Kekakuan Upah Persistensi Pengangguran dan

Sumber: Mankiw 2003 Gambar 6 Grafik Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja Untuk memahami kekakuan upah dan pengangguran struktural, maka penting untuk memahami mengapa pasar tenaga kerja tidak berada pada tingkat keseimbangan penawaran dan permintaan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Gambar 6, saat upah riil melebihi tingkat ekuilibrium dan penawaran pekerja melebihi permintaannya, maka perusahaan-perusahaan diharapkan akan menurunkan upah yang akan dibayar kepada para pekerja. Namun pada kenyataannya, hal ini tidak terjadi. Pengangguran struktural kemudian muncul sebagai implikasi karena perusahaan gagal menurunkan upah akibat kelebihan penawaran tenaga kerja Mankiw 2003. Kekakuan upah ini terjadi sebagai akibat dari undang-undang upah minimum atau kekuatan monopoli serikat pekerja. Berbagai faktor tersebut berpotensi menjadikan upah tertahan di atas tingkat upah keseimbangan. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan pengangguran. Undang-undang upah minimum menetapkan tingkat upah minimal yang harus dibayar perusahaan kepada para karyawannya. Kebijakan upah minimum ditengarai akan lebih banyak berdampak pada penganggur dengan usia muda Mankiw 2003. Alasannya yaitu pekerja Tenaga Kerja Permintaan Penawaran Pengangguran Upah Riil W 1 W L L 1 dengan usia lebih muda termasuk anggota angkatan kerja yang kurang terdidik dan kurang berpengalaman, maka mereka cenderung memilki produktivitas marginal yang rendah. Kekakuan upah nominal juga disebabkan oleh adanya indeksasi upah terhadap inflasi. Pada intinya indeksasi adalah upah yang telah disesuaikan dengan kebutuhan hidup, dengan kata lain, upah ini telah disesuaikan dengan inflasi. Ketika terjadi inflasi kenaikan biaya hidup pekerja akan menuntut kenaikan upah, sehingga kemungkinan besar perusahaan akan meningkatkan upah, karena ada biaya yang harus ditanggung perceived cost dari tindakan pekerja jika tuntutan kenaikan upah oleh pekerja tidak dikabulkan oleh perusahaan misalnya; mogok kerja, demonstrasi.

2.3.5. Pencarian Kerja

Pencarian kerja terkait dengan waktu yang dibutuhkan para pencari kerja. Pencarian kerja bisa menjadi lebih lama atau lebih cepat karena dipengaruhi oleh komposisi industri, mismatch, ketidaksempurnaan informasi, dan migrasi. Pencari kerja membutuhkan waktu untuk mencocokkan antara kualifikasi, keahlian yang dimiliki dengan lowongan kerja yang tersedia. Perbedaan keahlian dan upah dari setiap pekerjaan memungkinkan para penganggur tidak menerima pekerjaan yang pertama kali ditawarkan. Kondisi ini akan menyebabkan pengangguran semakin sulit untuk berkurang. Menurut Mankiw 2003, pengangguran yang disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk mencari pekerjaan disebut pengangguran friksional. Sumber utama pengangguran ini adalah angkatan kerja muda.

2.4. Pengukuran Persistensi Pengangguran Regional

Saat ini banyak metode ekonometrika yang ditawarkan untuk mengukur tingkat pengangguran disesuaikan dengan kondisi dan tujuan yang diinginkan, dimana setiap metode pengukuran memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan: 1. Augmented Dickey-Fuller ADF test. ADF-test umumnya dilakukan sebagai indikasi awal terjadinya persistensi pengangguran, seperti yang diacu oleh banyak publikasi ilmiah. Namun demikian studi-studi tersebut juga mencatat bahwa ADF-test memiliki kekurangan yaitu adanya kecenderungan untuk menerima Ho tidak stasioner terutama apabila data series mengalami structural break dan memiliki tren. 2. Vector Auto Regression VAR. Kelebihan metode ini terutama terletak pada analisis impulse response yang bermanfaat untuk mengetahui bagaimana dan seberapa lama pengaruh dari suatu shock terhadap tingkat pengangguran Murillo et al 2005. 3. Markov Switching Model. Model ini dilakukan oleh Bianchi dan Zoega 1998, dimana jika dalam suatu series terjadi structural breaks maka dapat diidentifikasi dan dampaknya pada data dapat dihilangkan. 4. Panel unit root metode Levin-Lin LL atau Im-Pesaran-Shin IPS. Metode ini merupakan pengembangan dari ADF-test namun telah mengakomodasi perbedaan unit cross-section untuk kategori series yang dianalisis. Salah satu metode panel unit root yang digunakan adalah pendekatan LL. Namun demikian, pengujian dengan metode LL mempunyai kelemahan karena adanya asumsi bahwa seluruh unit cross-section mempunyai kecepatan penyesuaian yang sama menuju kesetimbangan. Oleh karena itu, metode pengujian alternatif adalah metode IPS. Metode ini mempunyai kelebihan dari metode sebelumnya karena bisa menganalisis panel data yang mempunyai tingkat heterogenitas yang lebih tinggi. Salah satu aplikasi model ini adalah studi yang dilakukan Ledesma 2000. 5. Bayesian Autoregressive Fractionally Integrated Moving Average ARFIMA. Pendekatan ini merupakan pendekatan alternatif untuk menguji dan mengestimasi ketergantungan jangka panjang. Hal ini didasari bahwa fenomena pengangguran merupakan proses jangka panjang. Kelebihan metode ini adalah kemampuannya dalam memprediksi dampak jangka panjang suatu shock. Terkait dengan pengangguran regional, InterCAFE dengan Bank Indonesia telah melakukan penelitian “Empiris Persistensi Pengangguran di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya berdasarkan Analisis Data Mikro”. Di dalam studi tersebut terdapat pembahasan mengenai pengukuran persistensi pengangguran pada tingkat regional. Metode analisis yang digunakan adalah metodologi panel