Aliran permukaan dan erosi permukaan di plot 3 dan plot 4 jumlahnya hampir sama. Hal ini disebabkan oleh jumlah guludan di kedua plot tersebut tidak
berbeda jauh, masing-masing yaitu 16 dan 15 buah. Plot 4 yang menggunakan metode kombinasi antara teras gulud dan teras
bangku nilai aliran dan erosi permukaannya lebih besar dibanding dengan plot 2 dan plot 3. Teras bangku yang berada di plot tersebut berjumlah 1 satu
terastrap, dengan tinggi teras 25 cm dan lebar teras 1-1,5 meter, dan sisanya dibentuk teras gulud dengan jumlah guludan 15 guludan, jumlah traptangga
hanya 1 yang dinilai kurang efektif untuk mencegah atau mengurangi laju aliran permukaan, juga pengaruh dari tidak dilakukannya penanaman rumput atau
tumbuhan pada bagian talud teras menyebabkan aliran dan erosi permukaan pada plot 4 menjadi besar dibandingkan dengan plot 2 dan plot 3.
Perbandingan aliran dan erosi permukaan di plot 2 teras gulud, plot 3 teras gulud, plot 4 teras gulud dan teras bangku dan plot 1 kontrol adalah
0,75 : 0,66 : 0,66 : 1 dan 0,46 : 0,20 : 0,28 : 1. Erosi yang terjadi di suatu lahan meningkat bersama dengan meningkatnya
jumlah aliran permukaannya. Aliran permukaan yang meningkat disebabkan oleh kapasitas infiltrasi dari suatu lahan yang sudah tidak memadai lagi untuk
menyimpan air sehingga aliran air tersebut berubah menjadi aliran permukaan. Peningkatan volume dan kecepatan aliran permukaan akan berpengaruh kepada
kapasitas transportasi aliran permukaan untuk membawa bahan-bahan tanah yang pada akhirnya akan meningkatkan erosi permukaan.
5.2.2 Hubungan antara curah hujan dengan aliran dan erosi permukaan
Dari Gambar 13 A-D Aliran Permukaan dan E-H Erosi Permukaan, dapat dilihat bahwa jumlah curah hujan harian yang menimbulkan aliran dan erosi
permukaan di setiap plot sebesar 10,36 mmhari. Nilai koefisien determinasi R
2
hubungan curah hujan dengan erosi permukaan berbentuk polynomial berkisar antara 70 sampai 90 sedangkan
untuk hubungan antara curah hujan dengan aliran permukaan berkisar antara 50 sampai 92. Nilai R
2
tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai R
2
untuk persamaan linear, sehingga model persamaan regresi polynomial dipilih untuk
menggambarkan hubungan hujan dengan aliran permukaan dan dengan erosi permukaan. Selain itu model polynomial dinilai lebih logis dibandingkan dengan
model linear, yaitu sejalan dengan model hubungan jumlah hujan dan erosivitas hujan. Perbedaan nilai R
2
disebabkan karena kejadian hujan bersifat acak terhadap kondisi parameter lain yang memepengaruhi laju aliran permukaan,
sehingga jumlah hujan bukan satu-satunya parameter yang menyebabkan aliran permukaan, demikian juga dengan kejadian erosi.
5.2.3 Erosi yang diperbolehkan dan Indeks Bahaya Erosi
Erosi yang Diperbolehkan Edp adalah Laju erosi terbesar yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang
cukup bagi pertumbuhan tanamantumbuhan yang memungkinkan tercapainya produktivitas yang tinggi secara lestari yang dinyatakan dalam mmtahun atau
tonhatahun. Erosi yang diperbolehkan menjadi batas maksimum, sehingga dapat dijadikan ukuran dalam mengendalikan erosi melalui tindakan konservasi tanah
dan air di suatu bentang lahan. Apabila besarnya nilai erosi aktual sama dengan atau lebih kecil dari nilai erosi yang diperbolehkan maka tidak perlu dilakukan
tindakan konservasi tanah dan air sedangkan apabila besarnya nilai erosi aktual lebih besar dibandingkan dengan nilai erosi yang diperbolehkan maka perlu
dilakukan tindakan konservasi tanah dan air Arsyad 2000. Tabel 8 menunjukkan kelas Indeks Bahaya Erosi berdasarkan jumlah erosi
satu tahun pada suatu areal tertentu. Tabel 8 Indeks Bahaya Erosi
Indeks Bahaya Erosi Kelas
≤ 1 Rendah
1,01 – 4,0 Sedang
4,01 – 10,00 Tinggi
≥ 10,01 Sangat Tinggi
Keterangan : IBE = Nilai Erosi masing-masing plot tonhathn Nilai Erosi yang diperbolehkan tonhathn
Sumber : Arsyad dalam Hammer 2000
Tabel 9 menunjukkan erosi aktual setahun dan erosi yang dapat diperbolehkan di masing-masing plot erosi.
