2.3 Efek Protektif Vitamin C dan Vitamin E Terhadap Sperma
Secara fisiologis vitamin C adalah pemakan radikal bebas yang kuat hingga 24 dari radikal bebas yang ada dalam plasma, jaringan mata, otak, paru–
paru, hati, jantung, sperma dan berperan melindungi sel-sel dari kerusakan oksidatif Li dan Schellorn, 2007.
Dalam suatu penelitian membuktikan pemberian vitamin C dosis tertentu selama 15 hari dapat meningkatkan jumlah spermatozoa pada mencit yang dipapar
gelombang ultrasonik. Paparan gelombang ultrasonik dengan frekuensi 30 kHz daya 3.5 wattcm2 selama 20 menit dan frekuenzi 60 kHz daya 0.5 wattcm2
selama 15 menit dapat menyebabkan munculnya radikal bebas. Pemberian vitamin C sampai dosis 0.20 mggram berat badanhari dapat mengurangi jumlah
spermatozoa yang mengalami kerusakan akibat radikal bebas karena vitamin C mampu menetralisir radikal bebas Wibisono, 2001.
Pemberian vitamin C 0,2 mgg BB secara oral selama 36 hari pada mencit jantan mampu berperan sebagai antioksidan untuk melindungi efek senyawa
radikal bebas yang ditimbulkan oleh senyawa plumbum asetat 0,1 yang ditandai oleh berkurangnya kadar malondialdehyde di dalam sekresi epididimis Fauzi,
2008. Iswara 2009, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa antioksidan
vitamin C dan vitamin E dapat menangkal radikal bebas dari allethrin dalam obat nyamuk elektrik terhadap kualitas spermatozoa tikus putih Rattus norvegicus
strain Wistar jantan. Penelitian yang dilakukan pada testis tikus yang dipaparkan cadmium Cd
10 mgg BB memperlihatkan bahwa pemberian vitamin C 10 mgkg BB secara
Universitas Sumatera Utara
intraperitoneal mampu mengurangi kadar MDA dalam testis dan peningkatan jumlah sperma disertai penurunan persentase sperma yang berbentuk abnormal,
pada pemberian vitamin E 100 mgkg BB secara intraperitonial memperlihatkan efek yang mirip pada pemberian vitamin C, akan tetapi efek dari vitamin E lebih
rendah Acharya dan Mishra, 2006. Asmarawati 2009,
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penambahan vitamin E dalam pengencer sperma ayam dapat menjaga tingkat
motilitas, viabilitas, dan spermatozoa normal setelah disimpan selama 72 jam pada suhu 4ºC, sedangkan vitamin C cenderung menurunkan motilitas spermatozoa, pH
sperma dan viabilitas spermatozoa. Pada penelitian untuk menguji efek suplementasi vitamin E dan selenium
terhadap lipid peroksidasi dengan parameter sperma, didapati peningkatan kualitas semen dan pemakaiannya dianjurkan untuk penanganan infertilitas pada pria, dan
ditemukan juga bahwa durasi maksimum fertlitas dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi vitamin E pada usia 49 minggu pada ayam jantan. Lin dan Chang,
2005. Dalam beberapa studi in vitro disebutkan bahwa vitamin E merupakan
antioksidan pemutus rantai yang utama dalam membran sperma dan efektivitasnya tergantung dari dosis Huszar dan Vigue, 1994. Dalam randomized double-blind
controlled trial, pasien asthenospermia mendapatkan vitamin E oral 300 mghari, perlakuan ini menurunkan konsentrasi malondialdehyde dalam spermatozoa dan
meningkatkan motilitas secara signifikan Ken, 1992. Vitamin E yang berperan sebagai antioksidan dilaporkan juga mampu
melindungi spermatozoa terhadap kerusakan peroksidatif dan penurunan motilitas
Universitas Sumatera Utara
Therond dan Auger, 1996. Regina dan Traber 1999, menyatakan bahwa defisiensi vitamin E pada testis tikus menyebabkan degenerasi epitel tubulus
seminiferus dan menghentikan produksi spermatozoa. Pemberian vitamin E secara oral pada pasien astenospermia dilaporkan mampu meningkatkan motilitas
spermatozoa secara signifikan Suleiman dan Ali, 1996.
2.4 Organ Reproduksi Mencit Jantan