Alternatif Pengelolaan Aspek Reproduksi .1 Nisbah kelamin

Tabel 8. Kadar protein telur ikan bilis T. hamiltonii di setiap bulan penelitian Bulan Rata-rata nilai Parameter L W BG Kadar Protein Mei 120 11,6667 0,1833 20,76 Juni 145 12,3333 0,2067 14,44 Juli 123 21,3 0,235 18,18 Total 130,125 15,5 0,205 17,74 Keterangan : L = rata-rata panjang ikan mm; W = rata-rata berat ikan gr; BG = rata-rata berat gonad contoh gram; F = rata-rata fekunditas contoh butir Perbedaan kandungan protein ikan bilis T. hamiltonii pada tiap bulan penelitian tersebut diduga karena adanya komposisi yang ada dalam makanan yang dimakan oleh induk. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Castel dan Kean 1994 in Trijoko 1998 menyatakan bahwa pada induk ikan Homarus americanus yang diambil dari beberapa waktu yang berbeda menghasilkan telur dengan komposisi nutrisi yang berbeda. Penyebab terjadinya perbedaan komposisi tersebut dikarenakan perbedaan jenis dan jumlah pakan alami yang dimakan oleh induk. Selanjutnya Toelihere 1985 in Affandi dan Tang 2000 menyatakan bahwa kualitas makanan tergantung pada komposisi nutrisinya seperti lemak, protein, karbohidrat, mineral dan vitamin. Pada penelitian ini tidak dianalisis kandungan lemak dari telur ikan karena berat kering yang dibutuhkan adalah 5 gram, sedangkan berat basah dari telur yang didapat tidak mencukupi sehingga tidak dapat memenuhi syarat dalam analisis kandungan lemak wawancara pribadi.

4.3.8 Alternatif Pengelolaan

Tujuan utama pengelolaan sumberdaya ikan bilis T. hamiltonii adalah untuk menjamin kesediaan stok ikan di alam, dimana aspek reproduksi sangat berperan. Cara termudah yang dapat dipakai dalam pengelolaan sumberdaya hayati ikan agar terjamin ketersediaannya di alam adalah dengan menjaga waktu dan tempat proses pemijahan. Upaya pengelolan ikan T. hamiltonii yang disarankan meliputi pengaturan regulasi penangkapan, pengurangan intensitas penangkapan pada musim pemijahan ikan, dan penentuan ukuran ikan yang dapat ditangkap serta perlindungan habitat. Untuk ukuran ikan yang boleh ditangkap, yang disarankan adalah setelah ikan berukuran lebih dari 127.9875±0.00131 mm atau dengan menggunakan jaring tangkap dengan diameter lebih besar dari 28.86 mm. Hal ini bertujuan memberikan kesempatan ikan bilis untuk memijah terlebih dahulu. Selanjutnya pada bulan Mei sebaiknya tidak melakukan aktivitas penangkapan karena pada bulan tersebut merupakan puncak pemijahan ikan bilis.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

™ Musim puncak pemijahan ikan Bilis T. hamiltonii di Teluk Palabuhanratu diperkirakan bulan Mei. ™ Ikan Bilis T. hamiltonii memiliki pola pertumbuhan allometrik positif, dengan ukuran pertama kali matang gonad adalah 127.9875±0.00131 mm tinggi tubuh ±28.86 mm. ™ Nisbah kelamin tidak seimbang pada tiap bulan pengamatan. ™ Fekunditas berkisar antara 288-7339. Pada ikan Bilis T. hamiltonii terlihat adanya hubungan yang erat antara fekunditas dengan panjang total dan berat tubuh. Semakin besar ukuran tubuhnya maka fekunditas juga semakin besar. Diameter telur berkisar antara 0,2-0,67 mm. Berdasarkan data diameter maka dapat disimpulkan ikan Bilis termasuk partial spawner. Kadar protein hasil tangkapan masih tergolong tinggi berkisar antara 14,44-20,76.

5.2. Saran

Upaya pengelolaan yang disarankan adalah pembatasan penangkapan pada bulan intensif pemijahan, yaitu bulan Mei; ukuran ikan yang ditangkap sebaiknya sudah berukuran lebih besar dari ukuran pertama kali matang gonad, yaitu 127.9875±0.00131 mm dengan diameter jaring tangkap yang lebih besar dari 28.86 mm, sehingga kelestarian sumberdaya ikan Bilis tetap terjamin. Untuk penelitian lanjutan, disarankan kajian tentang kebiasaan makan, makanan, kondisi lingkungan, dan genetik ikan bilis T. hamiltonii di lokasi penelitian agar informasi yang didapatkan lebih detail dan menyeluruh.