36 sunu dan bandeng. Untuk pertambakannya berupa udang windu, bandeng,
mujaer, kakap putih dan gabus. Untuk kegiatan pengelolaan hasil perikanan dan kelautan meliputi usaha ikan bakar, ikan asin, rumput laut dan kerupuk ikan.
Potensi pengembangan wisata bahari seperti selancar, memancing ikan di rumpon dasar dan permukaan, snorkeling dan diving. Pengembangan wisata
bahari tersebut didukung oleh keindahan ekosistem terumbu karang yang terdapat di perairan Kepulauan Seribu serta upaya transplantasi karang pencakokan
dengan memanfaatkan media blok semen cor, serta rumah singgah ikan fish shelter
yang dirancang baik dari konstruksi kerangka beton maupun dengan menenggelamkan becak, mobil dan ban bekas.
4.2 Kondisi Lingkungan Perairan
Kualitas air pada prinsipnya merupakan pencerminan dari kualitas lingkungan. Air merupakan medium bagi kehidupan organisme perairan. Oleh
karena itu kualitas air ini akan mempengaruhi dan menentukan kemampuan hidup organisme perairan tersebut Kartamihardja et al. 1987. Pengamatan untuk
kondisi lingkungan fisika, kimia dan biologi secara umum menunjukkan hasil yang mendukung bagi kehidupan biota laut dengan kisaran nilai yang diijinkan
menurut KepMen LH No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut Tabel 5.
Tabel 5 Nilai kondisi lingkungan perairan
Sampling Point
Suhu Salinitas
Kec. Arus
Keke- ruhan
Kece- rahan
NO
3
-N PO
4
-P Plankton
O
C PSU
ms NTU
mgl mgl
Individum
3
Timur Pramuka
28 32
0.030 0.45
100 0.02
0.024 2,520
Utara Pramuka
29 30
0.070 0.40
100 0.06
0.015 2,240
Barat Panggang
29 32
0.048 0.50
100 0.09
0.024 3,640
Selatan Panggang
29 32
0.072 0.50
100 0.12
0.020 1,880
Utara Belanda
28 33
0.067 0.50
100 0.10
0.018 2,560
Selatan Belanda
30 33
0.061 0.43
100 0.09
0.018 3,680
Timur K.
Angin 28
32 0.046
0.50 100
0.06 0.026
2,680 Barat
K. Angin
28 32
0.031 0.50
100 0.09
0.029 2,880
37
Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi organisme dalam melakukan aktivitas metabolisme, perkembangbiakan serta
proses-proses fisiologi organisme karena suhu dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian
sebaran suhu berkisar antara 28–30
o
C Tabel 5. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu di lokasi penelitian masih
tergolong normal untuk kehidupan biota laut khususnya fitoplankton. Hal ini karena penelitian tersebut berlangsung pada saat musim peralihan dimana
pergerakan massa air cukup stabil atau tenang. Sesuai dengan pernyataan Effendi 2003, bahwa kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan
adalah 20–30
o
C. Kisaran tersebut masih termasuk dalam kriteria suhu dimana terumbu karang dapat tumbuh dan berkembang. Menurut Sukarno et al. 1983
suhu yang paling baik untuk pertumbuhan karang berkisar antara 25–30
o
C. Huet
1971, menyatakan
fluktuasi harian
suhu perairan
sangat mempengaruhi kehidupan oraganisme di dalamnya, fluktuasi suhu air yang terlalu
besar dapat mematikan organisme perairan. Bihsop 1973 menyatakan suhu air dapat merangsang dan mempengaruhi pertumbuhan organisme perairan serta
mempengaruhi oksigen terlarut untuk respirasi. Menurut Boyd dan Kopler 1979 suhu optimum untuk pertumbuhan ikan di daerah tropis adalah 25-30
C.
