Gambaran Umum Kabupaten Padang Pariaman 1. Letak Geografis dan Keadaan Iklim

6.1.3. Jumlah Tanaman Menghasilkan

Jumlah tanaman menghasilkan yang dimiliki oleh petani kakao di Kabupaten Padang Pariaman tidak sama antara satu petani dengan petani lain. Tanaman kakao ini ditanam tumpang sari dengan tanaman kelapa, sehingga jumlah tanaman yang ada tergantung pada jarak tanam dari kedua jenis tanaman tersebut. Tabel 10 akan menyajikan sebaran tanaman kakao yang dimiliki petani responden. Tabel 10. Kepemilikan Tanaman Kakao yang Menghasilkan No. Jumlah Tanaman pohon Jumlah Petani Responden orang 1. 200 1 2. 200 - 500 18 3. 501 – 1000 30 4. 1001 – 1500 10 5. 1501 – 2000 9 6. 2000 2 Sumber : Data primer diolah

6.2. Struktur Produksi Kakao

Secara garis besar karakteristik usahatani yang dilakukan petani kakao di Kabupaten Padang Pariaman Tabel. 11 rata-rata mempunyai luas lahan 1,30 hektar, dengan jenis tanaman klon lokal. Populasi rata-rata tanaman per hektar adalah sebanyak 800 pohon, dengan sistem tumpang sari dengan tanaman kelapa. Kelapa merupakan tanaman pelindung, pada setiap 1 hektar di tanami kelapa sebanyak 100 pohon. Tanaman kakao kakao yang ditanam pada umumnya berumur 7 - 9 tahun. Pada budidaya tanaman tahunan umur tersebut memasuki umur prodktif. Menurut PPKKI 2006, umur kakao sangat produktif pada kisaran umur 10-15 tahun dan akan mengalami penurunan dengan perkiraan umur 20-25 tahun. Di daerah penelitian beberapa petani telah mengenal cara pengembangan tanaman kakaodengan teknik vegetatif seperti pencangkokan, okulasi, teknik sambung tanaman. Sehingga di masa datang teknologi tersebut dapat dipergunakan untuk melakukan peremajaan tanaman kakao yang sudah tidak produktif. Sehingga petani untuk meningkatkan produksinya tidak memiliki hambatan terhadap proses pemeliharaan tanaman kakao. Tabel 11. Karakteristik Usahatani Kakao di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2012 No. Deskripsi Kec. V Koto Kampung Dalam Kec. Sungai Garingging 1. Rata-rata kepemilikan lahan hektar 1.42 1.18 2. Jenis klon yang digunakan Campuran Campuran 3. Umur tanaman tahun 8.01 7.77 4. Populasi tanaman pohonha 793 846 5. Tanaman Pelindung Kelapa Kelapa 6. Frekuensi Pemangkasan kali 2 2 7. Frekuensi Pemupukan kalitahun 2 2 8. Penggunaan pupuk kandang kg 51.14 68.94 9. Penggunaan pupuk NPK kg 46.14 48.28 10. Penggunaan pestisida liter 0.5 0.71 11. Penggunaan tenaga kerja HOK 192.71 189.68 Sumber : Data primer diolah Dalam melakukan budidaya rata-rata petani melakukan pemupukan sebanyak 2 kali pertahun, demikian pula pemangkasan tanaman penaung juga dilakuka sebanyak 2 kali per tahun. Rata-rata penggunaan pupuk kandang sebanyak 64.54 kg, pupuk NPK sebanyak 47.21 kg, penggunaan peptisida 0.61 liter, sedangkan penggunaan input tenaga kerja sebanyak 191.2 HOK. Dengan demikian secara umum usahatani kakao di Kabupaten Padang Pariaman telah mengenal teknologi yang baik. Tabel 12. Rata-rata Produksi, Biaya dan Pendapatan Usahatani Kakao per Hektar per Tahun di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2012 No. Uraian Nilai 1. Produksi kg 778.28 2. Harga jual Rpkg 16 000 3. Pendapatan kotor Rp 12 452 480 4. Biaya Produksi Rp 5 926 650 5. Tenaga Kerja Rp 5 781 300 6. Pupuk Kandang Rp 51 140 7. Pupuk Kimia Rp 69 210 8. Pestisida Rp 25 000 9. Pendapatan bersih Rp 6 525 830 Sumber : Data primer diolah Produksi rata-rata kakao di daerah penelitian adalah 778.28 kg per hektar per tahun. Apabila harga pada saat penelitian adalah rata-rata sebesar Rp 16 000 per kg, maka dapat dilakukan perhitungan pendapatan kotor usahatani yaitu sebesar Rp. 12 452 480 per tahun. Hasil secara lengkap struktur usahatani disajikan pada Tabel 12. Apabila pendapatan kotor tersebut dikurangi dengan biaya-biaya produksi yang berupa penggunaan tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk kimia dan pestisida yang jumlahnya sebesar Rp. 5 926 650 per tahun, maka diperoleh pendapatan bersih dari usahatani kakao sebesar Rp 6 525 830 per tahun

