Hubungan panjang berat Faktor kondisi

Berdasarkan grafik sebaran frekuensi panjang Gambar 6 ikan bilis T. hamiltonii yang tertangkap memiliki kisaran panjang 82-157 mm. Pada bulan Mei ukuran panjang minimum yang didapat adalah 82 mm dan ukuran panjang maksimum 130 mm. Pada bulan Juni dan Juli secara berturut-turut ukuran panjang terkecil yang diperoleh adalah sebesar 108 mm dan 98 mm dan ukuran panjang terbesarnya adalah 157 mm dan 135 mm. Dengan bantuan program FISAT FAO-ICLARM Stock Assesment Tools II versi 1.2.2. dengan berbasis data panjang didapat nilai panjang maksimum yang mampu dicapai ikan bilis T. hamiltonii adalah sebesar L ∞ 161.7 mm dengan koefisien pertumbuhan K sebesar 0.55. Sedangkan menurut Gray 1835 ikan Bilis dapat mencapai panjang maksimum hingga 222 mm. Hal ini dapat mengidentifikasi bahwa ikan ini sudah mengalami perubahan struktur populasi. Gambar 6 juga memperlihatkan adanya pergeseran modus kelas panjang dari bulan Mei hingga Juli. Pada bulan Mei modus kelas panjang berada pada selang kelas 102-105 mm, kemudian pada bulan Juni modus bergeser ke kanan pada selang kelas 118-121 mm dan pada bulan Juli modus kelas panjang kembali bergeser ke kanan pada selang kelas 122-125 mm. Pergeseran modus kelas panjang ini mengindikasikan adanya pertumbuhan ikan bilis. Pertumbuhan tersebut diduga karena perbedaan musim yang terjadi. Hal ini didukung oleh pernyataan Bishop 1973 bahwa suhu air dapat merangsang dan mempengaruhi pertumbuhan organisme perairan serta mempengaruhi oksigen terlarut untuk respirasi. Setiap organisme mempunyai suhu maksimum, optimum dan minimum untuk kehidupannya. Sehingga dari pengamatan dapat diindikasikan bahwa ikan Bilis memiliki waktu pertumbuhan optimum pada bulan Juli.

4.2.2. Hubungan panjang berat

Hubungan panjang-berat ikan bilis adalah W = 7x10 -7 L 3,449 dengan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,827. Hal tersebut berarti bahwa model dugaan mampu menjelaskan data sebesar 82,7 Walpole, 1995. Dari nilai b yang diperoleh dan setelah dilakukan uji t α = 0,05 diketahui bahwa ikan bilis memiliki pola pertumbuhan allometrik positif yang berarti bahwa pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjangnya seperti yang terlihat pada Gambar 7. Pola pertumbuhan tersebut terkait erat dengan faktor lingkungan seperti suhu, jumlah dan kualitas makanan yang dicerna, umur Moyle dan Cech, 1988. Selain itu diperoleh hubungan yang erat antara panjang-berat melalui nilai koefisien korelasi r. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertambahan panjang ikan diikuti dengan pertambahan bobotnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor musim suhu dan stok makanan yang ada di daerah penangkapan ikan Bilis. Pernyataan tersebut didukung oleh Effendie 2002 yang menyatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam seperti keturunan, umur, jenis kelamin, hormon dan penyakit; serta faktor luar seperti suhu perairan dan makanan. Gambar 7. Hubungan panjang dan berat