Salinitas
Hasil pengukuran salinitas pada lokasi penelitian menunjukkan nilai yang homogen dengan kisaran nilai antara 30–33 PSU Tabel 5 dengan nilai salinitas
terendah terdapat di Utara Pulau Pramuka. Perbedaan nilai salinitas antar stasiun pengamatan sangat kecil dan masih dalam kategori normal untuk kehidupan biota
laut, hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi 2003 bahwa nilai salinitas perairan laut berkisar antara 30-40‰ sedangkan menurut Nybakken 1988 dan
Thamrin 2006 salinitas perairan dimana karang dapat hidup adalah pada kisaran 27-40 ‰ dengan kisaran optimum untuk pertumbuhan karang adalah 34-36‰.
Kecepatan arus
Kecepatan arus pada setiap stasiun umumnya tidak jauh berbeda dengan kisaran 0.030–0.072 ms Tabel 5, kecepatan arus yang paling tinggi terjadi di
38 Selatan Pulau Panggang dan paling rendah di Timur Pulau Pramuka, secara umum
arah arus menuju barat. Hal ini berkaitan erat dengan musim tenggara dan angin musim monsoon timur yang berlangsung pada saat dilakukannya pengambilan
data. Adanya arus ini diperlukan untuk tersedianya aliran air yang membawa makanan dan oksigen bagi biota karang serta menghindarkan karang dari
pengaruh sedimentasi.
Kecerahan
Kecerahan dan kekeruhan merupakan parameter yang saling berkaitan. Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi akan meningkatkan kekeruhan
perairan, sebaliknya akan mengurangi kecerahan perairan. Parameter-parameter tersebut marupakan indikasi tingkat produktivitas perairan sehubungan dengan
proses respirasi biota perairan dan kualitas perairan. Kecerahan transparency air adalah suatu ukuran untuk mengetahui daya
penetrasi cahaya matahari ke dalam air dimana nilainya berbanding terbalik dengan nilai kekeruhan Koesbiono 1980. Kemampuan daya tembus matahari ke
perairan sangat ditentukan oleh kandungan bahan organik dan bahan anorganik tersuspensi dalam perairan, kelimpahan plankton, jasad renik dan densitas air
Wardoyo 1981. Kecerahan menggambarkan kemampuan cahaya menembus lapisan air pada
kedalaman tertentu. Kecerahan sangat penting bagi perairan karena berpengaruh terhadap berlangsungnya produktivitas primer melalui fotosintesis fitoplankton.
Hasil pengukuran Tabel 5 menunjukan nilai parameter kecerahan merata sama di semua lokasi dengan kedalam 3-7 m.
Dalam ekosistem terumbu karang, kecerahan erat kaitannya dengan cahaya matahari. Cahaya matahari sangat diperlukan terutama oleh alga simbion karang
zooxanthellae untuk melakukan fotosintesis, selanjutnya hasil dari fotosintesis
dimanfaatkan oleh karang untuk melakukan proses respirasi dan kalsifikasi Hubbard 1997. Kecerahan berbanding terbalik dengan padatan tersuspensi
TSS, dimana semakin meningkat TSS maka kecerahan dan penetrasi cahaya matahari semakin berkurang. Hal ini menurut Hubbard 1997 dapat berpengaruh
terhadap morfologi karang. Kedalaman penetrasi sinar matahari mempengaruhi
39 kedalaman pertumbuhan karang hermatipik sehingga diduga hal ini juga
mempengaruhi penyebarannya Sukarno 1977.
Kekeruhan
Nilai kekeruhan yang diperoleh selama penelitian berkisar antara
0.40 NTU–0.55 NTU Tabel 5, nilai terendah terdapat di Utara Pulau Pramuka. Secara umum nilai kekeruhan untuk semua stasiun pengamatan berada dalam
kondisi normal dan nilai tersebut sesuai baku mutu air laut untuk biota laut yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara LH RI No. 51 Tahun 2004
yaitu 5 NTU. Hal tersebut dimungkinkan sedikitnya partikel terlarut pada perairan tersebut sehingga sangat baik untuk mendukung kehidupan biota.
Nitrat NO
3
-N
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami, sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Nitrat merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan
tanaman dan alga. Konsentrasi nitrogen dalam bentuk nitrat selama penelitian nilainya berkisar antara 0.02–0.12 mgl Tabel 5 nilai terendah di Timur Pulau
Pramuka dan tertinggi di selatan Pulau Panggang. Menurut Effendi 2003 kadar nitrat di perairan alami hampir tidak pernah melebihi 0.1 mgl. Kadar nitrat lebih
dari 5 mgl menandakan telah terjadi pencemaran anthropogenik dari aktifitas manusia. Kadar nitrat lebih dari 0.2 mgl berpotensi untuk dapat menyebabkan
terjadinya eutrofikasi dan selanjutnya memicu pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat.
Secara alami terumbu karang mampu mengkonservasi keberadaan nutrien dengan memiliki katabolisme protein yang rendah serta mengkatabolis lipid dan
karbohidrat. Dalam jumlah yang cukup banyak justru akan membahayakan bahkan dapat menyebabkan kematian terumbu karang. Terumbu karang tidak
dapat beradaptasi pada saat pengkayaan nutrien terjadi, umumnya mereka tidak mampu berkompetisi dengan makroalga bentik. Pengkayaan nutrien juga dapat
menurunkan laju kalsifikasi karena fosfat akan mengikat kristal aragonite pada saat proses kalsifikasi Muler-Parker dan D’Elia 1997.
Phosphat PO
4
-P
Unsur P merupakan salah satu unsur hara yang penting bagi metabolisme sel tanaman. Unsur ini dalam perairan ditentukan dalam bentuk ortho-phosphat, poli-
40 phosphat dan phosphate-organik. Unsur P dalam bentuk ortho-phosphat dapat
dimanfaatkan oleh organisme nabati karena senyawa ini merupakan senyawa yang larut dalam air. Di dalam air phosphat dapat ditemukan dalam berbagai bentuk
senyawa Fe dan Ca dan bentuk ikatan dipengaruhi oleh pH. Senyawa anorganik phosphat yang terkandung dalam air laut umumnya
berada dalam bentuk ion ortho-phosphat. Hasil pengamatan menunjukkan nilai ortho-phosphat rata-rata berkisar antara 0.015–0.029 mgl Tabel 5 dengan nilai
terendah di Utara Pulau Pramuka dan nilai tertinggi di Barat Pulau Kayu Angin. Kandungan ortho-phosphat di lokasi penelitian berada di bawah batasan optimum
untuk pertumbuhan fitoplankton. Hal ini berarti kesuburan perairan berdasarkan kandungan phosphat di lokasi penelitian tergolong rendah. Kadar ortho-phosphat
untuk pertumbuhan optimum fitoplankton sebesar 0.09–1.80 mgl Mackenthum 1969 dalam Basmi 2000. Pada umumnya kandungan phosphat dalam perairan
tidak pernah lebih dari 0.1 ppm, kecuali bila penambahan dan pelimpahan air buangan pertanian ataupun rumah tangga Krismono et al. 1987. Suatu perairan
relatif subur bila kandungan total phosphat 0.06 – 10.00 ppm Goldman dan Horne 1983.
Plankton
Kelimpahan Plankton
bervariasi pada
setiap stasiun
pengamatan. Kelimpahan plankton rata-rata antara 1 880–3 680 individum
3
Tabel 5, dimana kelimpahan tertinggi di Selatan Belanda dan kelimpahan terendah di stasiun 4
Selatan Panggang. Perbedaan kelimpahan antara stasiun menunjukkan bahwa distribusi kelimpahan plankton tidak merata.
4.3 Komposisi Substrat Bentik Ekosistem Terumbu Karang