Di kapal CV. Bahari Express Keadaan Umum Lokasi Penelitian .1 Keadaan umum Palabuhanratu

langsung ditaruh di palka kapal tanpa diberi apapun atau hanya dibungkus dengan karung. Penanganan ikan swanggi oleh nelayan yang dikumpulkan oleh supplier dapat digambarkan seperti Gambar 9. Gambar 9 Diagram alir proses penanganan pascapanen di nelayan yang dikumpulkan supplier.

4.2.2 Penanganan saat pembongkaran

Pembongkaran ikan berperan penting dalam penanganan ikan. Baik buruknya kondisi tempat pembongkaran, peralatan yang digunakan dan kondisi kesehatan karyawan akan sangat berpengaruh pada kesegaran ikan Suryawan, 2004. Studi kasus di CV. Bahari Express, terdapat beberapa lokasi pembongkaran ikan swanggi, yaitu :

a. Di kapal CV. Bahari Express

Penanganan hasil tangkapan di kapal CV. Bahari Express saat pembongkaran dilakukan dengan cepat karena begitu kapal merapat di dermaga, box sterofoam dan mobil pick up telah dipersiapkan di dermaga. Berikut ini merupakan proses penanganan saat pembongkaran di CV. Bahari Express : 1 Pengangkutan ikan dari palka ke mobil box Ikan yang sudah disusun dalam box sterofoam dikeluarkan dari dalam palka dan diberi penutup box sterofoam kemudian disusun dengan rapi di atas mobil pick up. Pelepasan ikan dari pancing atau jaring Pemisahan ikan berdasarkan jenisnya Penyimpanan ikan dalam box dan pemberian es Penyimpanan ikan dalam box dan tidak diberi es Penyimpanan ikan langsung ke dalam palka Hauling ikan ke atas kapal 2 Pengangkutan ikan dari pelabuhan ke CV. Bahari Express Setelah semua box sterofoam telah diangkut ke atas mobil pick up, box ditutup dengan terpal untuk mencegah terpapar sinar matahari secara langsung juga untuk menjaga suhu tetap dingin. Seluruh proses penanganan saat pembongkaran berlangsung sekitar 20 menit. Proses penanganan ikan saat pembongkaran di kapal milik CV. Bahari Express yang sudah dimasukkan ke dalam box sterofoam dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11. Gambar 10 Pengangkutan ikan dari palka kapal CV. Bahari Express. Gambar 11 Penyusunan box di mobil CV. Bahari Express.

b. Di supplier

Ikan swanggi yang ditangkap oleh nelayan yang dikelola oleh supplier dikumpulkan di tempat penampungan sementara milik supplier. Semua hasil tangkapan nelayan dijual kepada supplier dengan harga yang telah ditetapkan oleh supplier. Berikut ini adalah penanganan saat pembongkaran ikan swanggi yang dilakukan di tempat supplier : 1 Ikan dibawa oleh nelayan Hasil tangkapan nelayan dibawa langsung oleh nelayan hanya dengan menggunakan tangan atau tongkat. Ikan yang dibawa langsung terpapar oleh matahari dan setelah sampai di tempat supplier ikan diletakkan di lantai. 2 Penimbangan dan penyortiran Ikan kemudian ditimbang dan disortir berdasarkan jenis dan kesegarannya. Ikan yang sudah tidak segar atau cacat sehingga tidak layak dikirim ke CV. Bahari Express kemudian dipisahkan untuk dijual ke pasar lokal. Tempat penimbangan dan penyortiran yang ada di supplier berada di luar ruangan dengan suhu sekitar 25 ºC. 3 Pencucian ikan Ikan yang dapat diterima oleh CV. Bahari Express kemudian dicuci dalam air tawar. Suhu air tersebut berkisar antar 25 ºC. Meskipun ikan yang telah disortir dilakukan proses pencucian, tetapi di beberapa supplier air yang digunakan sangat kotor sampai berwarna kecoklat-coklatan. 4 Penyusunan ikan dalam box dan pemberian es Ikan yang telah dicuci kemudian disusun dalam box menjadi 4 lapis dan diberi es pada tiap lapisnya, perbandingan ikan dan es yaitu 1 : 1. Suhu ikan swanggi di dalm box yaitu 3 ºC. Tetapi pada beberapa supplier pada saat musim paceklik ikan, es yang digunakan yaitu es sisa yang sudah kotor. 5 Pengangkutan ke CV. Bahari Express Setelah semua nelayan mengantarkan hasil tangkapannya pada supplier, box kemudian ditutup dan dikirim ke CV. Bahari Express dengan menggunakan sepeda motor ataupun mobil pick up, tergantung banyaknya ikan yang dikirim. Seluruh proses penanganan saat pembongkaran dilakukan sekitar 3-4 jam. Proses ini berlangsung sampai semua nelayan yang dikelola oleh supplier kembali dari menangkap ikan. Penanganan saat pembongkaran ikan swanggi di kapal nelayan yang dikelola oleh supplier CV. Bahari Express dapat digambarkan pada Gambar 12. Gambar 12 Diagram alir proses penanganan ikan swanggi saat pembongkaran di lokasi pengumpulan supplier. Proses penanganan ikan saat pembongkaran yang dilakukan oleh nelayan yang dikelola oleh supplier dapat dilihat pada Gambar 13 sampai Gambar 16. Gambar 13 Ikan dibawa oleh nelayan di lokasi supplier. Ikan dibawa oleh nelayan Penimbangan dan penyortiran Pencucian ikan Penyusunan ikan dalam box dan pemberian es Pengangkutan ke CV. Bahari Express Gambar 14 Penimbangan dan penyortiran ikan di lokasi supplier. Gambar 15 Pencucian ikan di lokasi supplier. Gambar 16 Penyusunan ikan dalam box dan pemberian es di lokasi supplier.

