Rasio Solvabilitas Analisis Rasio

setiap kebutuhan biaya cabang, dialokasikan oleh kantor pusat, dan setiap cabang harus melakukan over booking pemindah bukuan ke rekening bank penampungan kantor pusat. Saldo yang tertinggal di bank cabang adalah saldo minimal yang ditetapkan ditambah dengan klering cek yang belum bisa diover booking. Saldo pada kas adalah sisa alokasi kantor pusat yang belum dibiayakan atau tagihan uang tunai yang tidak dapat disetor pada akhir tahun. Perkembangan rasio ini menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi dengan kecenderungan yang menurun seperti yang terlihat pada Gambar 12. Pada tahun 2008 dan 2010 terjadi penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar 45,54 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan oleh terjadinya penurunan yang sangat besar pada hutang lancar, yaitu sebesar 193,63 persen dari tahun sebelumnya karena tidak terdapatnya uang muka yang diterima dan harga pokok pembelian tafsiran, diikuti oleh kenaikan pada kas dan setara kas sebesar 11,51 persen. Penurunan yang terbesar terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 40,26 persen dari tahun sebelumnya yang dikarenakan kenaikan hutang lancar, yaitu pada hutang dagang perusahaan serta diikuti penurunan saldo pada kas dan setara kas.

4.3.2 Rasio Solvabilitas

Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek yang baik, belum tentu menjamin kondisi keuangan jangka panjang yang baik juga. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya, jika seandainya perusahaan terkena likuidasi. Analisis tingkat rasio solvabilitas PT ITC cabang Medan dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Trend perkembangan nilai rasio solvabilitas 2007-2010 1. Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai dari pinjaman. Berdasarkan hasil perhitungan selama empat tahun 2007-2010, nilai rataan rasio ini adalah 29,12 persen. Hal ini berarti perusahaan mampu menjamin hutang sebesar Rp. 29,12,- dengan aktiva sebesar Rp. 100,- artinya perusahaan telah mampu menjamin kewajibannya dengan aktiva yang dimiliki. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 45,62 persen dari tahun sebelumnya seperti yang terlihat pada Gambar 13. Penurunan ini disebabkan oleh adanya penurunan total hutang pada tahun tersebut yang sangat besar, mencapai 193,63 persen sebagai efek dari menurunnya hutang dagang perusahaan, uang muka yang diterima perusahaan untuk transaksi yang akan datang, serta harga pokok penjualan tafsiran yang menurun karena setiap pembelian yang dilakukan perusahaan langsung menerima faktur pembelian. 2007 2008 2009 2010 Rasio hutang terhadap total aktiva 60.38 48.43 2.81 4.87 Rasio hutang terhadap total ekuitas 152.39 93.92 2.89 5.40 Rasio laba terhadap beban bunga Rasio ekuitas terhadap total aktiva 39.62 51.57 97.19 90.26 Rasio ekuitas terhadap aktiva tetap 121.51 399.31 475.58 481.90 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 P ers en ta se Rasio Solvabilitas 2. Rasio Total Hutang terhadap Ekuitas Rasio ini dapat menunjukkan seberapa besar ekuitas yang dimiliki dapat menjamin hutang yang dimiliki perusahaan, dimana semakin kecil angka rasio ini menunjukkan kondisi yang semakin baik. Perkembangan rasio ini pada perusahaan memiliki kecenderungan menurun seperti yang terlihat pada Gambar 13. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah 63,65 persen, hal ini dapat dikatakan cukup baik, karena perusahaan mampu menjamin hutang Rp. 63,65,- dengan Rp. 100,- modal , yang berarti perusahaan telah mampu menjamin semua kewajibannya dengan modal sendiri. Standar maksimum untuk rasio ini adalah 100 persen, maka besar rasio ini dibawah dari batas maksimum dan tergolong cukup baik, karena semakin kecil rasio ini, menunjukkan kondisi yang semakin baik. Proporsi yang cukup besar terjadi pada tahun 2007 dan 2008, namun mengalami penurunan yang sangat besar pada tahun 2009, yaitu sebesar 91,03 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan ini dikarenakan jumlah ekuitas perusahaan yang mengalami kenaikan sebesar 16,83 persen dari tahun sebelumnya yang disebabkan meningkatnya modal dari kantor pusat, sedangkan hutang mengalami penurunan yang sangat besar yang dikarenakan perusahaan tidak mendapatkan perjanjian transaksi suatu komoditi di tahun mendatang dengan perusahaan lain, dan setiap pembelian yang dilakukan perusahaan langsung mendapatkan faktur pembelian, sehingga tidak adanya harga pokok pembelian tafsiran yang dilakukan perusahaan. Hal ini cukup baik mengingat kemampuan solvabilitas perusahaan merupakan ukuran tingkat keamanan para kreditur untuk memberikan pinjaman. 3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi jumlah aktiva yang dibiayai dari modal sendiri yaitu dengan membandingkan modal sendiri dengan total aktiva. Perkembangan nilai rasio ini berfluktuasi dengan kecenderungan yang meningkat seperti yang terlihat pada Gambar 13. Nilai rata-rata rasio ini adalah 69,66 persen yang berarti bahwa aktiva perusahaan yang didanai oleh modal sendiri sebesar 69,66 persen, proporsi yang besar ini disebabkan karena modal perusahaan dari alokasi dana kantor pusat memiliki proporsi yang sangat besar karena merupakan salah satu sumber terbesar dalam pembiayaan cabang Medan, selain saldo laba-rugi tahun lalu dan tahun berjalan. Semakin kecil rasio ini, semakin besar aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Kenaikan yang terbesar terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 45,62 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan pada ekuitas sebesar 16,83 persen sebagai dampak dari meningkatnya modal dari kantor pusat dan diikuti oleh penurunan pada total aktiva sebesar 110,25 persen dari tahun sebelumnya yang diakibatkan penurunan yang besar pada aktiva tetap maupun pada aktiva lancar yaitu pada persediaan karena berkurangnya persediaan pupuk subsidi yang pada tahun sebelumnya memiliki proporsi sangat besar. Pada tahun 2010 terjadi penurunan, yaitu sebesar 6,93 persen dari tahun sebelumnya, dikarenakan terjadi penurunan pada ekuitas sebesar 4,8 persen sedangkan pada total aktiva terjadi peningkatan sebesar 8,58 persen karena meningkatnya total aset lancar, yaitu pada piutang usaha untuk komoditi borax, aspal dan semen. 4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap yang dibiayai dari modal perusahaan itu sendiri. Nilai rata-rata rasio ini adalah sebesar 369,57 persen. Angka yang sangat besar ini menunjukkan bahwa aktiva tetap perusahaan sepenuhnya dibiayai oleh modal sendiri yang berasal dari kantor pusat dan saldo laba- rugi perusahaan, karena setiap cabang PT ITC tidak melakukan pinjaman ke pihak luar, karena mendapatkan alokasi dana langsung dari kantor pusat. Terlihat bahwa nilai dari rasio ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seperti yang terlihat pada Gambar 13, karena pertumbuhan ekuitas yang cenderung meningkat yang disebabkan meningkatnya modal dari kantor pusat, sedangkan pertumbuhan aktiva tetap yang menurun dari tahun ke tahun, yang diakibatkan adanya akumulasi penyusutan pada aktiva tetap perusahaan. 5. Rasio Laba terhadap Beban Bunga Rasio ini menunjukkan berapa besar jaminan keuntungan yang diberikan perusahaan dari hasil usahanya untuk menutupi beban bunga. Setiap cabang PT ITC tidak melakukan peminjaman ke bank atau peminjaman ke badan penyedia pinjaman lainnya maupun investor, karena kebutuhan dana setiap cabang langsung disediakan atau diperoleh dari kantor pusat, baik untuk kebutuhan jual-beli barang, modal maupun untuk membayar hutang dagang yang dimiliki perusahaan. Oleh karena itu tidak terdapat pinjaman dan beban bunga, sehingga tidak dapat dilakukan perhitungan mengenai rasio laba terhadap beban bunga ini.

4.3.3 Rasio Aktivitas