0.37 0.00 2.92 0.52 0.75 0.07 10.04 0.22 8.70 0.00 22.94 0.00 0.00 0.00 0.30 0.37 1.35 10.72 0.15 0.00 0.00 4.35 0.00 30.36 100 0.00 1.84 0.00 0.03 0.03 0.31 0.00 0.00 0.00 0.00 2.12 0.00 40.14 63 0.00 0.10 0.17 0.56 0.90 0.47 0.70 0.00 0.00 0.03 2.86 0.0

Lampiran 9 Ciri dari masing-masing kelompok berdasarkan klaster habitat terhadap substrat dasar ACB ACD ACS ACT CB CE CF CM CMR CS CML DCA DC AA CA HA MA TA OT SC SP ZO RCK S SI R I Timur Pramuka 0.28 0.00 0.00 1.97 1.12 3.98 2.86 4.97 1.03 1.92 0.00 15.60 0.75 0.14 6.42 0.00 4.40 1.08 0.61 0.52 1.97 0.09 13.50 3.98 0.19 32.61 23 Utara Pramuka 1.26 0.00 1.43 3.95 1.76 2.35 0.95 9.01 0.03 2.85 0.25 9.01 15.17 0.00 0.17 0.00 1.93 0.00 1.37 0.03 0.11 0.00 10.91 4.67 0.28 32.51 21 II Barat Panggang

3.67 0.37 0.00 2.92 0.52 0.75 0.07 10.04 0.22 8.70 0.00 22.94

2.17 0.00 0.00 0.00 0.30 0.37 1.35 10.72 0.15 0.00 0.00 4.35 0.00 30.36 100

III Utara Belanda 17.01 0.00 0.45 0.59 1.39 2.92 4.65 1.94 8.13 2.33 0.00 14.10

2.01 0.00 1.84 0.00 0.03 0.03 0.31 0.00 0.00 0.00 0.00 2.12 0.00 40.14 63

Timur Kayu Angin Bira 7.34 0.03 0.00 0.10 3.55 2.16 10.96 1.10 2.46 1.20 0.00 17.71

6.21 0.00 0.10 0.17 0.56 0.90 0.47 0.70 0.00 0.00 0.03 2.86 0.00 41.40 26

IV Selatan Belanda 0.49 0.00 0.21 2.08 0.17 10.07 3.75 1.35 1.42 1.53 0.00 33.85 8.33 0.00 0.42 0.07 0.24 0.24 0.73 0.00 0.00 0.00 0.14 14.27 0.00 20.63 224 Barat Kayu Angin Bira 0.49 0.00 0.21 2.08 0.17 10.07 3.75 1.35 1.42 1.53 0.00 42.15

