Hasil Analisis Inhibisi Enzim α-Glukosidase Spirulina platensis

selanjutnya menggunakan metode ekstraksi penggunaan vortex Bennet dan Bogoard 1973 diacu dalam Silveira et al. 2007. Tabel 4 Nilai optical density OD Spirulina platensis dengan metode yang berbeda Metode λ = 615 nm λ = 652 nm Yield gram Oven 0,225 0,191 0,25 Vortex 1,013 0,463 0,04 Shaker 0,751 0,344 0,04 Pelarut yang digunakan adalah bufer fosfat. Menurut Arlyza 2005, biomassa sel dari Spirulina platensis akan jauh lebih mudah larut dalam pelarut polar, seperti pada air dan larutan penyangga bufer terutama bufer fosfat bila dibandingkan dengan pelarut kurang polar seperti aseton dan kloroform. Hasil ekstraksi fikosianin yang diperoleh dari sampel umur 12 dan 16 hari adalah 0,137 mgmL dan 0,140 mgmL. Berdasarkan hasil ekstraksi yang diperoleh, biomassa Spirulina platensis dengan umur panen 12 dan 16 hari memberikan nilai yang hampir sama. Namun, hasil biomassa Spirulina platensis dengan umur panen 16 hari lebih tinggi dari pada umur panen 12 hari. Hal ini diduga bahwa jumlah kepadatan Spirulina platensis dipengaruhi oleh jumlah suplai nitrogen yang dikonsumsinya dan berbanding lurus terhadap jumlah fikosianin yang terkandung di dalam biomassa sel. Arlyza 2005 menyatakan bahwa kekurangan atau penurunan nitrogen dapat menyebabkan tingkat selektif yang rendah pada kandungan fikosianin dalam fikobiliprotein. Faktor lain yang juga mempengaruhi kadar fikosianin biomassa adalah intensitas cahaya dan lama penyinaran. Hasil penelitian Chrismadha et al. 2006 menunjukkan bahwa kandungan nitrogen dan fosfor pada media memberikan pengaruh terhadap produktivitas fikosianin dengan kandungan fikosianin yang dicapai pada konsentrasi nitrogen 22,5 mM yaitu 1,2 berat kering dan konsentrasi fosfor 360 mM yaitu 1,1 berat kering.