4.2.3 Penanganan saat produksi

Kesegaran ikan yang akan diproduksi tergantung pada perlakuan pasca panen dan pembongkaran, kecepatan dalam penanganan dan cara penyimpanan di kapal. Penanganan saat produksi di perusahaan juga perlu dilakukan sesuai dengan prinsip penanganan hasil perikanan yang baik. Ikan hanya dapat dipertahankan kualitasnya. Jadi walaupun pada saat produksi, sudah sesuai dengan cara penanganan yang baik tetapi saat pascapanen dan pembongkaran tidak dilakukan penanganan yang baik maka kualitas ikan akan tetap turun. Berikut proses penanganan saat produksi : 1 Peletakkan ikan di atas meja sortasi Ikan yang dikirim oleh supplier terlebih dahulu diletakkan di atas meja sortasi beserta esnya sehingga suhu ikan terjaga tetap dingin. Seperti yang dikatakan Ilyas 1993 untuk pemeliharaan suhu rendah pada setiap mata rantai. 2 Penyortiran dan penimbangan ikan Ikan yang telah diletakkan di meja sortasi kemudian disortasi berdasarkan jenis dan berat ikan. Berat ikan swanggi yang diterima oleh perusahaan yaitu ≥ 1 ons. Alat timbang yang dipakai dicuci dengan air bersih sehari sekali, sayangnya pada proses sortasi dan penimbangan yang dilakukan para pegawai perusahaan tidak memakai sarung tangan. Hal ini memungkinkan ikan terkontaminasi bakteri melalui tangan para pegawai perusahaan Ilyas, 1993. 3 Pemasukkan ikan satu per satu ke dalam plastik Kemudian ikan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam plastik satu per satu oleh karyawan. Pembungkusan ikan sampai menutupi bagian insangnya ditujukan agar insang ikan tidak berubah warna menjadi pucat karena terkena es yang meleleh. Pada proses ini karyawan juga tidak mengenakan sarung tangan. 4 Penyusunan ikan dalam box besar dan pemberian es Semua ikan yang telah dibungkus plastik disusun di dalam box sterofoam yang berukuran 97 x 59 x 55 cm³ pxlxt dan diberi es curah pada tiap lapisan. Dalam satu box masih dicampur semua jenis ikan yang diterima oleh perusahaan. 5 Pengangkutan ikan ke Jakarta Pengangkutan dilakukan setelah mencapai 10 box sterofoam, biasanya terkumpul dalam waktu 2 hari. Pengangkutan ikan ke Jakarta dilakukan pada malam hari dengan menggunakan mobil pick up dan semua box ditutup oleh terpal. 6 Pembongkaran dan pemasukkan ikan ke box kecil Setelah sampai di Jakarta yaitu di tempat penampungan sementara CV. Bahari Express yang terletak di Jakarta Timur. Karyawan CV. Bahari Express sebanyak 3 orang melakukan pembongkaran ikan yang telah dimasukkan dalam box besar. Ikan kemudian disortasi berdasarkan jenisnya dan dimasukkan ke dalam box sterofoam kecil yang berukuran 75 x 42 x 40 cm³ pxlxt. Ikan disusun dalam box kemudian diberi es pada setiap lapisnya. Setelah itu box ditutup rapat dengan selotip besar. 7 Pengiriman ikan ke pelabuhan Semua box tersebut kemudian kembali diangkut menggunakan mobil pick up menuju pelabuhan untuk diekspor ke Taiwan. Proses penanganan ikan swanggi saat produksi mulai dari peletakkan ikan di meja sortasi sampai pengiriman ikan ke pelabuhan dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17 Diagram alir proses penanganan ikan swanggi saat produksi. Proses penanganan ikan swanggi saat produksi dapat dilihat pada Gambar 18 sampai Gambar 20. Gambar 18 Penyortiran dan penimbangan ikan di perusahaan. Peletakkan ikan di atas meja sortasi Pemasukkan ikan satu per satu ke dalam plastik Penyusunan ikan dalam box besar dan pemberian es Penyortiran dan penimbangan ikan Pengangkutan ikan ke Jakarta Pembongkaran dan pemasukkan ikan ke box kecil Pengiriman ikan ke pelabuhan Gambar 19 Pemasukan ikan satu per satu ke dalam plastik di perusahaan. Gambar 20 Penyusunan ikan dalam box besar dan pemberian es di perusahaan.

