spermatid, pertama kali dibentuk masih mempunyai sifat umum sel epiteloid. Kemudian sitoplasma menghilang memanjang menjadi spermatozoa terdiria atas
kepala, leher, badan dan ekor Syaifuddin, 2006. Sel sperma yang normal terdiri dari kepala, leher, bagian tengah dan ekor.
Kepala ditutupi oleh tulang protoplasmic galea kapitis. Galea kapitis biasanya larut bila sperma diberi pelarut lemak yang biasanya digunakan untuk pengecatan.
Bila bergerak sperma berenang dalam cairan suspensinya seperti ikan dalam air. Bila mati sperma akan terlihat datar dengan permukaan. Pada mencit ujung kepala
sperma berbentuk kait. Leher dan ekor tersusun dari flagellum tunggal yang padat tetapi dari 9-18 fibril yang dibungkus oleh satu selubung. Pada ujung ekor
selubung menghilang. Fibril menyembul dalam bentuk sikat yang telanjang Siregar, 2009.
2.5 Kelainan Morfologi Sperma
Beberapa penyimpangan dari morfologi normal dianggap sebagai abnormalitas. Antara lain sel sperma dengan kepala raksasa atau kepala kerdil,
kepala rangkap, sel sperma tanpa kepala atau tanpa ekor, kepala dengan banyak ekor, ekor bengkok atau melingkar, dan kepala-kepala protoplasmik dibagian
tengah. Bila abnormalitas ditemukan dalam jumlah besar, fertilitas pejantan pemilik semen tersebut terganggu. Sebagai patokan bila jumlah sel sperma
abnormal mendekati 50 dari total sel sperma pada ejakulat, jantan tersebut dianggap steril, meskipun jumlah sperma yang normal pada ejakulat seharusnya
secara teoritis jauh lebih cukup untuk memungkinkan terjadinya fertilisasi Nalbandov, 1990.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Parameter Mutu Sperma
Secara garis besar semen manusia terdiri dari atas 2 bagian besar yaitu plasma semen dan spermaspermatozoa. Plasma semen yang merupakan secret
kelenjar seks tambahan pria mempunyai nilai volume normal antara 2–6 ml. Istilah pada analisis semen manusia dengan akhiran spermia berhubungan dengan
volume semen. Istilah dengan akhiran Zoospermia berhubungan
spermaspermatozoa. Jadi apabila volume semen 2 ml disebut hipospermia; Volume semen 6 ml disebut hiperspermia; Semen tidak ada disebut aspermia.
Spermaspermatozoa manusia mempunyai nilai normal: a. Konsentrasi sperma:
≥ 20 jutaml b. Motilitas sperma a+b:
≥ 50 c. Morfologi sperma normal:
≥ 30 Nukman, 2005. Jadi apabila konsentrasi sperma 20 jutaml disebut oligozoospermia;
motilitas sperma 50 disebut asteno-zoospermia; morfologi sperma normal 30 disebut teratozoospermia; tidak ada sperma dalam ejakulat disebut
azoospermia Nukman, 2005. Pemeriksaan Mikroskopis motilitas spermatozoa diperiksa dengan
meneteskan 1 tetes semen pada gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup. Kemudian dilihat dengan mikroskop cahaya dengan pembesaran lensa objektif 40
kali. Lapangan pandang diperiksa secara sistematik dan motilitas setiap sperma yang dijumpai dikategorikan a, b, c atau d, sesuai dengan pengamatan apakah
sperma menunjukkan: a. gerakan cepat dan maju lurus
b. gerakan lambat atau sulit maju lurus
Universitas Sumatera Utara
c. tidak bergerak majugerak di tempat d. tidak bergerak
Jumlah sperma setiap kategori dicacah dengan alat pencacah laboratorium. Biasanya diperiksa 100 sperma secara berurutan, kemudian diklasifikasikan
sehingga menghasilkan persentase setiap kategori motilitas Nukman, 2005. Pemeriksaan morfologi spermatozoa dengan pengecatan Giemsa. Hapusan
dibuat pada gelas objek dan dilakukan pengecatan dengan Giemsa. Sediaan hapusan yang telah dicat kemudian diperiksa pada mikroskop cahaya dengan
lensa objek pembesaran 100 kali. Untuk menghitung jumlah spermatozoa berbentuk normal atau abnormal, diperiksa 100 spermatozoa secara berurutan,
kemudian dihitung persentase masing-masing bentuk spermatozoa Nukman, 2005.
Untuk menghitung spermatozoa dengan preparat basah dilakukan dengan cara ejakulat disedot dengan pipet TOMA leukosit, bila perlapangan pandang
dijumpai spermatozoa 100, maka sedot ejakulat sampai angka 0,5 kemudian sedot larutan OT sampai angka 11. disebut pengenceran 20 kali. Bila perlapangan
pandang dijumpai spermatozoa 100, maka sedot ejakulat sampai angka 1,0 kemudian sedot larutan sampai angka 11, disebut pengenceran 10 kali. Campuran
dikocok dan didiamkan 15–20 menit. Buang tetes pertama melalui ujung pipet kemudian teteskan kedalam bilik hitung yang telah ditutup cover glass melalui
tepi, diamkan sebentar agar merata. Dilihat di bawah mikroskop pembiasan lensa 40 kali. Bidang A + B + C + D × 2000 × pengenceran Bidang E × 10.000 ×
pengenceran Nukman, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan terhadap semen manusia dilakukan terhadap plasma semen dan spermatozoanya. Apabila plasma semen dan spermatozoanya baik dikatakan
semen tersebut normal. Kalau plasma semen dan spermatozoanya tidak baik dikatakan semen tersebut tidak normal. Namun dari kesimpulan interprestasi Hasil
Analisa Sperma biasanya dilakukan berdasarkan hasil analisa spermatozoanya. Sehingga kesimpulan interprestasi Hasil Analisa Sperma dapat berupa:
konsentrasi sperma 20 jutaml disebut oligozoospermia; motilitas sperma 50 disebut astenozoospermia; morfologi sperma normal 30 disebut
teratozoospermia; tidak ada sperma dalam ejakulat disebut azoospermia; ekombinasi gangguan lebih daripada 1 parameter spermatozoa, misalnya
konsentrasi sperma 20 jutaml dan motilitas sperma 50 disebut oligoastenozoospermia Nukman, 2005.
2.7 Pengaruh ROS Terhadap Spermatozoa