4.2.3 Faktor kondisi

Penentuan nilai faktor kondisi didasarkan pada pola pertumbuhan. Pola pertumbuhan ikan Bilis yang ditemukan selama waktu penelitian bersifat allometrik positif. Kisaran nilai faktor kondisi ikan jantan dan betina ikan Bilis di tiap bulan penelitian disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Faktor kondisi ikan Bilis T. hamiltonii jantan dan betina yang tertangkap di Teluk Palabuhanratu Bulan Betina Jantan N Kisaran rata-rata Sb N Kisaran Rata-rata Sb Mei 19 0.97-1.47 1.19 0.11 26 0.88-1.37 1.15 0.11 Juni 18 0.81-1.25 1.06 0.12 12 0.96-1.18 1.07 0.06 Juli 13 0.87-1.22 1.03 0.11 17 0.77-1.18 0.93 0.10 Ket : Sb = Simpangan baku Nilai rata-rata faktor kondisi tertinggi ikan jantan dan betina terjadi pada bulan Mei. Berdasarkan jenis kelamin ditemukan bahwa nilai faktor kondisi rata-rata ikan betina pada bulan Mei dan Juli lebih besar dari ikan jantan. Hal ini menunjukkan bahwa ikan bilis betina pada waktu tersebut lebih montok dari pada ikan jantan. Sementara pada bulan Juni ditemukan hal yang sebaliknya. Nilai faktor kondisi rata-rata ikan betina lebih besar dari ikan jantan. Hal ini dapat dipahami karena bobot gonad ikan betina cenderung lebih berat dari pada gonad ikan jantan akibatnya bobot ikan betina lebih besar dari bobot ikan jantan dan selanjutnya berpengaruh terhadap nilai faktor kondisi. Nilai faktor kondisi ikan betina dan jantan yang tertangkap di Teluk Palabuhanratu menurun setiap bulannya Gambar 8 dan Gambar 9. Gambar 8. Sebaran Faktor kondisi ikan Bilis T. hamiltonii betina Gambar 9. Sebaran Faktor kondisi ikan Bilis T. hamiltonii jantan Nilai faktor kondisi terbesar terdapat pada bulan Mei yaitu sebesar 1.19 betina dan 1.15 jantan. Perbedaan nilai faktor kondisi tiap bulannya dapat menggambarkan faktor lingkungan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Variasi faktor kondisi ini dipengaruhi adanya kepadatan populasi, tingkat kematangan gonad, ketersediaan makanan, jenis kelamin, dan umur Effendi 1979. Faktor kondisi digunakan untuk menentukan kecocokan lingkungan dan membandingkan berbagai tempat hidup ikan. Kondisi dimana faktor kondisi ikan betina lebih besar dari ikan jantan ini dijumpai pada ikan L. splendens di perairan Teluk Labuan Saadah, 2000, ikan tunisi Pristipomoides filamentosus , Valenciennes 1830 di Teluk Palabuhanratu Susanto, 2006. Berdasarkan Gambar 10 kita dapat melihat nilai faktor kondisi berdasarkan selang kelas panjang total. Dari gambar tersebut didapat faktor kondisi terkecil sebesar 0.8924, yaitu pada selang kelas panjang 138-141 mm sedangkan nilai terbesar ada pada selang kelas panjang 102-105 mm sebesar 1.2649. Menurut Lagler 1972 dengan meningkatnya ukuran ikan maka nilai faktor kondisinya akan bertambah. Namun pada penelitian ini hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan pernyataan tersebut. Hal ini diduga karena adanya faktor lingkungan, sehingga mempengaruhi faktor kondisi ikan. Gambar 10. Nilai faktor kondisi berdasarkan selang kelas panjang betina. Tabel 3 menunjukkan hubungan faktor kondisi dengan tingkat kematangan gonad pada ikan bilis T. hamiltonii betina. Terlihat bahwa nilai faktor kondisi rata-rata meningkat seiring dengan perkembangan gonad TKG. Dengan berkembangnya gonad maka ukuran gonad juga akan semakin bertambah, sehingga akan mempengaruhi bobot dari ikan. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya bobot ikan maka nilai faktor kondisinya akan bertambah dengan asumsi faktor lain tidak ada yang mempengaruhi Lagler,1972. Tabel 3. Hubungan faktor kondisi dengan tingkat kematangan gonad ikan bilis T. hamiltonii betina. TKG Jumlah Kisaran FK FK rata-rata Simpangan baku I 1 - 0.9746 - II 23 0.8133-1.2647 1.0712 0.123227 III 13 0.8956-1.4685 1.1405 0.139902 IV 13 0.9206‐1.4261 1.1367 0.15085 4.3 Aspek Reproduksi 4.3.1 Nisbah kelamin