53 menjadi acuan nelayan dalam menentukan lama perendaman adalah jika bulan
mulai timbul maka secepatnya harus dilakukan pengangkatan jaring. Sembari menunggu waktu pengangkatan jaring beragam aktivitas dilakukan oleh
nelayan diantaranya istirahat, membersihkan dek kapal dan adapula yang memancing ikan.
5 Penarikan jaring
Penarikan jaring umumnya dilakukan sebelum bulan mulai terang. Mekanisme penarikan jaring dimulai dengan pengangkatan pelampung jaring, penarikan
badan jaring tiap pis dan diakhiri dengan pengangkatan pelapung tanda. Untuk satu rangkaian jaring sebanyak 40 pis dibutuhkan waktu hauling sekitar 2-3
jam. Waktu tersebut dapat dipersingkat menjadi 1,5-2 jam dengan jalan menarik jaring sambil menjalankan kapal ke arah depan.
6 Penanganan hasil tangkapan
Penanganan hasil tangkapan diawali dengan pengambilan ikan yang terjerat pada mata jaring. Ikan-ikan yang telah terlepas diletakkan di geladak kapal
sampai seluruh rangkaian jaring dinaikkan ke atas kapal. Sebelum dimasukkan ke dalam cool box, ikan terlebih dahulu disiram dengan air laut dan
selanjutnya disortir menurut jenis dan ukuran. Cool box diisi dengan es curah sekitar 1 balok dan disusun sedemikian rupa hingga seluruh bagian tubuh ikan
tertutup es. Variasi penanganan lain yang sering dipraktekkan oleh nelayan jaring insang hanyut adalah dengan mencampur es curah dengan air laut.
Berdasarkan pengalaman nelayan, dengan metode penanganan tersebut maka setelah 5 hari operasi maka jumlah ikan yang dikategorikan rijek tidak
mencapai 10 dari hasil tangkapan. Pada kondisi saat hasil tangkapan melimpah, kegiatan penanganan tidak dapat berlangsung secara optimal
karena pembersihan serta pemberian es tidak dapat dilakukan secara total. Pemberian es hanya diperuntukkan bagai ikan yang memiliki nilai ekonomis
tinggi.
5.2.2 Rawai hanyut 1
Kapal
Untuk mengoperasikan rawai hanyut, nelayan umumnya menggunakan kapal yang terbuat dari kayu seruk. Dimensi kapal yang digunakan nelayan di
54 Kabupaten Belitung berkisar antara 10-13,5 m untuk panjang LOA, 1,6-2,1 m
untuk lebar B dan 1,1-1,7 m untuk dalam D. Dari dimensi tersebut maka diketahui bahwa tonase kapal berkisar antara 3,49 sampai 9,9 GT. Gambar 8
menunjukkan kapal pancing rawai hanyut.
Gambar 10. Kapal rawai hanyut di Kabupaten Belitung
Mesin penggerak yang umum digunakan pada kapal rawai hanyut adalah mesin inboard berkekuatan 20-120 PK yang berbahan bakar solar. Seperti halnya
kapal jaring insang, merk mesin yang dominan digunakan adalah pada kapal pancing adalah Dongfeng dan Jiandong terutama untuk mesin dengan kekuatan
20-60 PK. Adapun mesin dengan kekuatan 60-120 PK umumnya merupakan hasil modifikasi mesin mobil merk Isuzu Panther dan Mitsubishi PS 100 dan PS 120.
Demikian halnya dengan jenis propeler yang dipasang, umumnya digunakan propeller dengan bentuk propeller ellips dengan dua maupun tiga bilah yang
terbuat dari bahan kuningan. Propeler dua bilah dipasang pada mesin berkekuatan kecil sedangkan yang tiga bilah dipasang pada mesin berkekuatan besar.
Seluruh kapal pancing di Kabupaten Belitung telah dilengkapi dengan palkah dan rumah kapal. Rumah kapal terletak dibagian tengah kapal dan
55 berfungsi sebagai ruang kemudi sekaligus ruang navigasi dan komunikasi kapal.
Bentuk rumah kapal pada kapal pancing ada yang persegi panjang dan ada pula yang kubus.
Jumlah palkah pada kapal pancing berkisar antara 2-4 buah dengan volume tiap palkah antara 1,64-3,12 m
3
. Palkah-palkah yang terdapat pada kapal pancing tidak berinsulasi sehingga hanya digunakan sebagai tempat penyimpanan
jangkar. Untuk menyimpan hasil tangkapan nelayan menggunakan cool box. Jumlah cool box yang dibawa oleh setiap kapal bervariasi antara 2-4 buah. Dari
hasil pengamatan, letak palkah umumnya berada dibagian haluan kapal. Pada beberapa sampel pengamatan ditemukan pula palkah yang terletak tepat
dibelakang rumah kapal. Variasi jumlah palkah serta posisinya pada kapal sangat tergantung pada selera pemilik.