Tabel 9 Erosi aktual dan yang dapat diperbolehkan di masing-masing plot erosi
Plot Erosi tonhathn
Prediksi erosi Kriteria
HH
1
Regresi
2
yang dapat dibiarkan tonha HH
1
Regresi
2
Plot 1
4.00 3.11
16.16
Rendah Rendah
Plot 2
2.17 1.01
16,00
Rendah Rendah
Plot 3
3.21 2.26
17.92
Rendah Rendah
Plot 4
3.01 2.54
17.28
Rendah Rendah
Keterangan:
1
pendekatan jumlah hari hujan;
2
pendekatan regresi
Berdasarkan kriteria Indeks Bahaya Erosi dalam Tabel 8 dan nilai erosi satu tahun dalam Tabel 9, erosi aktual lebih rendah dibandingkan dengan erosi
yang dapat diperbolehkan dan indeks bahaya erosinya dapat diklasifikasikan sebagai rendah R.
Berdasarkan kriteria Indeks Bahaya Erosi yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan 1986, sebagaimana disajikan dalam Tabel 2, dan
berdasarkan data solum tanah, erosi permukaan disetiap plot tergolong kriteria ringan R. Penentuan tingkat bahaya erosi yang digunakan berdasarkan
kedalaman solum tanah, semakin dangkal tebal solum tanahnya, maka areal tersebut lebih rentan terhadap erosi, hal tersebut disebabkan jika laju erosi lebih
cepat dari pembentukan tanah disertai kedalaman solum yang dangkal maka tanah akan terkikis secara perlahan-lahan dan akhirnya dapat menyebabkan bahan induk
naik kepermukaan tanah.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pembuatan teras, baik teras gulud dan teras bangku di plot pengukuran
menghasilkan aliran dan erosi permukaan yang lebih kecil dibandingkan plot yang tidak menggunakan teras.
2. Praktik penggunaan lahan di seluruh plot menghasilkan erosi permukaan yang
lebih kecil dari erosi yang diperbolehkan. 3.
Penggunaan teras gulud Plot 2 dan Plot 3 merupakan tindakan konservasi tanah dan air yang terbaik dalam usaha penanaman Jati Tectona grandis
berdasarkan kriteria laju aliran dan erosi permukaan.
6.2 Saran
1. Konstruksi bak erosi perlu diperbaiki, terutama bentuk plot erosi. Seharusnya
plot erosi berbentuk persegi panjang dan tidak berbentuk trapesium yang mengerucut dibagian outlet, apabila berbentuk trapesium, maka di bagian
ujung yang mengarah ke outlet seharusnya diratakan dengan semen, agar tidak terhitung sebagai luas plot erosi. Bak A seharusnya dibangun tidak
terlalu rendah, sehingga dapat menampung aliran permukaan. 2.
Penelitian perlu dilakukan minimal selama satu siklus penggunaan lahan, dan akan lebih balik apabila dilakukan dalam beberapa kali siklus penggunaan
lahan untuk mendapatkan pendugaan aliran permukaan dan erosi rata-rata tahunan yang lebih baik.
3. Penggunaan ombrometer alat penakar hujan manual kurang memberikan
gambaran intensitas hujan yang sebenarnya, sehingga penggunaan alat penakar hujan otomatis sangat disarankan agar dapat mengetahui intensitas
hujan dari setiap kejadian hujan. 4.
Perlu pengukuran parameter lainnya, yaitu unsur hara yang hilang, dan produktivitas tanaman dan biaya yang diperlukan dari setiap praktik
penggunaan lahan tersebut untuk dapat melakukan analisis lebih menyeluruh terhadap praktik penggunaan lahan yang paling baik secara finansial dan
ekonomi.