Perkembangan dan Peramalan Neraca

keuangan tersebut dari tahun ke tahun. Melalui metode analisis trend ini, dapat dilihat perkembangan keuangan serta hasil atau keuntungan yang diperoleh perusahaan, baik naik, tetap atau bahkan cenderung menurun. Setelah dilakukan analisis trend dari tahun yang ada, maka dapat dilakukan peramalan untuk tahun kedepannya. Analisis trend juga berfungsi sebagai analisis pendukung dalam menginterpretasikan hasil dari metode analisis rasio, oleh karena itu komponen yang terdapat di analisis trend merupakan komponen yang digunakan dalam analisis rasio Munawir, 2002. Dalam penelitian ini, tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar atau patokan adalah tahun 2007, dikarenakan tahun 2007 merupakan tahun awal dalam penelitian yang dilakukan. Tabel hasil analisis trend terhadap laporan keuangan PT Indonesia Trading Company cabang Medan dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.

4.2.1 Perkembangan dan Peramalan Neraca

Komponen neraca yang digunakan untuk dianalisis dengan analisis trend adalah komponen-komponen yang dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Komponen yang digunakan untuk melihat kondisi keuangan jangka pendek, adalah komponen yang dapat menggambarkan nilai likuiditas perusahaan, yaitu aktiva lancar dan hutang lancar. Sedangkan untuk melihat kondisi keuangan jangka panjang, dapat dilihat dari komponen yang menggambarkan nilai solvabilitas perusahaan, yaitu total aktiva, total hutang dan ekuitas modal. Hasil analisis trend terhadap aktiva lancar dalam neraca menunjukan bahwa perkembangannya berfluktuasi. Perkembangan trend untuk aktiva lancar PT ITC dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan laporan neraca periode 2007-2010 Uraian 2007 2008 2009 2010 Aset lancar 100 323,79 109,44 122,35 Aset tidak lancar 100 98,81 87,26 84,91 Jumlah Aset 100 249,48 139,23 147,81 Jumlah kewajiban 100 200,11 6,49 11,92 Ekuitas 100 324,70 341,53 336,73 Jumlah kewajiban dan ekuitas 100 249,48 139,23 147,81 Sumber: Laporan Keuangan PT. Indonesia Trading Company cabang Medan periode 2007-2010 Tahun A s e t la n c a r 2012 2011 2010 2009 2008 2007 350 300 250 200 150 100 Accuracy Measures MAPE 48,01 MAD 76,27 MSD 8313,86 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for aset lancar Linear Trend Model Yt = 200,72 - 14,73 t Gambar 3. Grafik Trend Aset Lancar 2007-2010 Perkembangan trend aset lancar PT ITC cabang Medan mengalami perkembangan yang berfluktuasi seperti yang terlihat pada Gambar 3. Terlihat pada tahun 2008 terjadi peningkatan yang sangat besar yaitu sebesar 223,79 persen dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan oleh persediaan pada tahun tersebut yang memiliki proporsi yang sangat besar, meningkat sebesar 611,09 persen dari tahun sebelumnya, yang disebabkan besarnya persediaan barang untuk penjualan diawal tahun 2009 dan persediaan untuk komoditi pupuk subsidi. Kenaikan aktiva lancar juga disebabkan karena uang muka pembelian untuk beberapa komoditi seperti borax dan semen yang meningkat. Pada tahun 2009, sempat terjadi penurunan yang sangat signifikan, hal ini disebabkan oleh turunnya proporsi persediaan sebesar 475,08 persen, karena persediaan perusahaan kehilangan komoditi pupuk subsidi, dimana komoditi ini memiliki proporsi persediaan barang yang besar pada tahun sebelumnya. Tahun A s e t ti d a k l a n c a r 2012 2011 2010 2009 2008 2007 105 100 95 90 85 80 75 70 Accuracy Measures MAPE 2,09278 MAD 1,95600 MSD 4,86652 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for aset tidak lancar Linear Trend Model Yt = 106,95 - 5,682 t Gambar 4. Grafik Trend Aset Tidak Lancar 2007-2010 Perkembangan trend aset tidak lancar PT ITC cabang Medan mengalami perkembangan yang cenderung menurun dari tahun ke tahunnya seperti yang terlihat pada Gambar 4. Penurunan pada aktiva tidak lancar ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah akumulasi penyusutan pada aktiva tetap yang dimiliki oleh PT ITC cabang Medan, seperti akumulasi penyusutan pada gedung kantor, villa atau bungalow, gudang, kendaraan roda empat dan inventaris kantor. Penurunan yang paling besar proporsinya terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 11,55 persen dari tahun sebelumnya. Tahun J u m la h a s e t 2012 2011 2010 2009 2008 2007 260 240 220 200 180 160 140 120 100 Accuracy Measures MAPE 29,39 MAD 46,00 MSD 3032,15 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for jumlah aset Linear Trend Model Yt = 150,835 + 3,318 t Gambar 5. Grafik Trend Total Aset 2007-2010 Hasil analisis trend untuk total aktiva dalam neraca menunjukkan bahwa perkembangannya berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat seperti yang terlihat pada Gambar 5. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2008, dengan kenaikan sebesar 149,48 persen. Kenaikan ini disebabkan oleh total aktiva lancar pada tahun tersebut yang meningkat dengan proporsi yang besar, yang disebabkan meningkatnya persediaan perusahaan untuk komoditi pupuk subsidi dan persediaan untuk penjualan pada awal tahun mendatang, selain itu diikuti oleh peningkatan pada uang muka pembelian untuk komoditi borax dan semen. Penurunan yang paling besar terjadi pada tahun 2009, dimana terjadi penurunan sebesar 110,25 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan karena terjadi penurunan total aset lancar yang disebabkan persediaan dan uang muka pembelian yang menurun sangat besar, dimana untuk persediaan mengalami penurunan yang dikarenakan PT ITC cabang Medan kehilangan komoditi pupuk subsidi yang pada tahun sebelumnya memiliki proporsi yang besar dalam persediaan perusahaan. Tahun J u m la h k e w a ji b a n 2012 2011 2010 2009 2008 2007 200 150 100 50 -50 -100 Accuracy Measures MAPE 219,86 MAD 49,28 MSD 3595,67 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for jumlah kewajiban Linear Trend Model Yt = 194,095 - 45,786 t Gambar 6. Grafik Trend Jumlah Kewajiban 2007-2010 Hasil analisis trend untuk jumlah kewajiban dalam neraca menunjukkan bahwa perkembangannya berfluktuasi dengan kecenderungan menurun seperti yang terlihat pada Gambar 6. Pada tahun 2008 terjadi kenaikan yang sangat besar, yaitu sebesar 100,11 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah kewajiban ini disebabkan oleh banyaknya uang muka yang diterima untuk transaksi yang akan datang, misalnya Best Agro Group yang memberikan uang muka sebesar Rp. 6.500.000.000 untuk transaksi pembelian borax di tahun 2009, dan adanya harga pokok pembelian taksiran dalam jumlah besar serta adanya pajak-pajak PPN penjualan yang belum dibayar oleh pembeli atau disetor ke kantor pusat, sehingga menjadi hutang pajak bagi cabang Medan. Penurunan jumlah kewajiban yang paling besar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 193,62 persen dari tahun sebelumnya, yang dikarenakan perusahaan tidak mendapatkan uang muka untuk transaksi suatu komoditi untuk transaksi mendatang, dan setiap pembelian yang dilakukan perusahaan langsung mendapatkan faktur pembelian, sehingga tidak adanya harga pokok pembelian tafsiran yang dilakukan perusahaan. Tahun E k u it a s 2012 2011 2010 2009 2008 2007 500 400 300 200 100 Accuracy Measures MAPE 28,96 MAD 57,38 MSD 3725,46 Variable Forecasts Actual Fits Trend Analysis Plot for ekuitas Linear Trend Model Yt = 93,985 + 72,702 t Gambar 7. Grafik Trend Jumlah Ekuitas 2007-2010 Hasil analisis trend terhadap jumlah ekuitas dalam neraca menunjukan bahwa perkembangannya cenderung meningkat seperti yang terlihat pada Gambar 7. Ekuitas mengalami peningkatan terbesar pada tahun 2008, yaitu sebesar 224,70 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya peningkatan proporsi hubungan rekening koran kantor pusat atau transaksi antar kantor pusat dengan kantor cabang Medan sebagai modal sebesar 192,08 persen dari tahun sebelumnya dan diikuti oleh kenaikan dengan proporsi yang sangat besar dari saldo laba tahun berjalan sebesar 397,60 persen dari tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis trend dapat dilihat selama periode 2007-2010 terlihat bahwa total aktiva dan ekuitas cenderung meningkat, sedangkan untuk jumlah kewajiban mengalami pertumbuhan yang cenderung menurun. Hal ini mengindikasikan perusahaan selalu melakukan perbaikan dalam posisi keuangannya. Setelah dilakukan analisis trend terhadap pos neraca maka dilakukan peramalan pos-pos neraca untuk tahun-tahun berikutnya. Nilai peramalan yang diperoleh dengan menggunakan software Minitab14. Tabel 4. Perkembangan dan Peramalan Neraca Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Aset lancar 100 323,79 109,44 122,35 127,07 112,34 Jumlah Aset tidak lancar 100 98,81 87,26 84,91 78,54 72,86 Jumlah Aset 100 249,48 139,23 147,81 167,43 170,74 Jumlah Kewajiban 100 200,11 6,49 11,92 -34,83 -80.62 Jumlah Ekuitas 100 324,70 341,53 336,73 457,49 530,20 Prediksi Sumber : Laporan Keuangan PT Indonesia Trading Company cabang Medan periode 2007-2010 Hasil pada peramalan neraca menunjukkan bahwa proyeksi pada sisi aktiva cenderung mengalami peningkatan untuk dua periode mendatang seperti yang terlihat pada Tabel 4. Hal ini memberikan gambaran bahwa perusahaan memiliki kecenderungan untuk memperluas skala usaha dan ruang lingkupnya. Penurunan diperkirakan terjadi pada jumlah kewajiban, yang disebabkan karena menurunnya nilai hutang dagang, uang muka yang diterima, harga pokok taksiran dan hutang lancar lainnya. ,hal ini juga disebabkan oleh meningkatnya jumlah ekuitas perusahaan. Dalam peramalan jumlah kewajiban dengan menggunakan software Minitab14 diperoleh hasil minus, sehingga hasil dapat dikatakan kurang tepat, karena tidak mungkin kewajiban suatu perusahaan bernilai minus, walaupun perkembangan kewajiban yang cenderung menurun kemungkinan besar terjadi. Hasil ini dikarenakan data perkembangan jumlah kewajiban PT ITC cabang Medan yang sangat berfluktuasi dan data yang diambil hanya dalam kurun yang sangat singkat, yaitu hanya pada empat tahun terakhir, sehingga hasil peramalan untuk dua tahun kedepannya memiliki ketepatan yang kurang. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah ekuitas mengalami peningkatan, hal ini mungkin terjadi karena adanya kenaikan pada modal dari hubungan rekening koran kantor pusat dan saldo laba-rugi tahun berjalan yang meningkat.

4.2.2 Perkembangan Laba Rugi