Kinerja Keuangan Penelitian Terdahulu

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja Keuangan

Menurut Sawir 2000, kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan penghasilan atau untuk meraih keuntungan laba dan kemampuan dalam mengelola perusahaan secara efisien. Kinerja keuangan merupakan suatu prestasi yang diperlihatkan oleh perusahaan dari hasil usahanya melalui analisa laporan keuangan perusahaan. Pengertian pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilaksanakan oleh seseorang untuk mengevaluasi secara kuantitatif hasil dari aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai pengukuran atas kontribusi yang dapat diberikan oleh pihak manajemen perusahaan terhadap pencapaian tujuan perusahaan, serta sebagai pengukuran atas suatu prestasi yang dicapai oleh suatu satuan organisasi dalam periode tertentu.

2.2. Laporan Keuangan

Menurut Myer dalam Munawir 2002, mengatakan bahwa laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba-rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dapat dibagikan laba yang ditahan. Laporan keuangan menurut Harahap 2004 berisi hal-hal sebagai berikut: 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada tanggal tertentu. 2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, labarugi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya. 3. Laporan dan sumber penggunaan dana. Di sini dimuat sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. Dana bisa diartikan kas bisa juga modal kerja. 4. Laporan arus kas adalah laporan yang merupakan ikhtisar Arus Kas masuk dan Arus Kas keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi dan kegiatan pembiayaan. Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan progress report secara periodic yang dilakukan pihak management yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report, dan menurut Munawir 2002, laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara : 1. Fakta-fakta yang telah dicatat recorded fact, berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di Bank, jumlah piutan, persediaan barang dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. 2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi accounting convention and postulate, berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tetentu yang merupakan prinsip- prinsip akuntansi yang lazim, hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman. 3. Pendapat pribadi personal judgement, dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan dan sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tergantung daripada akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan. Judgement atau pendapat ini tergantung kepada kemampuan atau integritas pembuatan yang dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan serta dalil-dalil dasar akuntansi yang telah disetujui akan digunakan dalam beberapa hal. Misalnya, cara-cara atau metode untuk menaksir piutang yang tidak akan dapat ditagih, dan penentuan beban penyusutan serta penentuan umur dari suatu aktiva tetap akan sangat tergantung pada pendapat pribadi manajemennya dan berdasarkan pengalaman masa lalu.

2.2.1 Laporan Neraca

Menurut Brigham dan Houstoun 2001, neraca adalah laporan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu. Sedangkan menurut Munawir 2002, neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan Neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balace Sheet. Menurut Munawir 2002, pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar, yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah : 1. Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi sudah ditentukan penggunaannya misalnya uang kas yang disisihkan untuk tujuan pelunasan hutang obligasi, untuk pembelian aktiva tetap atau untuk tujuan-tujuan lainnya tidak dapat dimasukkan dalam pos kas. Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali dengan menggunakan cek atau bilyet setiap saat diperlukan perusahaan. 2. Investasi jangka pendek surat-surat berharga atau marketable securities, adalah investasi yang sifatnya sementara atau jangka pendek dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. Syarat utama agar dapat dimasukkan dalam investasi jangka pendek adalah bahwa investasi itu harus bersifat marketable, artinya setiap saat perusahaan membutuhkan uang, investasi itu dapat segera dijual dengan harga yang pasti. Contohnya adalah deposito di bank, surat-surat berharga yang berwujud saham, obligasi, sertifikat bank dan investasi lain yang mudah diperjualbelikan. 3. Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam Undang-Undang. 4. Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain kepada kreditor atau langganan sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan barang dagangan secara kredit, piutang karena adanya penjualan saham secara angsuran, atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya. 5. Persediaan, untuk perusahaan perdagangan yang dimaksud dengan persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang atau belum laku dijual. Untuk perusahaan manufacturing yang memproduksi barang, maka persediaan yang dimiliki meliputi persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. 6. Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa atau prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan. 7. Persekot atau biaya yang dibayar di muka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya, karena jasa atau prestasi dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan periode berikutnya. Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relative permanen atau jangka panjang atau mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan. Aktiva tidak lancar ini terdiri dari : 1. Investasi jangka panjang, investasi atau penyertaan ini biasanya merupakan bentuk penanaman dana perusahaan kepada perusahaan lain dalam jangka panjang. Penyertaan ini bisa dengan maksud untuk menguasainya. Penyertaan dapat dilakukan dalam bentuk saham, obligasi atau surat berharga lain. Meskipun penyertaan ini biasanya dalam bentuk kepemilikan saham atau obligasi, tetapi berbeda dengan surat berharga efek pada kelompok aktiva lancar, dalam surat berharga efek, saham atau obligasi hanya dipegang untuk jangka pendek satu tahun kurang, sedangkan investasi atau penyertaan untuk jangka panjang. 2. Aktiva tetap, adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya Nampak atau konkrit. Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap selain itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen aktiva tersebut mempunyai umur kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan. Kelompok aktiva tetap meliputi tanah, bangunan, kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya. 3. Aktiva tetap tidak berwujud, adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang memiliki nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang termasuk aktiva tetap tidak berwujud ini, meliputi hak cipta, merk dagang, lisensi dan sebagainya. 4. Beban yang ditangguhkan, adalah menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang lebih dari satu tahun, atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya. Yang termasuk kelompok ini, antara lain adalah biaya pemasaran, biaya pembukaan, biaya penelitian dan sebagainya. 5. Aktiva lain-lain, adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang, dan sebagainya. Hutang adalah semua kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban dapat dibedakan ke dalam hutang lancar hutang jangka pendek dan hutang tidak lancar hutang jangka panjang. Hutang lancar atau hutang hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek satu tahun sejak tanggal neraca dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya jatuh tempo lebih dari satu tahun. Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukan dalam pos modal modal saham, surplus dan laba ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya Munawir, 2002.

2.2.2 Laporan Laba Rugi

Menurut Munawir 2002, laporan laba rugi adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi pada dasarnya merupakan ringkasan dari empat jenis kegiatan Keown, et al., 2001, yaitu: 1. Menjual produk atau jasa. 2. Beban produksi atau usaha untuk mendapatkan barang atau jasa yang dijual. 3. Beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa kepada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administrasi operasional. 4. Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, contohnya bunga yang dibayarkan kepada kreditur dan pembayaran deviden kepada pemegang saham. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba rugi bagi setiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut Munawir, 2002 : 1. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan penjualan barang dan jasa diikuti dengan harga pokok dari barang dan jasa yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor. 2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum administrasi. 3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok. 4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil, sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.

2.2.3 Laporan Arus Kas

Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar mengenai penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun Niswonger, et al., 1999. Laporan arus kas terdiri dari tiga kelompok utama : 1 arus kas oeprasional, 2 investasi yang dilakukan perusahaan, serta 3 transaksi pendanaan, seperti pengeluaran saham, peminjaman serta pembayaran kembali kewajiban Keown, et al., 2001.

2.3. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir 2002, laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Menurut Bernstein dalam Harahap 2004, tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Screening Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan. 2. Understanding Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya. 3. Forcasting Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. 4. Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah- masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan. 5. Evaluation Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut Munawir 2002, dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi-potensi kemajuan perusahaan, faktor utama yang harus diperhatikan adalah: 1. Likuiditas, adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. 2. Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel jika perusahaan tersebut mempunyai kekayaan atau aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvable. 3. Profitabilitas, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. 4. Stabilitas usaha, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang- hutang tersebut tepat pada waktunya, serta kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. Menurut Munawir 2002, analisis laporan keuangan terdiri dari penelahaan antara hubungan dan tendensi atau kecenderungan untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Metode dan teknik analisis alat-alat analisis digunakan untuk menentukan dan mengukur pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan masing-masing pos tersebut bila dibandingkan dengan laporan keuangan perusahaan lain. Tujuan dari setiap metode dan teknis analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga data lebih dimengerti. Munawir 2002 mengemukakan, bahwa ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horizontal dan analisis vertikal. Analisis horizontal atau yang biasa disebut dengan analisis trend adalah analisis dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode sehingga diketahui perkembangannya. Sedangkan analisis vertikal adalah metode analisis untuk laporan keuangan dalam satu periode saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan yang sama.

2.3.1 Analisis Trend

Menurut Munawir 2002, analisis trend adalah analisis yang membandingkan laporan keuangan perusahaan seperti neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa tahun terakhir. Analisis trend mempelajari pergerakan pos-pos tertentu dari suatu laporan keuangan perusahaan selama beberapa tahun atau periode akutansi berturut-turut, dari analisis ini akan tampak pos-pos yang mempunyai kecendrungan arah yang meningkat, menurun, atau tetap. Analisis ini menggunakan angka indeks berupa persentase sehingga analisis ini sering juga disebut analisis indeks. Menghitung trend yang dinyatakan dalam persentase dibutuhkan satu tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar. Tahun dasar ini diperlukan sebagai dasar perhitungan yang akan dibuat dalam bentuk persentase. Biasanya data laporan keuangan dari tahun yang paling awal dari deretan laporan keuangan yang akan dianalisis tersebut dianggap sebagai tahun dasar. Setiap pos dalam laporan keuangan baik neraca maupun laporan laba rugi dalam tahun dasar akan diberi nilai 100. Selanjutnya setiap pos dalam periode yang diperbandingkan akan dibagi dengan pos yang sama dalam laporan keuangan di tahun dasar dan dikalikan 100 persen untuk melihat nilai persentase kenaikan ataupun penurunan dari setiap pos tersebut. Analisis ini merupakan perlengkap dari analisis rasio karena hasil dari analisis ini akan membantu di dalam menginterprestasikan hasil analisis rasio Munawir, 2002.

2.3.2 Analisis Rasio

Menurut Munawir 2002, rasio menggambarkan suatu hubungan antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dengan menggunakan alat analisis berupa rasio, akan memberikan gambaran tentang baik buruknya keadaan suatu perusahaan. Dengan menggunakan analisis ini dimungkinkan untuk menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi dan derajat keuntungan suatu perusahaan. Rasio keuangan dapat membantu dalam mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan perusahaan Keown, et al., 2001. Rasio keuangan memberikan dua cara untuk membuat perbandingan dari data keuangan perusahaan menjadi lebih berarti yakni pertama, dapat meneliti rasio antar waktu untuk mengetahui arah pergerakannya; kedua, dapat memperbandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain. Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas Munawir, 2002. Alat analisis rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar. 1. Rasio Likuiditas Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo Munawir, 2002. Jadi analisis likuiditas menunjukan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya yang akan jatuh tempo. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk menganalisis dan mengintrepertasikan posisi keuangan jangka pendek, serta membantu manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Analisis likuiditas pada umumnya diukur denga menggunakan rasio sebagai berikut: a. Rasio Lancar b. Rasio Cepat c. Rasio Kas 2. Rasio Solvabilitas Menurut munawir 2002, rasio ini merupakan rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat dinilai beberapa hal, diantaranya posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak lain, kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap dan mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal. Rasio ini terdiri dari: a. Rasio Hutang terhadap Total Aktiva b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas c. Rasio laba terhadap beban bunga d. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva e. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap 3. Rasio Aktivitas Menurut Munawir 2002, rasio aktivitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki. Rasio ini terdiri dari: a. Rasio perputaran total aktiva b. Rasio perputaran aktiva tetap c. Rasio perputaran piutang d. Perputaran persediaan e. Collecting period 4. Rasio Profitabilitas Analisis profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba profit dalam periode tertentu. Profitabilitas perusahaan diukur dari kemampuannya dalam menggunakan aktiva secara produktif. Dengan demikian profitabilitas perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal yang dimiliki perusahaan dalam periode yang sama Munawir, 2002. Rasio-rasio yang umumnya digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah: a. Rasio Margin Laba Kotor b. Rasio marjin laba bersih c. Tingkat pengembalian aktiva ROA d. Tingkat pengembalian modal ROE e. Rasio operasi

2.3.3 Analisis Du Pont

Analisis ini merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio keuangan dimana analisis ini dirancang untuk mengevaluasi profitabilitas dan mencari tingkat pengembalian ekuitas. Analisis ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa. Semakin tinggi nilai ROE suatu perusahaan maka semakin baik perusahaan dalam pengelolaan manajemen keuangannya Keown, et al. 2001. Manfaat lain dari analisis Du Pont adalah: 1. Menganalisis cara meningkatkan prestasi perusahaan. 2. Melihat efektivitas pengelolaan sumber daya guna memaksimalkan tingkat pengembalian para pemilik saham. Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit marjin dan menunjukan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika rasio perputaran aktiva dikalikan dengan marjin laba penjualan hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva ROA atau sering disebut juga tingkat pengembalian investasi ROI Sawir, 2005.

2.4. Penelitian Terdahulu

Tahun 2003, Irwan melakukan penelitian dengan judul Kinerja Keuangan PT FAST FOOD INDONESIA Tbk. Periode 1997-2001. Tujuan dari penelitiannya ialah melihat perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir, yaitu tahun 1997-2001, menganalisis kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio, yang tercermin dari tingkat rentabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan aktivitas; menganalisa faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan; serta mengidentifikasi strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain menggunakan analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio yang terdiri dari rentabilitas, solvabilitas, likuiditas dan aktivitas, serta analisis Du Pont. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal perusahaan yaitu biaya pokok, biaya operasional dan perputaran persediaan yang kurang efisien. Sedangkan faktor eksternal yang bersifat sementara dan tidak bisa dikontrol perusahaan. Penelitian Nurhasanah tahun 2005 yang berjudul Analisis Laporan Keuangan dan upaya Perbaikan Kinerja Keuangan Perusahaan PT persero Biro Klasifikasi Indonesia. Tujuan dari penelitiannya adalah mengetahui perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan, menganalisis kinerja keuangann perusahaan, serta mengidentifikasi strategi bagi kelangsungan operasional selanjutnya. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio serta analisis Du Pont. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa kondisi perusahaan selama lima tahun terakhir menunjukkan kondisi yang cukup baik. Senny Oktaviani pada tahun 2004 melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat Statistika Jakarta. Tujuan yang mendasari penelitiannya adalah menganalisis kinerja Koperasi- BPS dengan menggunakan acuan yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2003, mengetahui masalah yang mempengaruhi kinerja Koperasi-BPS, serta memberikan saran untuk memperbaiki kinerja Koperasi-BPS di masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitiannya antara lain menggunakan alat analisis berupa analisis trend, persentase per komponen, dan analisis rasio. Selain itu digunakan juga metode analisis standar penilaian kinerja Koperasi untuk mengetahui kinerja koperasi secara keseluruhan. Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitiannya adalah berdasarkan analisis standar penilaian kinerja Koperasi maka Koperasi-BPS pada tahun-tahun analisis sudah termasuk dalam kategori Koperasi yang berkinerja baik, hanya saja kecendrungan nilainya menurun.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT ITC dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin dari laporan keuangannya dari tahun ke tahun. Kinerja keuangan itu sendiri dapat diartikan sebagai prestasi perusahaan dalam mengelola sumber daya keuangannya serta keberhasilan manajemen perusahaan didalam melaksanakan berbagai kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan yang terlihat dari laporan keuangannya. Gambaran kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dengan cara melakukan interprestasi atau analisis terhadap laporan keuangannya, sehingga laporan keuangan tersebut bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT ITC dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. Perkembangan kinerja keuangan PT ITC dianalisis menggunakan analisis keuangan biasa, diantaranya analisis Trend, analisis rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas, analisis Du Pont serta menggunakan analisis laporan keuangan yang berdasarkan pada surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100M-BUMN2002 mengenai penilaian kinerja perusahaan yang meliputi aspek keuangan. Hasil analisis laporan keuangan tersebut menggambarkan perkembangan kinerja keuangan PT ITC cabang Medan untuk periode empat tahun terakhir 2007-2010 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara singkat kerangka pemikiran konseptual dapat dilihat pada Gambar1 dan alur pikir rencana penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.