Teori Produksi Analysis of Cocoa Production and Marketing in Kabupaten Padang Pariaman West Sumater Province

besar dalam memberikan tambahan harga mark up biasanya dalam bentuk konstan yaitu persen yang disebut sebagai biaya margin tetap margin fixed cost dan untuk pengecer dalam menetapkan tambahan harga dalam bentuk absolut tetap secara margin uang absolute. Dari margin yang di peroleh oleh tiap lembaga pemasaran tersebut dapat kita ketahui efisien atau tidak saluran pemasarannya.

3.2.4. Bagian Harga yang Diterima Petani

Efisiensi pemasaran dapat juga dianalisis dengan menghitung bagian harga yang diterima petani atau farmer’s share. Kohls dan Uhl 2002, mengemukakan untuk mengukur efisiensi pemasaran digunakan harga jual petani sebagai dasar Pf dan dibandingkan dengan harga beli pedagang di tingkat konsumen akhir Pr dikalikan dengan 100 persen. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku di tingkat konsumen yang dinikmati oleh petani. Besar farmer’s share FS dipengaruhi oleh: 1 tingkat pemrosesan, 2 biaya transportasi, 3 keawetan produk, dan 4 jumlah produk. Rumusannya sederhana, dinyatakan dalam persentase , yang dirumuskan dalam persamaan FS = PfPr x 100. Apabila dari hasil pengujian diperoleh bagian harga yang diterima petani rendah, maka saluran pemasaran tidakbelum efisien. Tapi sebaliknya jika dari hasil pengujian diperoleh harga yang diterima petani mendekati harga di tingkat konsumen akhir berarti saluran pemasarannya efisien, yang dapat meningkatan pendapatan petani.

3.2.5. Keterpaduan Pasar

Pengertian keterpaduan pasar adalah seberapa jauh pemebentukan harga suatu komoditi pada suatu tingkat lembaga pemasaran dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga lainnya. Pengaruh ini dapat diduga melalui regresi sederhana, analisis korelasi harga di setiap tingkat baik secara vertikal maupun horizontal dan melalui elastisitas transmisi harga Et. Dalam suatu sistem pasar terpadu yang efisien akan terlihat adanya korelasi positif yang tinggi sepanjang waktu dari beberapa pasar Heytens, 1986. Pada umumnya pendekatan ini banyak dipakai untuk menguji apakah pasar setempat terpadu dan efisien. Dalam hal ini kelancaran informasi dan kelancaran pengangkutan komoditas memberi peranan yang penting dalam membentuk perdagangan antar pasar yang efisien. Sehingga perlu perhatian khusus untuk hal tersebut. Pengujian akan hubungan harga-harga ditambah dengan pengamatan tentang kegiatan perdagangan merupakan metode uji hipotesis yang berguna dalam menganalisis keterpaduan pasar. Harga-harga pada suatu sistem pasar yang efisien cenderung bergerak bersama-sama, tetapi hal ini dapat terjadi karena sebab-sebab yang lain. Pergerakan harga umum, musim bersama atau setiap faktor kebersamaan, dapat memberikan perubahan harga yang selaras walaupun pasar tersebut tidak berhubungan Heytens, 1986. Pendekatan lain yang digunakan adalah metode autoregresive distributed lag yang dapat mengatasi masalah kelemahan model regresi sederhana yang menganggap perubahan harga di tingkat konsumen dan produsen bergerak pada waktu yang sama. Model ini dikembangkan oleh Ravallion 1986 dan Heytens 1986. Model didasarkan pada hubungan bedakala lag bersebaran autoregresive antara harga disuatu tingkat atau pasar tertentu dengan harga di pasar atau tingkat lainnya. Analisis ini dapat menerangkan adanya hubungan antara perubahan harga di suatu pasar tertentu dengan harga di pasar lainnya. Lebih lanjut dapat diungkapkan proses pembentukan harga, misalnya Pi t adalah harga di pasar i waktu t, sedangkan PA t adalah harga di pasar acuan waktu t, maka model dapat dirumuskan sebagai berikut: Pi t – Pi t-1 = α i - 1 Pi t-1 - PA t-1 + i0 PA t - PA t-1 + α i + i0 + i1-1 PA t-1 + i X + e ...........................................1 dimana: Pi t = Harga di pasar i waktu t PA t = Harga di pasar acuan waktu t X = Vektor musiman atau variabel lain yang dianggap relevan e = Error term di pasar i waktu t Persamaan 1 menjelaskan bahwa perubahan harga di suatu tempat adalah fungsi dari selisih harga pasar setempat dengan pasar acuan pada waktu yang sebelumnya, perubahan harga pasar acuan pada waktu sebelumnya, harga di pasar acuan waktu sebelumnya dan ciri-ciri pasar setempat. Persamaan 1 bisa disederhanakan dengan mengubah lambang- lambang koefisien: αi – 1 = b 1 , i0 = b 2 dan α i + i0 + i1-1 = b 3 , sehingga persamaan dapat ditulis sebagai berikut: Pi t - Pi t-1 = b 1 Pi t-1 – PA t-1 + b 2 PA t – PA t-1 + b 3 PA t-1 + b 4 X + e ...............................................................2 Persamaan 2 dapat disusun kembali menjadi persamaan: Pi t = 1+b 1 Pi t-1 + b 2 PA t – PA t-1 + b 3 -b 1 PA t-1 + b 4 X + e ..................3 Apabila pasar acuan kita anggap berada pada keseimbangan jangka panjang maka PA t – PA t-1 = 0 dan juga b 4 = 0, sehingga didapatkan: Pi t = 1+b 1 Pi t-1 + b 3 -b 1 PA t-1 ................................................................4 Nilai parameter 1+b 1 dan b 3 -b 1 akan menggambarkan sumbangan relatif harga pasar setempat dan acuan terdahulu terhadap pembentukan harga tingkat sekarang. Apabila harga pasar acuan sebelumnya merupakan penentu dari harga, maka pasar-pasar ini terintegrasi dengan baik. Artinya keadaan penawaran dan permintaan pada pasar acuan akan dikomunikasikan secara efektif ke pasar- pasar setempat dan akan mempengaruhi harga-harga di sana walau bagaimanapun keadaan pasar lokal sebelumnya. Untuk menangkap besarnya pengaruh ini secara efektif, dikembangkan suatu indek hubungan pasar atau Index of Market Connection IMC atau disebut juga indek yang dibatasi sebagai nisbah koefisien pasar setempat terdahulu terhadap koefisien pasar acuan terdahulu. Dari persamaan 4 diperoleh: IMC = 1+b 1 b 3 -b 1 …………………………………………………..5 Secara umum, semakin dekat indek tersebut ke-0 atau koefisien bernilai lebih kecil dari 1 maka semakin tinggi derajat keterpaduan pasar.

3.3. Kerangka Konseptual

Untuk meningkatan pendapatan petani masalah utamanya adalah menyangkut produktivitas dan kegiatan pemasaran. Keadaan ini akan menentukan kuantitas dan kualitas kakao. Sehingga upaya untuk memberi perhatian terhadap aspek produksi dan pemasaran menjadi penting. Usaha ini diharapkan tercakup pada kebijakan pengembangan usahatani kakao di Kabupaten Padang Pariaman, dimana kebijakan ini akan meningkatkan pendapatan petani.