Hubungan Karakteristik Responden dengan Sikap Tentang Tanda-tanda Bahaya Kehamilan
dimana p=0,012. Dari hasil penelitian ini berarti pendidikan yang dimiliki responden dalam katagorik rendah berhubungan dengan pembentukkan sikap
yang negatif terhadap deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan. Pada faktor pembentukkan sikap yang dikatakan oleh Azwar 2007 dijelaskan bahwa sikap
dapat dibentuk oleh beberapa faktor seperti pengalaman pribadi, pendidikan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa,
lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosional. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi antara pengetahuan
dengan pembentukan sikap responden. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik pekerjaan dari 61 responden
yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2015. Adapun hasil distribusi frekuensi yaitu mayoritas pekerjaan IRT sebanyak 35 responden
57,4 dan minoritas pekerjaan wiraswasta sebanyak 10 responden 16,4. Hasil analisis uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara
pekerjaan responden dengan sikap deteksi dini tanda bahaya kehamilan dimana p=0,275. Pekerjaan merupakan hal yang turut serta menentukan sikap seseorang.
Berdasarkan hasil penelitian diatas tidak sesuai dengan teori menurut Purwanto 2010, menyatakan bahwa pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap pola
pikir seseorang sehingga juga berdampak pada sikap seseorang. Hasil penelitian ini sama halnya dengan penelitian penelitian Astuti 2011 yang menyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dan sikap sesorang. Pekerjaan secara umum adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan Notoatmodjo, 2010.
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik suku bangsa dari 61 responden yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2015. Adapun
hasil distribusi frekuensi yaitu mayoritas suku batak sebanyak 23 responden 37,7 dan minoritas suku jawa sebanyak 10 responden 16,4. Hasil analisis
uji statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara Suku Bangsa dengan sikap tentang deteksi dini tanda bahaya kehamilan dimana p=0,026. Sesuai
dengan teori suku bangsa atau kebudayaan merupakan keseluruhan kelakuan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar
dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat sehingga suku bangsa mempunyai dampak dalam seseorang bersikap Notoadmodjo, 2010. Seperti
halnya ibu yang suku batak dimana suku batak ini mempunyai sikap yang sangat terbuka terhadap kesehatan. Menurut asumsi peneliti di lapangan mayoritas yang
mepunyai sikap positif adalah suku batak untuk melakukan tindakan mendeteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan.
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik paritas dari 61 responden yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2015. Adapun hasil
distribusi frekuensi yaitu mayoritas paritas multigravida sebanyak 27 responden 44,3 dan minoritas paritas skundigravida sebanyak 13 responden 21,3.
Hasil analisis uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara paritas dengan sikap tentang deteksi dini tanda bahaya kehamilan dimana
p=0,207. Pada penelitian ini paritas tidak ada hubungan terhadap sikap seseorang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan seseorang yang tidak pernah melahirkan secara otomatis tidak akan mendapatkan
pengalaman dalam mendeteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan. Setiap seseorang yang sudah beberapa kali melahirkan, tentu memiliki pengalaman yang
lebih banyak bila dibandingkan dengan seseorang yang baru sekali saja hamil sehingga mempunyai pengaruh dalam bersikap. Peneliti beramsumsi bahwa
banyaknya paritas yang diperoleh seseorang belum tentu akan menjadi tahu akan mengambil sikap, karena paritas yang banyak tidak menutup kemungkinan untuk
membentuk sikap yang rendah ini semua bisa karena dipengaruhi faktor pendidikan dan lingkungan.
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik usia kehamilan yang diperoleh dari 61 responden yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli
Tahun 2015. Adapun hasil distribusi frekuensi yaitu mayoritas usia kehamilan 27- 32 minggu sebanyak 23 responden 37,7 dan minoritas usia kehamilan 36
minggu sebanyak 17 responden 27,9. Hasil analisis uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan sikap tentang deteksi
dini tanda bahaya kehamilan dimana p=0,410. Menurut asumsi peneliti bahwa usia kehamilan tidak mempunyai dampak terhadap sikap seseorang. Hal ini
dipertegas dari hasil penelitian Sukesih 2012 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara usia kehamilan terhadap sikap seseorang.
5.3Hubungan Karakteristik Responden dengan Tindakan Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
Berdasarkan hasil uji statistik dapat diketahui distribusi frekuensi dan
hubungan karakteristik. Adapun karakteristik atau variabel dalam peneltian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, paritas, usia kehamilan,
pengetahuan dan sikap terhadap tindakan deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2015.
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik umur dari 61 responden yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2015. Adapun hasil
distribusi frekuensi yaitu mayoritas kelompok umur 35 tahun sebanyak 27 responden 44,3 dan minoritas kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 13
responden 21,3. Hasil analisis uji statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara umur responden dengan tindakan deteksi dini tanda bahaya
kehamilan. Adapun hasil uji statistik dapat dilihat pada hasil uji Chi-Square dengan p=0,017.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kelompok umur 35 tahun banyak melakukan tindakan deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan. Hal ini
dapat diktahui bahwa umur sangat berdampak terhadap seseorang dalam bertindak. Menurut teori Notoatmodjo 2010 menjelaskan bahwa seseorang
setelah mengetahui stimulus atau objek kemudian akan mengadakan penilaian terhadap apa yang telah diketahuinya selanjutnya diharapkan ia akan
melaksanakan atau mempraktekkan apa yang telah diketahuinya. Umur juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan.
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik pendidikan dari 61 responden yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2015. Adapun
hasil distribusi frekuensi yaitu mayoritas pendidikan SMP sebanyak 24 responden 39,3 dan minoritas pendidikan pendidikan SD sebanyak 14 responden
23,0.Hasil analisis uji statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara pendidikan responden dengan tindakan deteksi dini tanda bahaya kehamilan
dimana p=0,001. Pendidikan secara umum adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan maka akan
semakin baik pula tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencegah dan mengatasi masalah yang ditemukan Notoatmodjo, 2010.
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik pekerjaan dari 61 responden yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2015. Adapun
hasil distribusi frekuensi yaitu mayoritas pekerjaan IRT sebanyak 35 responden 57,4 dan minoritas pekerjaan wiraswasta sebanyak 10 responden 16,4.
Hasil analisis uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan responden dengan tindakan deteksi dini tanda bahaya kehamilan dimana
p=0,132. Pada penelitian ini diketahui bahwa pekerjaan seseorang tidak mempengaruhi seseorang untuk bertindak.
Hasil penelitian sama dengan penelitian Mulyasari 2009 dimana menyatakan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan tindakan deteksi dini
tanda-tanda bahaya kehamilan. Menurut Notoadmodjo 2010 yang menyatakan bahwa responden yang kesehariannya tidak disibukkan oleh pekerjaan
mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan melalui majalah, koran, tv, radio dan lain-lain namun hal ini tidak
memungkinkan juga responden dapat bertindak. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik suku bangsa dari 61 responden
yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2015. Adapun hasil distribusi frekuensi yaitu mayoritas suku batak sebanyak 23 responden
37,7 dan minoritas suku jawa sebanyak 10 responden 16,4. Hasil analisis uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara Suku Bangsa
dengan tindakan deteksi dini tanda bahaya kehamilan dimana p=0,194. Pada hasil penelitian dijelaskan bahwa suku bangsa tidak ada hubungan dengan tindakan.
Hal ini diperkuat dengan teori tentang perilaku Purwanto 2010 yang menyatakan bahwa suku bangsa tidak mempunyai pengaruh terhadap seseorang dalam
bertindak. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik paritas dari 61 responden yang
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2015. Adapun hasil distribusi frekuensi yaitu mayoritas paritas multigravida sebanyak 27 responden
44,3 dan minoritas paritas skundigravida sebanyak 13 responden 21,3. Hasil analisis uji statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara paritas
dengan tindakan deteksi dini tanda bahaya kehamilan dimana p=0,017. Pada
penelitian ini paritas ada hubungan terhadap tindakan seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian Tigor di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 dimana
diketahui semakin banyak jumlah kelahiran maka akan mempengaruhi seseorang untuk bertindak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rain dollar
Sitinjak pada tahun 2008 menyatakan bahwa ada hubungan antara paritas dengan tindakan deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan. Teori yang menyatakan
bahwa semakin banyak paritas ibu maka pengalaman, pengetahuan, sikap akan mempengaruhi tindakan seseorang Salmah, 2010.
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik usia kehamilan yang diperoleh dari 61 responden yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli
Tahun 2015. Adapun hasil distribusi frekuensi yaitu mayoritas usia kehamilan 27- 32 minggu sebanyak 23 responden 37,7 dan minoritas usia kehamilan 36
minggu sebanyak 17 responden 27,9. Hasil analisis uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara usia kehamilan dengan tindakan deteksi dini
tanda bahaya ke hamilan dimana p=0,641. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa usia kehamilan tidak mempunyai hubungan terhadap tindakan seseorang
dalam deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tigor di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara usia kehamilan dengan tindakan tanda-tanda bahaya kehamilan.