2 Alat Tangkap
Nelayan di Kabupaten Belitung menggunakan rawai hanyut untuk menangkap ikan pelagis. Seperangkat pancing garandong terdiri atas roller, tali,
swivel optional, kail dan pemberat. Roller berfungsi sebagai sarana penggulung tali agar tidak kusut saat setting maupun hauling.
Tali pancing dirangkai hingga terbentuk satu struktur tali yang disebut tali utama main line. Bahan yang digunakan tali tesebut adalah nylon monofilament
berwarna putih. Nelayan umumnya menggunakan bahan dengan nomor 300-500 untuk tali utama sedangkan untuk branch line ukuran yang lebih kecil, yaitu
nomor 200. Fungsi kail adalah sebagai tempat melekatkan umpan sehingga ikan
tertarik memakannya dan akhirnya tertangkap pada bagian ini. Nelayan biasanya memadukan antara nomor pancing 9 dan 7 atau 6 dan 8. Pada saat pemasangan
kail pada tali diusahakan agar mata kail menghadap keatas. Pemberat berfungsi untuk merenggangkan tali agar pergerakan umpan
menjadi tampak natural. Untuk itu maka bagian ini diletakkan setelah kail. Bahan yang umum digunakan sebagai pemberat adalah timah dengan berat berkisar
antara 100-200 gr.
56
Gambar 11. Ilustrasi alat tangkap rawai hanyut 3 Nelayan
Operasi penangkapan ikan pelagis dengan pancing biasanya dilakukan oleh 3-4 orang nelayan ABK. Setiap ABK memiliki peran yang sama yaitu
sebagai pemancing. Pendapatan masing-masing nelayan didasarkan pada sistem bagi hasil. Sistem yang berlaku adalah 50 untuk nelayan dan 50 untuk
pemilik. Pembagian ini diberlakukan setelah seluruh biaya operasional dikeluarkan dari penerimaan penjualan ikan.
4 Operasi Penangkapan Tahapan pengoperasian rawai hanyut terdiri atas beberapa tahapan yaitu
persiapan, pencarian fishing ground, setting dan hauling serta penanganan hasil tangkapan.
1 Tahap persiapan
Sebelum memulai operasi penangkapan, terlebih dahulu dilakukan persiapan- persiapan yang meliputi pemenuhan kebutuhan logistik serta pemeriksaan
kondisi kapal dan mesin. Pemeriksaan kondisi kapal biasanya dilakukan oleh nahkoda. Adapun persiapan kebutuhan logistik melaut seperti solar, es, air
tawar dan ransum dilakukan oleh pemilik kapal ataupun perusahaan yang menjadi mitra nelayan. Karena adanya kendala dalam pengadaan kebutuhan
logistik terutama es dan solar maka tahap persiapan dapat memakan waktu hingga 2 hari.
57
2 Pencarian lokasi penangkapan
Acuan utama yang digunakan dalam penentuan lokasi penangkapan adalah kebiasanpengalaman nelayan. Berdasarkan informasi dari nelayan rawai
hanyut, indikator lokasi penangkapan ikan pelagis adalah daerah sekitar karang yang masih relatif dekat dengan pulau serta daerah-daerah yang
banyak dipasang rumpon. Oleh karena jarak fishing ground yang dimaksud dari fishing base berbeda-beda maka waktu pencarian lokasi penangkapan
juga bervariasi. Dari hasil wawancara diketahui bahwa fishing ground ikan pelagis yang terjauh berada di sekitar Pulau Serutu, Kalimantan Barat. Untuk
mencapai wilayah tersebut dibutuhkan waktu sekitar 14 jam dari PPN. Tanjungpandan.
3 Setting
Operasi penangkapan dengan rawai hanyut dilakukan pada malam hari antara jam 19.00 sampai dengan 05.00 pagi. Setelah tiba di lokasi yang dituju kapal
lego jangkar dan langsung dilakukan persiapan penangkapan yang meliputi persiapan umpan, persiapan alat bantu penangkapan. Nelayan umumnya
menggunakan tembang S. fimbrata dan kembung Rastrelliger sp sebagai umpan. Setelah umpan dipasang, pancing segera diturunkan. Untuk
menangkap ikan pelagis biasanya pancing dipasang hingga kedalaman 30-50 m. Pada saat musim ikan, sekitar 5 menit setelah pancing diturunkan,
umpan langsung dilahap oleh ikan pelagis.
4 Penanganan hasil tangkapan
Pancing yang dimakan oleh ikan pelagis ditarik mendekati kapal. Setelah dekat ikan lalu digancu pada bagian insang. Sesaat setelah ikan berada di atas
kapal, bagian kepalanya dipukul dengan menggunakan pentungan yang terbuat dari kayu. Tujuannya agar ikan cepat mati sehingga proses rigor mortis dapat
berlangsung lebih cepat. Setelah mati, ikan dicuci dengan air laut lalu dimasukkan ke cool box yang telah diisi es.
58
5.3 Tinjauan Aspek Finansial