Latar Belakang Analysis of Cocoa Production and Marketing in Kabupaten Padang Pariaman West Sumater Province

Penelitian ini menemukan bahwa luas areal dipengaruhi oleh harga riel kakao dan harga riel pupuk urea. Selanjutnya, produktivitas dipengaruhi oleh harga riel cengkeh, harga riel pupuk urea dan luas areal. Luas areal lebih respon dibandingkan dengan produktivitas terhadap perubahan harga riel kakao dalam jangka pendek dan jangka panjang. Penawaran produksi kakao dalam jangka pendek dan jangka panjang responsif terhadap perubahan harga riel kakao dan harga riel pupuk urea, tetapi penawaran tersebut tidak responsif terhadap perubahan upah riel tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan Slameto 2003, tentang efisiensi produksi usahatani kakao untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao di Provinsi Lampung. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yang mencakup tiga kabupaten sebagai daerah sampel. Analisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Produksi kakao rakyat sangat dipengaruhi oleh input tenaga kerja, pupuk kandang, pestisida, luas lahan, jumlah dan umur tanaman kakao, serta penggunaan klon unggul, seluruhnya memberikan pengaruh positif terhadap produksi. Penggunaan input produksi dapat meningkatkan produksi kakao rakyat dengan proporsi yang sama yang ditunjukkan oleh ekonomi skala usaha yang cenderung pada kondisi constant return to scale. Dalam tahun 2004, Gonarsyah menyelenggarakan studi kasus yang bertujuan menguji kendala-kendala kunci dan isu-isu pemerintahan tentang perluasan integrasi vertikal usahatani, perusahaan dan konsumen dalam industri kakao di Indonesia. Isu utama yang dibahas ialah bagaimana memperbaiki sistem di mana pemerintah dapat membantu menciptakan sistem tersebut bekerja atas kepentingan petani untuk keuntungan bagi semua stakeholder dalam sistem tersebut. Kesimpulan utama dari studi kasus tersebut ialah pertanyaan mendasar tentang bagaimana kebijakan yang terkait dengan jenis industri kakao. Apakah jenis industri kakao yang seharusnya dikembangkan dalam jangka panjang, apakah industri kakao biji, atau industri chocolate Gonarsyah, 2004: 1, 10. Berdasarkan hasil penelitian Leonard 2011 di Ghana dengan judul Analysis of Factors Affecting The Technical Efficiency of Cocoa Farmers in The Offinso District-Ashanti Region Ghana . Penelitian ini menggunakan fungsi Cobb-Douglas dan di dapatkan hasilnya bahwa 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah luas areal, modal dan tenaga kerja.2 Sedangkan untuk input laiinya seperti pupuk dan mesin-mesin pertanian dapat menurunkan efisiensi usahatani kakao.

2.2. Penelitian Analisis Pemasaran

Penelitian Noorsapto 1994, tentang keunggulan komparatif dan dampak kebijakan pemerintah pada komoditi kakao di perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis matrils kebijakan atau Policy Analysis Matrix PAM. Hasilnya menunjukan bahwa semua sistem komoditas kakao adalah menguntungkan baik secara finansial maupun ekonomi dimana ketiga bentuk pengusahaan mempunyai keunggulan komparatif dan secara finansial mempunyai keunggulan kompetitif. Model analisis yang di gunakan oleh Yudhistira 1997 dimana melakukan penelitian di Perkebunan Besar Negara Rajamandala, Jawa Barat dalam kajian keunggulan komparatif komoditis kakao. Hasil penelitian menunjukan secara finansial dan ekonomi pengusahaan komoditas kakao menguntungkan atau layak diteruskan. Dari analisis keuntungan privat diperoleh nialai Rp. 303 909 per kg kakao kering dan dengan analisis ekonomi diperoleh keuntungan Rp 498.54 per kg kakao kering. Ini berarti baik dalam pasar persaingan sempurna dan pasar terdistorsi atau ada campur tangan pemerintah maka pengusahaan kakao layak dilanjutkan. Dengan menggunakan kriteria Rasio Biaya Privat PCR dan Rasio Biaya Sumberdaya domestik DRC, pengusahaan komoditas kakao memiliki keunggulan komparatif dengan nilai PCR dan DRC lebih kecil dari satu yaitu 0.76 dan 0.58. Wally 2001 melakukan penelelitian mengenai analisis tataniaga kakao rakyat dan faktor-faktor yang mempengaruhi opsi kelembagaan tataniaga petani kakao di Kabupaten Jayapura. Penelitian ini membedakan dua jenis kelembagaan yaitu pola kemitraan dan pola tradisional. Penelitian tersebut bertujuan untuk mempelajari struktur pasar dan sistem tataniaga, mempelajari bentuk kelembagaan tataniaga serta faktor yang mempengaruhi opsi petani terhadap kelembagaan, serta bertujuan mengidentifikasi alternatif kebijakan pengembangan tataniaga kakao rakyat. Hasil penelitian yang dikemungkakan bahwa struktur pasar biji kakao di Jayapura bersifat oligoponistik yang mengarah ke pasar lebih bersaing. Marjin tataniaga kelembagaan kemitraan jauh lebih rendah dibanding kelembagaan tradisional. Harga biji kakao pada pola kenitraan dominan dipengaruhi oleh persentase perubahan harga di pasar lokal, sedangkan pola tradisional dipengaruhi pembentukan harga FOB Jayapura. Kelembagaan kemitraan menjadi opsi sebagian besar petani kakao Jayapura yang sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu petani berupa pengalaman dan pendidikan formal petani. Untuk biaya transaksi berpengaruh sangat nyata terhadap peluang kelembagaan. Dan pada tahun 2007 dilakukan penelitian oleh Marcella Vigneri dengan topik penelitian Ghana and the cocoa marketing dilemma: What has liberalisation without price competition achieved? Hasil penelitian ini adalah Usaha yang dilakukanpemerintah untuk meningkatkan pendapatan petani kakao di ghana adalah.: 1 Menambah jumlah pedagang kakao; 2 Membuat program pembelian kakao langsung sevara tunai; 3 Menjaga stabilitas harga sepanjang musim.

III. KERANGKA TEORITIS

3.1. Teori Produksi

Secara umum, produksi diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi- komoditi itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditi itu. Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa, karena istilah komoditi memang mengacu pada barang dan jasa. Keduanya sama-sama dihasilkan dengan mengerahkan modal dan tenaga kerja Debertin, 1986. Ada beberapa fungsi produksi yang bisa digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor produksi input dan produksi output, diantaranya adalah: fungsi produksi linier, kuadratik, polinominal akar pangkat dua, eksponensial, CES Constant Elasticity of Substitution dan translog. Memilih fungsi produksi apa yang akan digunakan dalam suatu penelitian diperlukan banyak pertimbangan, karena masing-masing fungsi produksi memiliki keunggulan dan keterbatasan. Selain disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, jenis data yang digunakan dan tujuan analisis. Soekartawi 2003, juga menganjurkan tindakan berikut dalam memilih model atau bentuk fungsi produksi yaitu: 1 identifikasi masalah secara jelas, variabel-variabel apa saja yang berfungsi sebagai penjelas dan apa variabel yang dijelaskannya, 2 tindakan pertama tersebut kemudian harus dilanjutkan dengan studi pustaka untuk melihat apakah identifikasi masalah sesuai dengan teori yang benar yang dikombinasikan dengan pengalaman sendiri serta belajar dari penelitian lain, dan 3 melakukan trial and error untuk menguatkan model yang dipakai. Fungsi produksi eksponensial Cobb-Douglas adalah fungsi yang sering dipakai sebagai model analisis produksi dalam penelitian usahatani, karena penggunaannya yang lebih sederhana dan mudah untuk melihat hubungan input- output. Menurut Debertin 1986, walaupun memiliki beberapa keterbatasan, penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas didasarkan atas pertimbangan: 1 secara metodologis lebih representatif dibandingkan dengan fungsi keuntungan misalnya, karena variabel bebas yang dimasukkan adalah kuantitas dari input, data cross section akan lebih tepat dianalisis dengan fungsi produksi dibandingkan dengan fungsi keuntungan, 2 dalam penerapan secara empiris lebih sederhana dan lebih mudah karena nilai parameter dugaan sekaligus juga menunjukkan elastisitas produksi dan ekonomi skala usaha, dan 3 dari fungsi tersebut dapat diturunkan fungsi permintaan input. Soekartawi 2003, menyebutkan ada tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti yaitu: 1 penyelesaiannya relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain karena dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linier, 2 hasil pendugaan garis fungsi ini menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas, dan 3 besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to scale Terlepas dari kelebihan tertentu yang dimiliki fungsi produksi Cobb- Douglas jika dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain, bukan berarti fungsi tersebut sempurna. Kesulitan umum yang dijumpai dalam penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas atau kelemahan dan keterbatasan fungsi ini adalah: 1 spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan elastisitas produksi yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil. Hal ini juga mendorong terjadinya multikolinearitas pada variabel independen yang dipakai, masalah ini sering terjadi dalam pendugaan menggunakan metode kuadrat terkecil, 2 kesalahan pengukuran variabel, hal ini terletak pada validitas data apakah terlalu ekstrim ke atas atau ke bawah, 3 bias terhadap variabel manajemen karena kadang-kadang sulit diukur dan dipakai sebagai variabel independen dalam pendugaan karena erat hubungannya dengan variabel independen yang lain, dan 4 multikolinearitas. Selain itu ada asumsi yang perlu diikuti dalam menggunakan fungsi Cobb-Douglas, seperti misalnya asumsi bahwa teknologi dianggap netral, yang artinya intercept boleh berbeda, tetapi slope garis penduga Cobb-Douglas dianggap sama dan asumsi bahwa sampel dianggap price takers Soekartawi, 2003. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi