Rasio Likuiditas Analisis Rasio

penurunan. Oleh karena itu, perlu mendapatkan perhatian dari perusahaan dalam hal peningkatan penjualan untuk mendorong naik nilai laba bersih. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan mengupayakan untuk mencari komoditi baru yang memiliki nilai jual yang tinggi, sehingga dapat mendorong penjualan perusahaan.

4.3. Analisis Rasio

Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menentukan kesehatan atau kinerja suatu perusahaan baik pada saat sekarang maupun masa mendatang. Rasio-rasio yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.3.1 Rasio Likuiditas

Analisis likuiditas merupakan analisis rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajian financial jangka pendek yang berupa hutang–hutang jangka pendeknya, ataupun yang sudah akan jatuh tempo. Analisis mampu menunjukkan performa keuangan dalam jangka pendek, dimana nilainya dipengaruhi oleh aktiva lancar dan kewajiban lancar. Analisis tingkat rasio likuiditas PT ITC cabang Medan dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Trend perkembangan nilai rasio likuiditas 2007-2011 2007 2008 2009 2010 Rasio lancar 111.12 179.80 1874.89 1140.47 Rasio cepat 80.01 69.23 742.71 841.80 Rasio kas 15.90 0.58 46.12 5.86 0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00 2500.00 3000.00 P ers en ta se Rasio Likuiditas 1. Rasio Lancar Rasio lancar merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Nilai rasio lancar perusahaan mengalami perkembangan berfluktuasi seperti yang terlihat pada Gambar 12. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai rataan rasio ini adalah 826,57 persen yang berarti setiap Rp. 100,- hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 826,57,-. Dibandingkan dengan standar rasio lancar menurut Munawir 2002, yaitu 200 persen, perusahaan memiliki nilai rata-rata yang berada jauh diatas standar rasio lancar, namun nilai yang sangat besar dari nilai rata-rata rasio ini menunjukkan banyaknya dana yang menggangur, dan dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga untuk penilaian rasio lancar perusahaan dapat disimpulkan masih kurang baik. Peningkatan nilai rasio lancar yang terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 1.695 persen dari tahun sebelumnya. hal ini disebabkan oleh penurunan pada hutang lancar perusahaan. Menurunnya hutang lancar perusahaan disebabkan tidak terdapatnya uang muka yang diterima perusahaan untuk transaksi pada tahun berikutnya, dan harga pokok pembelian tafsiran yang disebabkan pembelian yang dilakukan perusahaan langsung mendapatkan faktur pembelian. Pada tahun 2010 terjadi penurunan nilai rasio lancar, yaitu sebesar 734,42 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan terjadinya kenaikan pada hutang dagang perusahaan untuk beberapa komoditi, seperti semen dan borax. 2. Rasio Cepat Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Dalam rasio ini, persediaan tidak diperhitungkan karena dianggap merupakan aktiva lancar yang paling tidak liquid, atau lambat untuk dicairkan menjadi uang kas. Dari hasil analisis, rata-rata dari rasio cepat PT ITC cabang Medan adalah 433,44 persen yang berarti bahwa Rp.100,- utang lancar dijamin dengan Rp 433,44,- aktiva lancar setelah dikurangi persediaan. Nilai rasio cepat mengalami perkembangan yang berfluktuasi, dengan kecenderungan meningkat seperti yang terlihat pada Gambar 12. Penurunan hanya terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 10,78 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh adanya peningkatan pada hutang jangka pendek, dan terjadi peningkatan yang sangat besar pada proporsi persediaan. Peningkatan pada hutang jangka pendek disebabkan oleh jumlah yang besar pada uang muka yang diterima perusahaan untuk transaksi borax dan semen di tahun mendatang. Kenaikan yang paling besar pada rasio cepat terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 673,48 persen dari tahun sebelumnya, yang disebabkan terjadinya penurunan pada hutang lancar, karena perusahaan tidak mendapatkan kerjasama dengan perusahaan lain untuk transaksi suatu komoditi di tahun mendatang dan diikuti menurunnya persediaan, sebagai akibat menurunnya persediaan pupuk subsidi yang memiliki proporsi yang besar ditahun yang lalu. 3. Rasio Kas Rasio kas merupakan aktiva perusahaan yang paling likuid, yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Hasil analisis berdasarkan rasio kas ini, didapatkan rataan rasio ini sebesar 17,11 persen yang berarti bahwa setiap Rp.100,- utang lancar dijamin dengan Rp.17,11,- uang kas dan setara kas. Hal ini berarti perusahaan belum mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan kas dan setara kas, karena berada dibawah standar minimal, yaitu sebesar 40 persen. Hal ini disebabkan oleh sistem keuangan yang diberlaku untuk setiap cabang PT ITC termasuk cabang Medan, adalah sistem sentralisasi. Dalam sistem ini, dimana setiap kebutuhan biaya cabang, dialokasikan oleh kantor pusat, dan setiap cabang harus melakukan over booking pemindah bukuan ke rekening bank penampungan kantor pusat. Saldo yang tertinggal di bank cabang adalah saldo minimal yang ditetapkan ditambah dengan klering cek yang belum bisa diover booking. Saldo pada kas adalah sisa alokasi kantor pusat yang belum dibiayakan atau tagihan uang tunai yang tidak dapat disetor pada akhir tahun. Perkembangan rasio ini menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi dengan kecenderungan yang menurun seperti yang terlihat pada Gambar 12. Pada tahun 2008 dan 2010 terjadi penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar 45,54 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan oleh terjadinya penurunan yang sangat besar pada hutang lancar, yaitu sebesar 193,63 persen dari tahun sebelumnya karena tidak terdapatnya uang muka yang diterima dan harga pokok pembelian tafsiran, diikuti oleh kenaikan pada kas dan setara kas sebesar 11,51 persen. Penurunan yang terbesar terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 40,26 persen dari tahun sebelumnya yang dikarenakan kenaikan hutang lancar, yaitu pada hutang dagang perusahaan serta diikuti penurunan saldo pada kas dan setara kas.

4.3.2 Rasio Solvabilitas