6.3. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kakao

Model yang digunakan untuk pendugaan secara sederhana menggunakan fungsi Cobb Douglas. Model diterapkan pada tingkat usahatani kakao yang datanya diambil dari data kerat lintang cross section yang berasal dari petani kakao di Kabupaten Padang Pariaman tepatnya di Kecamatan V Koto Kampung Dalam dan Kecamatan Sungai garingging. Proses produksi dalam penelitian ini merupakan kegiatan budidaya kakao sebagai salah satu komoditas tanaman perkebunan tahunan dengan menggunakan faktor-faktor produksi input. Hubungan input dan produksi pertanian mengikuti kaidah hasil yang berkurang law of deminising return, dimana tiap tambahan unit masukan akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding unit tambahan masukan tersebut. Sebelum dilakukan pendugaan persamaan regresi dari fungsi produksi kakao, persamaan tersebut harus memenuhi spesifikasi. Spesifikasi model dalam ekonometrika menyangkut tiga hal yaitu: 1 pemilihan variabel-variabel independen yang tepat, 2 pemilihan bentuk fungsi yang tepat, dan 3 error term yang bersifat stokastik Koutsoyiannis, 1977. Berikut ini penjelasan tentang cara mengukur variabel atau input yang digunakan dalam analisis produksi usahatani kakao dan definisi terhadap masing-masing variabel. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi produksi kakao tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tenaga Kerja Secara umum semakin banyak tenaga kerja yang dilibatkan dalam proses produksi usahatani maka akan semakin besar jumlah yang diproduksi atau dihasilkan. Untuk memudahkan penghitungan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, digolongkan dalam satuan unit kerja hari orang kerja HOK, dimana satu HOK adalah setara dengan tujuh jam bekerja per hari. Nilai satu unit HOK dihitung dengan upah setara kerja pria. 2. Pupuk Kandang Penggunaan pupuk kandang diasumsikan akan meningkatkan produksi kakao. Pupuk kandang ini berasal dari kotoran hewan peliharaan petani seperti: sapi, kerbau, kambing dan ayam. Cara penghitungan pupuk kandang adalah dalam satuan fisik, bukan nilainya. 3. Pupuk kimia Penggunaan pupuk kimia diasumsikan akan meningkatkan produksi kakao. Jenis pupuk kimia yang umumnya digunakan petani dan diukur untuk penelitian ini adalah jenis NPK. Tetapi sebagian petani di lokasi penelitian hanya menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan, daun dan kulit kakao yang sudah diambil bijinya. Pupuk kimia hanya dipakai pada kondisi tertentu saja karena keterbatasan dana. Untuk pupuk kimia dalam penelitian ini yang di hitung adalah dalam satuan fisik, bukan nilainya. 4. Pestisida Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk menjaga serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya, sehingga asumsinya adalah petani yang menggunakan pestisida secara tepat maka akan meningkatkan produksi usahataninya. Penghitungan pemakaian yang digunakan responden dalam penelitian ini adalah dalam satuan fisik. 5. Luas Lahan Luas lahan pertanian yang digunakan untuk budidaya kakao merupakan penentu yang mempengaruhi produksi kakao. Secara umum semakin luas lahan yang digarapditanami, semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Ukuran lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hektar 1 ha = 10 000 m 2 . Lahan yang diperhitungkan adalah lahan yang sudah menghasilkan. 6. Jumlah Tanaman menghasilkan Jumlah tanaman menghasilkan sangat berpengaruh terhadap produksi, sehingga yang dijadikan responden adalah petani yang tanaman kakaonya telah menghasilkan. Dimana penghitungan yang digunakan adalah dalam satuan