misalnya, karena variabel bebas yang dimasukkan adalah kuantitas dari input, data cross section
akan lebih tepat dianalisis dengan fungsi produksi dibandingkan dengan fungsi keuntungan, 2 dalam penerapan secara empiris lebih sederhana
dan lebih mudah karena nilai parameter dugaan sekaligus juga menunjukkan elastisitas produksi dan ekonomi skala usaha, dan 3 dari fungsi tersebut dapat
diturunkan fungsi permintaan input. Soekartawi 2003, menyebutkan ada tiga alasan pokok mengapa fungsi
Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti yaitu: 1 penyelesaiannya relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain karena
dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linier, 2 hasil pendugaan garis fungsi ini menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran
elastisitas, dan 3 besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to scale
Terlepas dari kelebihan tertentu yang dimiliki fungsi produksi Cobb- Douglas jika dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain, bukan berarti fungsi
tersebut sempurna. Kesulitan umum yang dijumpai dalam penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas atau kelemahan dan keterbatasan fungsi ini adalah: 1
spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan elastisitas produksi yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil.
Hal ini juga mendorong terjadinya multikolinearitas pada variabel independen yang dipakai, masalah ini sering terjadi dalam pendugaan
menggunakan metode kuadrat terkecil, 2 kesalahan pengukuran variabel, hal ini terletak pada validitas data apakah terlalu ekstrim ke atas atau ke bawah, 3 bias
terhadap variabel manajemen karena kadang-kadang sulit diukur dan dipakai sebagai variabel independen dalam pendugaan karena erat hubungannya dengan
variabel independen yang lain, dan 4 multikolinearitas. Selain itu ada asumsi yang perlu diikuti dalam menggunakan fungsi Cobb-Douglas, seperti misalnya
asumsi bahwa teknologi dianggap netral, yang artinya intercept boleh berbeda, tetapi slope garis penduga Cobb-Douglas dianggap sama dan asumsi bahwa
sampel dianggap price takers Soekartawi, 2003. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat
dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi
tertentu. Fungsi produksi merupakan fungsi dari kuantitas input tidak tetap dan input tetap. Menurut Debertin 1986, fungsi produksi menerangkan hubungan
teknis yang mentransformasikan input atau sumberdaya menjadi output atau komoditas. Atau bisa juga dikatakan bahwa fungsi produksi adalah suatu fungsi
atau persamaan yang menunjukan hubungan teknis antara jumlah faktor produksi yang digunakan dengan jumlah hasil produksi yang dihasilkan per satuan waktu.
Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:
Q = X1, X2, X3, ...XnZn dimana:
Q = Output atau produksi
X
1
, X
2
, X
3
, ...Xn = Input tidak tetap ke-1, 2, 3, ..., n
Zn = Input tetap ke-n
Menurut Debertin 1986, fungsi produksi menerangkan hubungan teknis yang mentransformasikan input atau sumberdaya menjadi output atau komoditas.
Atau bisa juga dikatakan bahwa fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukan hubungan teknis antara jumlah faktor produksi yang digunakan
dengan jumlah hasil produksi yang dihasilkan per satuan waktu. Petani yang maju dalam melakukan usahatani akan selalu berfikir bagaimana mengalokasikan faktor
produksi secara efisien.
3.2. Teori Pemasaran Komoditas Pertanian
Upaya peningkatan produksi dan perbaikan pemasaran merupakan satu rangkaian yang saling berkaitan. Produksi yang tinggi tanpa didukung pemasaran
yang baik dan sebaliknya pemasaran yang baik yang tidak didukung oleh produksi yang baik tidak akan berarti dalam pengembangan suatu komoditas. Sehingga
dalam meneliti sektor pemasaran sektor produksi tidak bisa diabaikan. Pengkajian kedua sektor akan mendapatkan kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan
petani. Kinerja pemasaran memegang peranan sentral dalam pengembangan
komoditas pertanian. Perumusan strategi dan program pengembangan pemasaran yang mampu menciptakan kinerja pemasaran yang kondusif dan efisien, akan
memberikan kontribusi positif terhadap beberapa aspek yaitu: 1 mendorong
adopsi teknologi, peningkatan produktivitas dan efisiensi, serta daya saing komoditas pertanian, 2 meningkatkan kinerja dan efektivitas kebijakan
pengembangan produksi, khususnya kebijakan yang terkait dengan program stabilisasi harga keluaran, dan 3 perbaikan perumusan kebijakan perdagangan
domestik dan internasional ekspor dan impor secara efektif dan optimal Rusastra et al. 2003.
Pada analisis produksi dan pemasaran kakao dalam penelitian ini, pemasaran yang dimaksud pada intinya didefinisikan seperti yang dikemukakan
oleh Kohls dan Uhl 2002, yaitu sebagai semua kegiatan bisnis yang meliputi seluruh sistem aliran produk dan jasa-jasa yang terlibat dalam arus komoditas
kakao, mulai dari titik awal produksipetani produsen sampai kakao tersebut di tangan konsumen akhir. Sehingga apabila proses produksi telah berjalan dengan
baik dan di dukung oleh kegiatan pemasaran yang efisien maka akan tercapailah
usahatani kakao yang memberikan keuntungan kepada petani.
Pembentukan harga suatu komoditas pada setiap tingkat pasar tergantung pada struktur pasar tersebut, sehingga hubungan harga antara tingkat pasar
konsumen dengan tingkat pasar produsen tergantung kepada struktur pasar yang menghubungkannya. Dalam struktur pasar yang bersaing sempurna misalnya,
hubungan harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar konsumen atau hubungan antar tingkat pasar, akan erat sekali. Keadaan ini
merupakan salah satu cermin dari sistem pemasaran yang efisien. Dalam hal ini, tugas pemasaran dalam suatu sistem pertukaran adalah
mempengaruhi koordinasi antar apa yang diproduksi dengan apa yang dibutuhkan konsumen. Dan juga mekanisme harga berfungsi sebagai sistem komunikasi untuk
meneruskan informasi mengenai keinginan konsumen kepada produsen. Sinyal harga menjadi pesan dari konsumen kepada produsen. Bila suatu produk atau
mutu tertentu dari suatu produk sangat dibutuhkan oleh konsumen, maka harganya menjadi relatif lebih tinggi. Sinyal harga ini disampaikan melalui sistem
tersebut menuju ke produsen, sehingga dalam waktu tertentu produsen melakukan penyesuaian yang menurutnya tepat secara ekonomi, dengan mengalokasikan
faktor produksi untuk memproduksi produk dengan tingkat mutu seperti yang dikehendaki oleh konsumen.
3.2.1. Konsep Efisiensi Pemasaran
Ada dua tipe efisiensi dalam kaitan dengan pemasaran yaitu efisiensi teknis dan efisiensi harga. Efisiensi teknis menunjukan pada hubungan input-
output yang terlibat dalam tugas pemanfaatan produksi di seluruh sistem pemasaran. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses untuk membawa barang
ke tangan konsumen meliputi biaya perubahan bentuk, biaya penyimpanan dan biaya pengangkutan. Pada umumnya efisiensi pelaksanaan aktivitas dan fungsi ini
dianggap tergantung pada teknologi yang tersedia Purcell, 1979. Efisiensi harga merujuk pada kemampuan sistem untuk mempengaruhi
perubahan dan mendorong relokasi sumberdaya agar dapat mempertahankan kesesuaian antara apa yang diproduksi dan apa yang dibutuhkan konsumen.
Pemasaran menginginkan adanya efisiensi yaitu pengorbanan yang sekecil mungkin terhadap barang atau jasa yang diminta konsumen. Efisiensi pemasaran
menurut Kohls dan Uhl 2002, adalah nisbah antara total biaya dengan total nilai produk yang dipasarkan. Ada beberapa faktor yang dapat dipakai sebagai ukuran
efisiensi pemasaran yaitu keuntungan pemasaran, harga yang diterima petani, tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan kompetisi pasar.
Kohls dan Uhl 2002, menyatakan bahwa perubahan sistem pemasaran yang berakibat mengecilnya biaya kegiatan pemasaran tanpa mengurangi
kepuasan konsumen menunjukkan suatu perbaikan dari tingkat efisiensi pemasaran. Sedangkan perubahan yang mengurangi biaya pemasaran tetapi
diikuti dengan berkurangnya kepuasan konsumen menunjukkan penurunan tingkat efisiensi pemasaran. Efisiensi pemasaran akan tercapai jika struktur pasar dapat
menciptakan iklim yang mendorong terjadinya proses yang seimbang antara pelaku-pelaku yang terlibat dalam pemasaran. Efisiensi pasar secara teoritis dapat
dicapai jika pelaku-pelaku pasar tidak melakukan suatu upaya rekayasa untuk mempengaruhi harga pasar, atau bila pemasaran tersebut dapat memberikan
semua pihak petani produsen, pedagang perantara dan konsumen kepuasan balas jasa yang seimbang sesuai dengan sumbangannya masing-masing meskipun
sifatnya relatif adil yang proporsional. Kohls dan Uhl 2002, lebih lanjut mengungkapkan bahwa analisis sistem
pemasaran dapat juga dikaji melalui pendekatan struktur, perilaku dan keragaan