0.03 0.00 0.42 0.07 0.24 0.24 0.73 0.00 0.00 0.00 0.14 14.27 0.00 20.63 73

V Selatan Panggang 4.35 0.00 0.00 0.00 0.93 0.93 29.50 17.79 0.22 0.62 0.00 17.35 2.40 0.00 0.13 0.09 2.00 0.04 0.35 0.71 0.00 0.00 0.22 4.26 1.55 16.55 5 Substart Bentik Habitat KEL. LOKASI IKAN Keterangan : 1. ACB = Acropora Branching 10. CS = Coral Submassive 19. OT = Others 2. ACD = Acropora Digitate 11. CML = Coral Millepora 20. SC = Karang lunak 3. ACS = Acropora Submassive 12. DCA = Karang mati ber- alga 21. SP = Sponge 4. ACT = Acropora Tabulate 13. DC = Karang mati baru 22. ZO = Zoanthids 5. CB = Coral Branching 14. AA = Alga assemblage 23. RCK = Batu 6. CE = Coral Encrusting 15. CA = Coralline alga 24. S = Pasir 7. CF = Coral Foliose 16. HA = Halimeda 25. SI = Endapan lumpur 8. CM = Coral Massive 17. MA = Macroalga 26. R = Patahan karang 9. CMR = Coral Mushroom 18. TA = Turf alga ABSTRACT RAIMUNDUS NGGAJO. The Relationships between Yellow Tail Fusilier Fish Resources Caesio cuning and Habitat Characteristics of Coral Reefs Ecosystem in Seribu Islands. Under direction of YUSLI WARDIATNO and NEVIATY P. ZAMANI. Yellow tail fusilier fish Caesio cuning is one of the reef fish species as fishing target that associated with coral reefs in the Seribu Islands water. The purpose of this research is to determine the yellow tail fusilier fish resources condition and coral reef ecosystems and to assess yellow tail fusilier fish resources linkage with habitat characteristics. The research was conducted at Pramuka Island, Panggang Island, Belanda Island and Kayu Angin Bira Island at Seribu Islands District from April to June 2009. Each island was taken as many as two points in the fishermen catchment area. To see the percentage of benthic substrate cover, life-form and the number of coral genera square transect method, the results are analyzed using the Coral Point Count with Excell extension CPCe version 3.6 program. To see an abundance of yellow tail fusilier fish resources using Underwater Visual Census and to know biological condition of yellow tail fusilier fish, samples were taken from fishermen catches in the research locations. Interconnection yellow tail fusilier fish resources with habitat characteristics can be shown by benthic substrate grouping using cluster analysis methods. The result of this research showed the condition of coral reef ecosystems have 32.27 life-form cover. The condition of yellow tail fusilier fish resources growth was predicted have become over fishing, with the growth pattern was alometric and was dominated by immature fish. Yellow tail fusilier fish resource linkage habitat characteristics were characterized by the presence of encrusting coral, acropora digitate, submassive coral, dead coral with algae, soft coral and sand. The recommendation of management activities are: 1 rehabilitating habitat with encrusting coral, acropora digitate and submassive coral transplant programs that characterize the existence of yellow tail fusilier fish. 2 regulating caching effort and determining of suitable mess size. Keywords : Ecosystem of coral reefs, yellow tail fusilier fish, habitat linkage, Seribu Islands RINGKASAN RAIMUNDUS NGGAJO. Keterkaitan Sumberdaya Ikan Ekor Kuning Caesio cuning dengan Karakteristik Habitat pada Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan Seribu. Dibawah bimbingan YUSLI WARDIATNO dan NEVIATY P. ZAMANI. Ikan ekor kuning Caesio cuning merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting dan merupakan salah satu jenis ikan karang yang menjadi target penangkapan di perairan Kepulauan Seribu. Habitat ikan ekor kuning adalah di perairan pantai karang, perairan karang dengan suhu perairan lebih dari 20 C. Hidupnya berasosiasi dengan terumbu karang dan dapat ditemukan di perairan Kepulauan Seribu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sumberdaya ikan ekor kuning dan ekosistem terumbu karang serta mengkaji keterkaitan sumber daya ikan ekor kuning dengan karakteristik habitat. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan Seribu dari bulan April-Juni 2009. Lokasi pengamatan adalah di Pulau Pramuka Timur Pramuka dan Utara Pramuka, Pulau Panggang Barat Panggang dan Selatan Panggang, Pulau Belanda Utara Belanda dan Selatan Belanda dan Pulau Kayu Angin Bira Timur Kayu Angin Bira dan Barat Kayu Angin Bira. Dasar penentuan titik stasiun pengamatan di setiap pulau berdasarkan pada lokasi tangkapan nelayan pada daerah terumbu karang. Pengambilan data untuk persentase tutupan substrat bentik menggunakan metode transek kuadrat, dan dianalisa menggunakan program Coral Point Count with Excell extension CPCe. Untuk data kelimpahan sumberdaya ikan ekor kuning menggunakan Underwater Visual Cencus, sedangkan untuk data kondisi biologi ikan ekor kuning menggunakan sampel dari hasil tangkapan nelayan di lokasi penelitian pada bulan Mei 2009. Analisis yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan sumberdaya ikan ekor kuning dengan karakteristik habitat menggunakan cluster analysis berdasarkan pengelompokan substrat bentik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem terumbu karang mempunyai penutupan lifeform 32.27, sehingga berada pada kategori sedang. Kondisi sumber daya ikan ekor kuning diduga telah terjadi growth over fishing. Pola pertumbuhan bersifat Alometrik dan didominasi oleh ikan yang belum matang mature atau belum dewasa dalam kondisi pertumbuhan. Keterkaitan sumberdaya ikan ekor kuning dengan karakteristik habitat dicirikan dengan keberadaan coral encrusting CE, acropora digitate ACD, coral submassive CS, dead coral with algae DCA, karang lunak SC dan pasir S. Bentuk pengelolaan ekosistem terumbu karang dan ikan ekor kuning di perairan Kepulauan Seribu secara terpadu dan berkelanjutan yang diusulkan dalam penelitian ini adalah pengelolaan berbasis ekositem dengan titik penekanan pada habitat dan sumberdaya ikan ekor kuning antara lain: 1 rehabilitasi habiat dengan program transplantasi coral encrusting, acropora digitate dan coral submassive yang menjadi ciri keberadaan ikan ekor kuning pada daerah yang rusak. 2 pengaturan upaya penangkapan dan ukuran mata jaring. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang