin pada holder yang terbuat dari kayu yang berbentuk persegi.
g. Cutting Pemotongan
Cutting dilakukan dengan memotong blok-blok parafin yang telah di holder pada mikrotum sehingga membentuk pita-pita parafin dengan
ukuran ketebalan 6-10 µm. h.
Attaching Penempelan Attaching dilakukan dengan mengambil beberapa pita parafin dengan
skapel, kemudian diletakkan pada objek glass, dan dilcelupkan pada air dingin dan air hangat. Kemudian diletakkan diatas hotplate beberapa detik
untuk meletakkan pita parafin pada objek glass. i.
Pewarnaan Pewarnaan sediaan testis diwarnai dengan menggunakan Hematoxilin
Eosin dengan cara sebagai berikut: 1.
Deparafinasi, dilakukan dengan cara mencelupkan objek pada xylol sampai parafin habis kira-kira selama ± 15 menit.
2. Dealkoholisasi, dilakukan secara bertingkat dengan alkohol
konsentrasi menurun, dengan alkohol absolut, alkohol 96, alkohol 80, dan alkohol 70.
3. Pewarnaan dilakukan dengan cara objek glass dimasukkan kedalam
larutan pewarna Hematoxilin Erlich selama 3-7 menit, dicuci dengan air mengalir ± 10 menit, dimasukkan kedalam alkohol 30, 50,
dimasukkan kedalam larutan pewarna eosin 0,5 lalu kedalam alkohol 70 selama 1-3 menit, preparat dimasukkan berturut-turut kedalam
Universitas Sumatera Utara
alkohol 70, 80, 96, dan alkohol absolut, dikeringkan, selanjutnya preparat dimasukkan ke xylol.
j. Mounting
Mounting dilakukan dengan menutup preparat dengan canada balsam. Diusakan supaya tidak terdapat gelembung udara. Diberi label dan diamati
dibawah mikroskop cahaya Sinaga, 2011.
3.5 Analisa Data