Nisbah kelamin Diameter telur Kualitas telur

pula bahwa saat ikan pertama kali mencapai matang gonad dipengaruhi oleh beberapa faktor luar seperti suhu, arus, adanya individu yang berjenis kelamin yang berbeda dan faktor dalam seperti umur, ukuran dan perbedaan spesies. Seperti di perairan Barat Daya Taiwan pada ikan L. equulus betina matang gonad pada saat panjang cagaknya 162 mm dan ikan jantan pada panjang cagak 158 mm Fang Lee et al., 2005. Menurut Weng et al. 2005, dari analisis makroskopik perkembangan ovarian ikan Spratelloides gracilis dapat dibagi kedalam 4 fase : • Fase sebelum matang gonad immature : indung telur kecil dan langsing, dan oocyte tidak terlihat dengan mata biasa. Diameter oocyte 0,2 mm, dan model tunggal ditemukan dalam distribusi frekuensi diameter telur. Distribusi oocyte belum berkembang secara acak, dan oogonia jarang ditemukan. • Fase menuju matang gonad maturing : indung telur menjadi lebih besar dan kekuning-kuningan. Rata-rata diameter oocyte 0,4 mm. Model tunggal juga ditemukan dalam distribusi frekuensi diameter telur. • Fase matang gonad mature : indung telur sangat gembung dan kekuning- kuningan, dan telur tembus cahaya. Diameter oocyte meningkat secara pesat. Umumnya diameter oocyte yang ditemukan 0,6 – 0,9 mm. Ada dua model dalam distribusi frekuensi diameter telur, yang lebih kecil pada 0,2 mm dan satunya lagi pada 0,7 mm. • Fase setelah matang gonad spent : indung telur kecil dan lembut. Beberapa oocyte yang besar tidak dikeluarkan, ditemukan dekat kloaka. Diameter oocyte 0,6 mm. Oocyte ini secara normal akan diserap kembali, indeks kematangan gonad berkisar antara 0,022 – 0,0395.

2.3.3 Nisbah kelamin

Nisbah kelamin merupakan perbandingan ikan jantan dan ikan betina dalam suatu populasi, dengan kondisi nisbah kelamin yang ideal yaitu rasio 1:1 Bal dan Rao, 1984. Perbedaan nisbah kelamin juga dapat dilihat dari tingkah laku pemijahan, yang dapat berubah menjelang dan selama pemijahan. Pada ikan yang melakukan ruaya untuk memijah terjadi perubahan nisbah jantan dan betina secara teratur, yaitu pada awalnya ikan jantan lebih banyak kemudian nisbah kelamin berubah menjadi 1:1 lalu diikuti ikan betina lebih banyak Nikolsky, 1963.

2.3.4 Diameter telur

Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang sebuah telur yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera dan dilihat dibawah mikroskop. Diameter telur semakin besar pada tingkat kematangan gonad yang lebih tinggi terutama saat mendekati waktu pemijahan Johnson in Effendie, 2002. Selain itu, adanya ukuran diameter telur yang beragam setiap spesies ikan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, ketersediaan makanan dan umur Chamber dan Leggett, 1996 Menurut Effendie 2002 ukuran telur biasanya dipakai untuk menentukan kualitas kandungan kuning telur, telur yang berukuran besar akan menghasilkan larva yang berukuran yang lebih besar daripada telur yang berukuran kecil. Lama penijahan dapat diduga dari frekuensi ukuran diameter telur. Diameter telur digunakan untuk melihat frekuensi pemijahan dari ikan-ikan dengan TKG III dan IV.

2.3.5 Kualitas telur

Ada empat komponen dominan pada telur yaitu chorion, ruang perivetelin perivetelliene spacePVS, kuning telur yolk dan OML ovoplasm minus lipid Vestergaard, 2002. Perbandingan komposisi kualitas telur dapat dibandingkan dengan kandungan lemak di jaringan tubuh. Definisi kualitas telur yang umum digunakan adalah kemampuan telur untuk menghasilkan benih yang baik. Potensi telur untuk menghasilkan benih yang baik ditentukan oleh beberapa faktor, yakni faktor fisik, genetik dan kimia selama terjadi proses perkembangan telur. Jika satu dari faktor esensial ini tidak ada maka telur tidak berkembang dalam beberapa stadia. Beberapa indikator kualitas telur adalah pembuahan, morfologi, ukuran dan kandungan kimia Utiah, 2006. Kondisi telur sangat menentukan bagaimana keberhasilan suatu proses rekrutmen. Watanabe 2009 menyatakan bahwa kegagalan rekrutmen disebabkan tingginya laju kematian mortalitas setelah tahap awal memakan. Selain itu, tingkat mortalitas larva disebabkan oleh adanya predator dan kondisi lingkungan yang buruk. Chambers dan Leggett 1996 menyatakan ukuran telur ikan capelin Malotus villosus dan kemampuan larva untuk tetap bertahan dari kelaparan berhubungan langsung dengan kondisi dan kandungan lemak induk ikan betina. Material yang diperlukan selama perkembangan secara umum dapat dibagi menjadi 1 diperlukan secara langsung untuk sintesis jaringan embrionik, dan 2 digunakan untuk energi metabolisme. Kadar protein, lipid dan karbohidrat berkorelasi positif terhadap kelangsungan hidup larva. Protein merupakan komponen dominan kuning telur, sedangkan jumlah dan komposisinya menentukan besar kecilnya ukuran telur Kamler, 1992 in Utiah, 2006.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian