Hidrologi Keadaan geologi dan jenis tanah Sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

4.3 Topografi dan kemiringan lereng

Kawasan hutan KPH Gundih mempunyai kelerengan bervariasi antara 5- 60 . Konfigurasi bentuk lapangan umumnya bergelombang hingga berbukit, sebagian curam berbatu kapur. Ketinggian tempat elevasi bervariasi antara 50 m – 500 m dari permukaan laut. Keadaan berdasarkan kelerengan disajikan pada tabel berikut. Tabel 3. Keadaan konfigurasi lapangan areal hutan KPH Gundih No Kelas Kemiringan Lereng Luas Ha Persen 1 2 3 4 1 0 – 8 1.370,26 4,56 2 8 – 15 17.741,22 59,04 3 15 – 25 10.526,34 35,03 4 25 – 45 399,66 1,33 5 45 12,02 0,04 Total 30.049,50 100,00 Sumber : RPKH KPH Gundih jangka 2001-2010

4.4 Hidrologi

Wilayah KPH Gundih termasuk dalam catchment area Daerah Aliran Sungai DAS Jratunseluna pada Sub DAS Serang dan DAS Bengawan Solo Hulu dengan sungai Medang, Peganjing, Karangboyo, Geyer, Glugu dan Coyo.

4.5 Keadaan geologi dan jenis tanah

Keadaan geologi kawasan hutan KPH Gundih menurut data RPKH jangka 2001–2010 adalah batuan kapur dengan bentuk lapangan bergelombang, lereng ada sebagian agak curam dan jenis tanah kawasan hutan di KPH Gundih sangat bervariasi dengan dominasi Regosol, yang merupakan kompleks regosol kelabu dan grumosol kelabu tua. Tanah-tanah ini berasal dari endapan kapur, tanah liatlempung dan napal. Tanah dengan bahan induk berkapur dan berlempung yang hampir selalu infermeable kedap air, dengan pemuaian dan pengerutan yang tinggi, merupakan sifat fisik yang jelek dan tidak baik untuk jalan mobil.

4.6 Sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

KPH Gundih dengan luas wilayah 30.049,50 ha dikelilingi oleh 37 desa yang kesemuanya masuk wilayah Kabupaten Grobogan. Interaksi yang besar dari masyarakat terhadap keberadaan hutan menjadikan tekanan terhadap hutan semakin tinggi. Masyarakat merupakan aspek yang relevan dan penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan hutan. Aspek ini pada satu sisi merupakan faktor yang dapat mendukung pengelolaan hutan, namun pada satu sisi lain dapat pula menjadi ancaman potensial bagi sumberdaya hutan. Penerapan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat mendorong pihak manajemen untuk membentuk desa model sejak tahun 2002. Setiap desa memiliki petak pangkuan dimana masyarakat dapat ikut berperan serta dalam mengelola hutan. Dari data jumlah penduduk dan luas wilayah di lima kecamatan yang terdapat di areal kerja KPH Gundih, kepadatan penduduk berkisar antara 674 orangkm 2 . Sebagian besar mata pencaharian penduduk sekitar hutan KPH Gundih adalah bercocok tanam di lahan kering tegalan. Tanah tegalan yang kurang begitu produktif akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakatnya. Apabila dikaitkan dengan potensi tekanan terhadap hutan, maka tipologi masyarakat yang kebanyakan bercocok tanam dengan pemilikan lahan yang relatif kecil juga memperbesar potensi gangguan ke dalam hutan. Sedangkan jenis ternak yang banyak dimiliki penduduk adalah ternak sapi dan kambing. Pengelolaan hutan membawa pengaruh pada budaya Masyarakat Desa Hutan MDH yang bersifat positif. Pengaruh budaya itu diantaranya pola pikir MDH semakin maju, baik dan modern. MDH telah mengadopsi teknik pengelolaan hutan dengan baik. Bahkan pola pikir MDH lebih rasional dalam menghadapi permasalahan, lebih terbuka dan mau menerima pendapat orang lain.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN