Analisis Pemasaran Kakao di Kabupaten Padang Pariaman
ekspor yaitu SNI 01-2323-1995 yang mencakup defenisi, klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan sample, cara uji, syarat penandaan, cara pengemasan dan
rekomendasi Dewan Standardisasi Nasional, 1995. Hanya saja bagian terpenting adalah berupa spesifikasi persyaratan mutu biji kakao, baik mencakup syarat
umum maupun syarat khusus Lampiran 1. Pada daerah penelitian praktek standarisasi tidak dipenuhi secara
keseluruhan seperti: fermentasi, kadar air dan sebagainya baik oleh petani, pedagang nagari, pedagang kecamatan. Hal ini disebabkan karena pedagang
kabupaten tidak menerapkan secara jelas standardisasi kakao yang akan di beli, bahkan biji kakao asal juga di beli. Misalnya biji kakao yang fermentasi harganya
sama saja dengan biji kakao non fermentasi. Grading pun tidak dilakukan oleh pedagang pengumpul dan petani.
Sehingga secara umum biji kakao yang di perjual belikan masih dalam bentuk asalan. Hal yang menjadi perhatian oleh pedagang hanyalah kadar air biji kakao
yang batas kadar air 4-5 persen pada tingkat eksportir, apabila penjual menginginkan harga yang tinggi untuk tingkat pedagang kabupaten sudah
menerapkan grading dan mengelompokan biji berdasarkan standaridsasi yang berlaku.
2 Praktek Kecurang dalam Penimbangan
Transaksi penjualan dan pembelian pada tingkat petani antar petani dengan pedagang pengumpul nagari, demikian juga untuk tingkat transaksi antar
pedagang diatasnya dilakukan secara langsung. Praktek curang penimbangan pada umumnya tidak ditemukan, karena proses penimbangan dilakukan oleh kedua
belah pihak. Kesimpulan tidak ada terjadi kecurangan penimbangan pada daerah penelitian.