4.2.4 Penanganan saat di pasar

Ikan yang tidak diterima oleh CV. Bahari Express kembali dibawa oleh supplier untuk dijual di pasar. Ikan tersebut diangkut dengan alat transportasi yang sama yaitu dengan dibawa menggunakan motor ataupun mobil pick up. Begitu sampai di pasar sekitar PPN Palabuhanratu, ikan swanggi dijual kepada para pedagang. Para pedangang menjual dengan berbagai cara, antara lain: a. Ikan diletakkan di dalam box sterofoam yang telah diisi pecahan es Gambar 21. b. Ikan diletakkan di atas meja tanpa diberikan es Gambar 22. c. Ikan diikat menjadi satu dan dijual pedagang ikan dengan berkeliling di pasar sekitar PPN Palabuhanratu. Gambar 21 Ikan swanggi di pasar yang diletakkan di box dan diberi es. Gambar 22 Ikan swanggi di pasar yang diletakkan di meja tanpa diberi es.

4.3 Karakteristik Ikan Swanggi Priacanthus macracanthus

4.3.1 Perubahan nilai organoleptik

Parameter atau kriteria untuk menentukan kesegaran ikan dapat dilakukan salah satunya dengan penentuan nilai organoleptik. Cara organoleptik adalah cara penilaian dengan mempergunakan indra manusia. Pengujian organoleptik pada penelitian ini tertuju pada kenampakan mata, insang, dan konsistensi. Tabel 7 Hasil uji organoleptik pada mata, insang dan konsistensi pada setiap proses penanganan Karakteristik Organoleptik Tahapan proses penanganan Pembongkaran Produksi Pasar Mata 8,47 7,53 5 Insang 8,33 7,37 5,7 Konsistensi 8,33 7,53 5 Keseluruhan 8,38 7,48 5,23 Gambar 23 Grafik nilai organoleptik ikan swanggi pada setiap proses penanganan. Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 23 dapat dilihat bahwa nilai organoleptik dari ikan swanggi pada setiap proses penanganan cenderung menurun mulai dari lokasi supplier sampai pasar. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada proses produksi di perusahaan sampai di pasar memiliki persentase penurunan paling besar yaitu 30, dibandingkan pada proses pembongkaran di lokasi supplier sampai di perusahaan. Tabel 8 Persentase penurunan mutu organoleptik ikan swanggi pada setiap mata rantai penanganan Tahapan proses penanganan Persentase penurunan mutu organoleptik Pembongkaran-produksi 10,74 Produksi-pasar 30,08 Gambar 24 Grafik peta kendali kualitas ikan swanggi di CV. Bahari Express. Gambar 24 memperlihatkan kondisi grafik kualitas ikan swanggi saat penelitian di CV. Bahari Express. Grafik di atas menunjukkan bahwa pengendalian jumlah ikan swanggi yang tidak memenuhi kualitas ekspor masih di dalam kendali. Hal ini terlihat dengan tidak adanya titik yang berada di atas batas atas BA peta kendali.

4.3.2 Perubahan nilai pH

Nilai pH menggambarkan derajat keasaman pada ikan. Setelah ikan mati maka glikogen akan terhidrolisis menjadi asam laktat sehingga pH ikan akan turun, akan tetapi dengan berjalannya waktu penyimpanan maka nilai pH menjadi naik kembali. Hal ini dikarenakan dengan bertambahnya waktu penyimpanan maka protein dan derivatnya akan diuraikan baik secara mikrobiologis maupun enzimatis menjadi turunan-turunannya yang bersifat basa sehingga mengakibatkan nilai pH menjadi naik Nurilmala, 2005. Tabel 9 Nilai pH ikan swanggi pada setiap proses penanganan Pembongkaran Produksi Pasar Nilai pH tertinggi 6,75 6,70 6,66 Nilai pH terendah 6,23 6,36 6,40 Nilai rata-rata 6,43 6,53 6,53 Gambar 25 Grafik nilai pH ikan swanggi pada setiap proses penanganan. Berdasarkan Tabel 9 dan Gambar 25, dapat dilihat bahwa pada proses penanganan saat pembongkaran ikan swanggi mempunyai nilai pH yang berkisar antara 6,23 sampai 6,75. Pada penanganan saat produksi ikan swanggi mempunyai nilai pH berkisar antara 6,36 sampai 6,7. Sedangkan pada lokasi pasar nilai pH yang dimiliki oleh ikan swanggi yaitu berkisar antara 6,4 sampai 6,66. Gambar 26 Grafik nilai pH ikan swanggi pada ketiga supplier. Berdasarkan Gambar 26, nilai pH ikan swanggi untuk ketiga supplier berbeda-beda yaitu pada supplier 1 bernilai 6,75, pada supplier 2 yaitu 6,49 dan pada supplier 3 yaitu 6,23. Tabel 10 Nilai pH ikan swanggi dibandingkan alat tangkap dan lama penyimpanan saat pembongkaran Supplier Alat Tangkap Lama penyimpanan jam pH ikan swanggi 1 Pancing Layur 6,75 2 Jaring Rampus 3 6,49 3 Pancing Layur 5 6,23 Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa pH ikan swanggi yang diperoleh lebih dipengaruhi oleh waktu pengiriman ikan ke CV. Bahari Express dibandingkan alat tangkap yang digunakan. Semakin lama waktu pengiriman dilakukan maka nilai pH ikan swanggi akan cenderung lebih rendah.

4.3.3 Perubahan nilai Total Volatile Base TVB

Nilai Total Volatile Base TVB adalah parameter lainnya yang membantu dalam menentukan kesegaran ikan secara kimia, dengan cara mengukur kandungan TVB dalam daging ikan. Gambar 27 Grafik nilai TVB ikan swanggi pada setiap proses penanganan. Berdasarkan Gambar 27 dapat dilihat bahwa nilai Total Volatile Base TVB selama proses penanganan mulai dari pembongkaran sampai pasar cenderung meningkat. Pada pembongkaran nilai TVB bernilai 13,07 mgN 100 g, kemudian meningkat untuk ikan segar pada saat produksi menjadi 28 mgN 100 g, sedangkan untuk ikan reject pada saat produksi dan ikan swanggi yang berada di pasar mempunyai kadar nilai TVB yaitu 42 mgN 100 g. 5 PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Keadaan umum Palabuhanratu Berdasarkan data total produksi dan nilai produksi ikan swanggi di PPN Palabuhanratu yang dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6 mengalami penurunan dari tahun 2004 menuju 2005, hal ini diduga karena menurunnya jumlah kiriman solar ke stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan di dermaga Palabuhanratu. Bahkan sudah banyak nelayan yang meliburkan diri akibat tidak tersedianya persediaan solar. Penurunan tersebut, karena ada pembatasan pembelian solar di stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan SPBN. Sebuah kapal nelayan yang akan melaut minimal memerlukan 30 liter hingga 10 ton solar. Sementara saat ini untuk kapal-kapal besar, batas pembelian bahan bakarnya dikurangi hingga 20 Kompas, 2009. Penurunan total produksi ikan swanggi juga terjadi pada tahun 2007 dan 2008. Pada tahun 2006 yang semula dapat mencapai 18.649 kg menurun pada 2007 menjadi 3.268 kg dan pada tahun 2008 menjadi 1.361 kg. Salah satu faktor yang diduga yang menyebabkan penurunan yaitu terjadinya perubahan suhu cuaca dari panas ke suhu dingin. Selain cuaca, faktor lainnya yang juga mempengaruhi penurunan total hasil tangkapan ikan para nelayan disebabkan terjadinya getaran akibat gempa bumi di Bengkulu pada tahun 2007. Populasi ikan yang selama ini terkandung di laut Palabuhanratu telah berkurang karena mengalami proses migrasi ke laut lepas. Hal ini terjadi karena laut di sepanjang Teluk Palabuhanratu dilanda getaran berkekuatan besar. Sehingga jumlah nelayan yang melaut semakin berkurang. Lebih dari 1.000 nelayan yang beraktivitas di Teluk Palabuhanratu, sedikitnya 45 nelayan memilih untuk menghentikan sementara aktivitas melautnya www.news.okezone, 2009. Faktor lain yang turut mempengaruhi penurunanan total produksi yaitu karena terjadinya gelombang pasang yang menerjang pesisir pantai selatan dengan ketinggian 5 meter dari permukaan laut pada tahun 2008. Gelombang pasang tersebut memorak- porandakan sejumlah rumah nelayan di Kampung Cipatuguran Palabuhanratu sehingga ribuan nelayan juga terpaksa membatalkan niatnya untuk pergi melaut www.kusukabumiku , 2009. Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa produksi ikan yang disalurkan lewat darat memiliki nilai yang lebih besar pada daerah Ujung Genteng dibandingkan dari daerah Cisolok. Hal ini diduga karena jumlah unit penangkapan di daerah Ujung Genteng lebih besar dibandingkan jumlah unit penangkapan di daerah Cisolok. Pada daerah Ujung Genteng pada tahun 2007 mengalami peningkatan yang sangat drastis. Hal ini diduga karena terjadi peningkatan produksi pada tahun 2007 di daerah Ujung Genteng.

5.2 Penanganan Ikan Swanggi Priacanthus macracanthus

Dokumen yang terkait

Pola Musiman Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus Richardson, 1846) di Labuan, Kabupaten Pandeglang, BantenPola Musiman Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus Richardson, 1846) di Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten

0 12 157

Kebiasaan Makanan Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus Richardson, 1846) yang didaratkan di PPP Labuan, Banten

4 30 125

Pola Reproduksi Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus, Richardson 1846) Yang Didaratkan di PPP Labuan Banten

1 13 166

Sistem Informasi Sumberdaya Perikanan Berbasis Mobile Web (Kasus: Ikan Swanggi Priacanthus tayenus yang didaratkan di PPP Labuan, Banten).

2 13 172

Dinamika Populasi Sumberdaya Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus, Richardson 1846) di Perairan Selat Sunda.

4 24 41

Status Stok Ikan Swanggi (Priacanthus Tayenus, Richardson 1864) Di Lamongan, Jawa Timur

2 22 46

Dinamika Populasi Dan Biologi Reproduksi Ikan Swanggi (Priacanthus Tayenus Richardson, 1846) Studi Kasus Perairan Selat Sunda

4 59 77

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SURIMI IKAN SWANGGI (Priacanthus macracanthus) SECARA KIMIAWI TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PAKAN IKAN Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 93

SUBSTITUSI SILASE SECARA KIMIAWI LIMBAH PADAT SURIMI IKAN SWANGGI (Priacanthus macracanthus) PADA TEPUNG IKAN TERHADAP RETENSI PROTEIN DAN RETENSI LEMAK IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

0 0 13

SKRIPSI PEMANFAATAN LIMBAH PADAT SURIMI BEKU IKAN SWANGGI (Priacanthus macracanthus) SECARA BIOLOGI TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PAKAN IKAN

0 1 80