4.3 Hasil Analisis Inhibisi Enzim α-Glukosidase Spirulina platensis

Uji inhibisi terhadap enzim α-glukosidase dilakukan untuk mengetahui kemampuan Spirulina platensis sebagai antihiperglikemik. Daya hambat terhadap aktivitas α-glukosidase dilihat secara pseudo-substrat dengan mengetahui kemampuan sampel untuk menghambat reaksi hidrolisis glukosa pada substrat p- nitrofenil- α-D-glukopiranosa pNG. Substrat akan terhidrolisis menjadi α-D-glukosa dan p-nitrofenol yang berwarna kuning. Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Reaksi hidrolisis pNG oleh enzim α-glukosidase Sutedja 2003 diacu dalam Sugiwati 2005. Warna kuning yang dihasilkan oleh p-nitrofenol menjadi indikator kemampuan inhibitor untuk menghambat reaksi yang terjadi. Semakin besar kemampuan inhibitor untuk menghambat maka produk yang dihasilkan semakin sedikit atau warna larutan setelah inkubasi lebih cerah dibandingkan dengan larutan tanpa inhibitor Basuki et al. 2002. Nilai inhibisi α-glukosidase biomassa kering umur 12 dan 16 hari dapat dilihat pada Tabel 5, sedangkan nilai inhibisi enzim α- glukosidase fikosianin umur 12 dan 16 hari dapat dilihat pada Tabel 6. Sistem reaksi enzim yang diujikan dengan terlebih dahulu menginkubasi substrat dan ekstrak dalam pelarut buffer fosfat pada suhu 37°C selama 5 menit. Hal ini dilakukan untuk menyamakan suhu substrat dengan suhu optimum enzim α- glukosidase, kemudian ketika enzim ditambahkan ke dalam sistem dan diinkubasi kembali maka reaksi enzimatis akan segera terjadi. Sampel biomassa kering Spirulina platensis umur panen 12 dan 16 hari dengan konsentrasi 2000 ppm menghambat kerja enzim α-glukosidase sebesar 16 dan 33. Kemampuan inhibisi dengan nilai tertinggi dari sampel yang diuji adalah biomassa kering Spirulina platensis dengan umur panen 16 hari. Umur kultur 16 hari merupakan fase pertumbuhan cepat. Menurut Panji et al. 2005, fase pertumbuhan cepat menyebabkan laju metabolismenya, termasuk produksi enzim intraseluler maupun komponen bioaktif juga berlangsung maksimal. Spirulina platensis umur 16 hari merupakan fase awal stasioner mempunyai komponen aktif yang menghambat aktivitas enzim α-glukosidase lebih banyak. Tabel 5 Nilai inhibisi enzim α-glukosidase biomassa kering umur 12 dan 16 hari Konsentrasi sampel ppm inhibisi 12 hari inhibisi 16 hari 62,5 -28,536 -31,792 125 -45,849 -36,579 250 -80,135 -61,272 500 -79,112 -79,397 1000 -97,710 -94,286 2000 16,004 32,976 Fikosianin Spirulina platensis tidak memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas enzim α-glukosidase Tabel 6. Nilai inhibisi yang dihasilkan menunjukkan angka negatif pada setiap konsentrasinya. Hal ini diduga bahwa komponen aktif inhibisi enzim α-glukosidase tidak terdapat pada biopigmen fikosianin Spirulina platensis. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian fitokimia sampel biopigmen fikosianin yang menunjukkan negatif pada uji flavonoid dan fenol hidrokuinon yang merupakan bagian k omponen aktif inhibisi enzim α-glukosidase. Tabel 6 Nilai inhibisi enzim α-glukosidase fikosianin umur 12 dan 16 hari Konsentrasi sampel ppm inhibisi 12 hari inhibisi 16 hari 62,5 -15,545 -22,448 125 -17,018 -21,477 250 -14,740 -26,268 500 -20,455 -22,462 1000 -17,783 -30,417 2000 -29,394 -25,051 Menurut Kim et al. 2006, efek hipoglikemik komponen bioaktif pada tanaman dapat mengembalikan fungsi sel pankreas sehingga dapat meningkatkan sekresi insulin, menghambat absorbsi glukosa di usus dan menghambat kerja enzim α-amilase dan α-glukosidase. Kebanyakan tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif seperti glikosida, alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan karotenoid mempunyai aktivitas antidiabetes. Pada penelitian ini sampel dilarutkan dalam DMSO untuk biomassa kering dan larutan buffer untuk fikosianin dengan tujuan agar sampel dapat terlarut secara sempurna. Pengujian inhibisi acarbose dilakukan sebagai kontrol positif untuk hasil yang diberikan. Hasil pengujian acarbose dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Nilai inhibisi enzim α-glukosidase Acarbose Konsentrasi sampel ppm inhibisi 0,015625 0,750 0,03125 24,815 0,0625 35,667 0,125 55,000 0,25 72,233 0,5 75,858 Acarbose merupakan oligosakarida yang diperoleh dari proses fermentasi mikroorganisme Actinoplanes utahensis. Acarbose merupakan obat komersial dan dipasarkan di Indonesia dengan nama glukobay®. Obat ini digunakan untuk menghambat kerja enzim yang memecah karbohidrat menjadi glukosa Lehninger 2004. Nilai inhibisi acarbose yang dihasilkan pada konsentrasi 0,5 ppm adalah 75,86, artinya acarbose mampu menghambat kerja enzim α-glukosidase dengan menutup 75,86 sisi aktif enzim yang akan berikatan dengan substrat. Nilai inhibisi sampel pada konsentrasi 2000 ppm jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai inhibisi acarbose dengan konsentrasi 0,5 ppm. Menurut Reddy et al. 1999 diacu dalam Ngadiwiyana et al. 2011, senyawa dikatakan aktif apabila mempunyai nilai IC 50 dibawah 50 ppm sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel biomassa kering Spirulina platensis tidak mempunyai potensi yang baik sebagai inhibisi enzim α-glukosidase karena IC 50 yang dihasilkan lebih dari 2.000 ppm . Pada penderita diabetes melitus, penghambatan terhadap enzim yang berperan dalam hidrolisis karbohidrat menyebabkan penghambatan absorbsi glukosa sehingga menurunkan keadaan hiperglikemia. Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut zat penghambat atau inhibitor enzim. Penghambatan enzim dapat dibagikan menjadi dua jenis, yaitu penghambat yang bekerja secara tidak balik irreversible dan dapat balik reversible. Penghambat irreversible yang bereaksi dengan atau merusak suatu gugus fungsional pada molekul enzim yang penting bagi aktivitas katalitiknya. Inhibitor terikat secara kovalen pada sisi aktif enzim dan membentuk kompleks enzim inhibitor yang bersifat tetap Sugiwati 2005. Penghambat reversible dibagi menjadi dua golongan, yaitu kompetitif dan non kompetitif. Penghambat kompetitif berlomba dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim, tetapi apabila sekali terikat maka tidak dapat diubah oleh enzim tersebut. Penghambat kompetitif dapat dibalikkan atau diatasi dengan meningkatkan konsentrasi substrat. Penghambat non kompetitif terjadi bila penghambat berikatan pada sisi enzim selain sisi tempat substrat berikatan, mengubah konformasi molekul enzim sehingga menurunkan aktivitas katalitik enzim Lehninger 2004. Mekanisme kerja inhibisi dari biomassa kering Spirulina platensis terhadap enzim α-glukosidase yaitu mengikat enzim secara reversibel dan kompetitif. Inhibisi dengan inhibitor yang mempunyai tempat ikatan substrat pada enzim. Inhibitor mirip dengan substrat sehingga terjadi kompetisi antara substrat dan inhibitor Liu et al. 2006. Wulandari dan Irwanti 2011 mengungkapkan bahwa Arthrospira platensis Spirulina platensis memiliki bermacam-macam kemampuan biologis dan nutrisional selain memiliki kemampuan sebagai biomodulator dan imunomodulator. Arthrospira sp. juga berperan dalam regulasi metabolisme lipid dan karbohidrat dengan mengoreksi profil glukosa dan lipid pada hewan percobaan dan pasien diabetes. Polisakarida ekstraseluler biomassa kering mikroalga Porphyridium cruentum memiliki aktivitas antihiperglikemik dengan nilai inhibisi α-glukosidase 71,57 Rahman 2011.

4.4 Aktivitas Antioksidan Spirulina platensis