Nisbah kelamin Aspek Reproduksi

dapat berubah menjelang dan selama pemijahan. Pada ikan yang melakukan ruaya untuk memijah terjadi perubahan nisbah jantan dan betina secara teratur, yaitu pada awalnya ikan jantan lebih banyak kemudian nisbah kelamin berubah menjadi 1:1 lalu diikuti ikan betina lebih banyak Nikolsky, 1963.

2.3.4 Diameter telur

Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang sebuah telur yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera dan dilihat dibawah mikroskop. Diameter telur semakin besar pada tingkat kematangan gonad yang lebih tinggi terutama saat mendekati waktu pemijahan Johnson in Effendie, 2002. Selain itu, adanya ukuran diameter telur yang beragam setiap spesies ikan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, ketersediaan makanan dan umur Chamber dan Leggett, 1996 Menurut Effendie 2002 ukuran telur biasanya dipakai untuk menentukan kualitas kandungan kuning telur, telur yang berukuran besar akan menghasilkan larva yang berukuran yang lebih besar daripada telur yang berukuran kecil. Lama penijahan dapat diduga dari frekuensi ukuran diameter telur. Diameter telur digunakan untuk melihat frekuensi pemijahan dari ikan-ikan dengan TKG III dan IV.

2.3.5 Kualitas telur

Ada empat komponen dominan pada telur yaitu chorion, ruang perivetelin perivetelliene spacePVS, kuning telur yolk dan OML ovoplasm minus lipid Vestergaard, 2002. Perbandingan komposisi kualitas telur dapat dibandingkan dengan kandungan lemak di jaringan tubuh. Definisi kualitas telur yang umum digunakan adalah kemampuan telur untuk menghasilkan benih yang baik. Potensi telur untuk menghasilkan benih yang baik ditentukan oleh beberapa faktor, yakni faktor fisik, genetik dan kimia selama terjadi proses perkembangan telur. Jika satu dari faktor esensial ini tidak ada maka telur tidak berkembang dalam beberapa stadia. Beberapa indikator kualitas telur adalah pembuahan, morfologi, ukuran dan kandungan kimia Utiah, 2006. Kondisi telur sangat menentukan bagaimana keberhasilan suatu proses rekrutmen. Watanabe 2009 menyatakan bahwa kegagalan rekrutmen disebabkan tingginya laju kematian mortalitas setelah tahap awal memakan. Selain itu, tingkat mortalitas larva disebabkan oleh adanya predator dan kondisi lingkungan yang buruk. Chambers dan Leggett 1996 menyatakan ukuran telur ikan capelin Malotus villosus dan kemampuan larva untuk tetap bertahan dari kelaparan berhubungan langsung dengan kondisi dan kandungan lemak induk ikan betina. Material yang diperlukan selama perkembangan secara umum dapat dibagi menjadi 1 diperlukan secara langsung untuk sintesis jaringan embrionik, dan 2 digunakan untuk energi metabolisme. Kadar protein, lipid dan karbohidrat berkorelasi positif terhadap kelangsungan hidup larva. Protein merupakan komponen dominan kuning telur, sedangkan jumlah dan komposisinya menentukan besar kecilnya ukuran telur Kamler, 1992 in Utiah, 2006.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian