bervariasi antara – panjang rongga tubuh.
II Ukuran testis lebih besar, bentuk lebih jelas
dari TKG I. Terdapat jaringan bewarma putih susu, telur
masih menyatu dan belum dapat dipisahkan. Panjang gonad bervariasi antara – dari
panjang rongga tubuh. III
Ukuran testis semakin besar, bewarna putih kekuningan dan lebih jelas dibanding TKG
III. Permukaan gonad tidak rata berlekuk- lekuk, ujung posterior bergerigi.
Ukuran lebih besar, pada bagian anterior melebar dan bagian posterior meruncing,
telur sudah dapat dipisahkan, bewarna lebih gelap. Panjang gonad bervariasi antara –
dari panjang rongga tubuh. IV
Ukuran testis besar, warna testes putih, pejal dan gerigi semakin besar.
Diameter telur semakin besar dan jelas terlihat dibawah mikroskop, semua telur
bewarna kuning. Panjang gonad bervariasi antara – dari panjang rongga tubuh.
V Permukaan testes berkerut, warna putih susu
dan berbentuk kurang pejal dibanding dengan TKG IV.
Ovarium berkerut, butiran telur sisa terkumpul di posterior, ovarium bewarna
kemerah-merahan.
3.3.2.3 Indeks kematangan gonad IKG
Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada gonad, tingkat perkembangan ovarium, secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu Indeks Kematangan Gonad
IKG yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan dikalikan 100 persen Effendie, 1979 in Hadiaty, 2000.
IKG = Wg W x 100 Wg = berat gonad ; W = berat tubuh
3.3.2.4 Fekunditas
Fekunditas dihitung hanya pada ovarium TKG III dan IV. Terlebih dahulu ovarium dikeluarkan dari tubuh ikan, kemudian diawetkan dengan formalin
konsentrasi 4 dan dimasukan dalam larutan fisiologis. Dalam penghitungan, telur diambil dari 3 bagian ovarium yaitu bagian anterior, median, dan posterior yang
sebelumnya telah di keringkan dan ditimbang berat telur contoh. Telur diencerkan
dalam aquades 10 ml lalu telur diambil dengan pipet sebanyak 1 ml, tempatkan telur dalam cawan petri kemudian hitung jumlah telur sebagai jumlah telur contoh.
3.3.2.5 Diameter telur
Diameter telur dilihat hanya dari ovarium TKG IV. Diambil 100 butirekor ikan contoh dari fekunditasnya. Kemudian diamati menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 10X10 yang dilengkapi dengan mikrometer okuler yang telah ditera dengan mikrometer objektif, lalu dicatat diameter telurnya.
3.4 Analisis data 3.4.1 Aspek Pertumbuhan
3.4.1.1 Sebaran frekuensi panjang
Untuk mengetahui sebaran frekuensi panjang ikan Walpole, 1995 diikuti tahapan-tahapan :
a. Menentukan wilayah kelas, r = pb-pk r = wilayah kelas, pb = panjang terbesar,
pk = panjang terkecil. b.
Menentukan jumlah kelas 1 + 3,32 log N N = jumlah data. c.
Menghitung lebar kelas, L = r jumlah kelas L = lebar kelas, r = wilayah kelas.
d. Memilih ujung bawah kelas interval
e. Menentukan frekuensi jumlah masing-masing selang kelas yaitu jumlah
frekuensi dibagi jumlah total dikalikan 100. Parameter pendugaan untuk mendapatkan nilai panjang maksimum L
inf
dan koefisien pertumbuhan menggunakan perhitungan yang dilakukan dengan bantuan
program FISAT FAO-ICLARM Stock Assesment Tools II versi 1.2.2. Penentuan laju eksploitasi E berdasarkan data ukuran panjang ikan yang dicatat di lapangan setiap
pengambilan contoh ikan. parameter-parameter laju mortalitas yang meliputi laju mortalitas total Z digunakan model Beverton dan Holt berbasis data panjang dengan
model sebagai berikut :