Pengukuran Persistensi Pengangguran Regional

bahwa ADF-test memiliki kekurangan yaitu adanya kecenderungan untuk menerima Ho tidak stasioner terutama apabila data series mengalami structural break dan memiliki tren. 2. Vector Auto Regression VAR. Kelebihan metode ini terutama terletak pada analisis impulse response yang bermanfaat untuk mengetahui bagaimana dan seberapa lama pengaruh dari suatu shock terhadap tingkat pengangguran Murillo et al 2005. 3. Markov Switching Model. Model ini dilakukan oleh Bianchi dan Zoega 1998, dimana jika dalam suatu series terjadi structural breaks maka dapat diidentifikasi dan dampaknya pada data dapat dihilangkan. 4. Panel unit root metode Levin-Lin LL atau Im-Pesaran-Shin IPS. Metode ini merupakan pengembangan dari ADF-test namun telah mengakomodasi perbedaan unit cross-section untuk kategori series yang dianalisis. Salah satu metode panel unit root yang digunakan adalah pendekatan LL. Namun demikian, pengujian dengan metode LL mempunyai kelemahan karena adanya asumsi bahwa seluruh unit cross-section mempunyai kecepatan penyesuaian yang sama menuju kesetimbangan. Oleh karena itu, metode pengujian alternatif adalah metode IPS. Metode ini mempunyai kelebihan dari metode sebelumnya karena bisa menganalisis panel data yang mempunyai tingkat heterogenitas yang lebih tinggi. Salah satu aplikasi model ini adalah studi yang dilakukan Ledesma 2000. 5. Bayesian Autoregressive Fractionally Integrated Moving Average ARFIMA. Pendekatan ini merupakan pendekatan alternatif untuk menguji dan mengestimasi ketergantungan jangka panjang. Hal ini didasari bahwa fenomena pengangguran merupakan proses jangka panjang. Kelebihan metode ini adalah kemampuannya dalam memprediksi dampak jangka panjang suatu shock. Terkait dengan pengangguran regional, InterCAFE dengan Bank Indonesia telah melakukan penelitian “Empiris Persistensi Pengangguran di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya berdasarkan Analisis Data Mikro”. Di dalam studi tersebut terdapat pembahasan mengenai pengukuran persistensi pengangguran pada tingkat regional. Metode analisis yang digunakan adalah metodologi panel data, yaitu Pooled Least Square PLS, Fixed Effect FE dan Random Effect RE. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi persistensi dalam pengangguran regional di Indonesia. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh kerjasama InterCAFE dan Bank Indonesia yang bertujuan untuk mengidentifikasi persistensi pengangguran regional dengan menggunakan rentang data yang lebih panjang dan metode yang berbeda.

2.5. Hasil Penelitian Empirik Terdahulu

Analisis lain di Negara-negara Eropa mengenai masalah dan penyebab tingginya persistensi pengangguran dilakukan Elmeskov pada tahun 1993 yaitu ‘High and Persistent Unemployment: Assessment of the Problem and Its Causes’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tren kenaikan pengangguran disertai oleh kenaikan secara drastis pada pengangguran dalam tingkat regional. Kondisi ini diakibatkan kurangnya fleksibilitas pada upah di tingkat regional untuk melakukan penyesuaian. Selain itu, kenaikan pengangguran tersebut juga diakibatkan oleh rendahnya mobilitas geografis tenaga kerja. Elmeskov juga menyatakan bahwa penyesuaian yang lambat dalam pasar tenaga kerja disebabkan oleh beberapa faktor utama. Penyebab utama tersebut yakni besarnya kompensasi untuk pengangguran, tingkat upah minimum dan regulasi mengenai perlindungan pekerja. Berkaitan dengan struktur pengangguran, konsentrasi terhadap penduduk berusia muda merupakan suatu fenomena tersendiri di berbagai negara. Di samping itu, fenomena penting lainnya adalah penduduk dengan pendidikan dan keterampilan yang minim merupakan mayoritas dari penganggur. Secara bersamaan, karakteristik tersebut merefleksikan kegagalan sistem pendidikan untuk mengelola proses transisi yang tepat dari kehidupan sekolah untuk bekerja. Trend yang meningkat dalam pengangguran di berbagai negara OECD sejak tahun 1973 merupakan tantangan utama bagi pembuat kebijakan ekonomi. Mayoritas negara anggota mengalami peningkatan yang cukup substansial saat terjadi peningkatan harga minyak yang cukup tajam yaitu pada tahun 1973-1974 dan 19791980, yang berimplikasi pada penurunan pertumbuhan total factor productivity TFP. Pengujian eksistensi persistensi pengangguran selanjutnya mengarah pada kawasan Asia, yakni Cina. Penelitian ini dilakukan oleh Wu 2003 ‘The Persistence of Regional Unemployment: Evidence from China’. Studinya difokuskan pada perbedaan yang terjadi antara pengangguran total dan kaum muda total dan youth unemployment, tingkat nasional dan regional dalam fenomena persistensi pengangguran di Cina. Hasil empiris menunjukkan tiga esensi penting. Pertama, pengangguran total lebih persisten daripada pengangguran kaum muda. Ketiga, wilayah barat Cina memiliki tingkat pengangguran provinsi tertinggi tetapi persistensi pengangguran regionalnya terendah. Metode data panel digunakan untuk menganalisis sumber-sumber dari persistensi pengangguran. Hasil estimasi terhadap data panel menunjukkan bahwa persistensi pengangguran relatif regional di Cina disebabkan bukan hanya oleh high output share by state sector tetapi juga oleh high output share by collective sector. Semakin tinggi share output industri terhadap state sector dan collective sector maka pengangguran regional semakin persisten. Riset yang dilakukan Ledesma 2000 bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi persisten atau hysteresis pengangguran antara kawasan regional Eropa dan Amerika. Estimasi dengan menggunakan panel unit root digunakan untuk mencerminkan derajat persistensi. Hasil riset memastikan temuan terdahulu yang dilakukan oleh Blanchard dan Summers 1986 yang menemukan bahwa derajat persistensi di negara-negara Eropa lebih tinggi daripada di Amerika. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa fenomena persistensi lebih cenderung terjadi di Eropa daripada AS sekaligus mengindikasikan adanya hysteresis pengangguran di kawasan Eropa. Penelitian mengenai disparitas pengangguran antarregional juga dilakukan oleh Filiztekin 2007 di Turki. Hasil analisis mengindikasikan adanya persistensi pengangguran di tingkat provinsi. Analisis regresi dengan Ordinary Least Square dilakukan pada dua titik waktu yaitu pada tahun 1980 dan 2000. Sumber-sumber persistensi menunjukkan hasil yang berbeda pada kedua titik waktu tersebut. Pada tahun 1980 faktor yang berpengaruh positif terhadap persistensi pengangguran adalah pangsa jumlah pekerja di bidang pertanian, pangsa dari populasi berusia muda, dan pangsa angkatan kerja yang berpendidikan rendah dan tinggi.