2.9 Komponen Bioaktif
Komponen bioaktif merupakan kelompok senyawa fungsional yang terkandung dalam bahan pangan dan dapat memberikan pengaruh biologis. Sebagian
besar komponen bioaktif adalah kelompok alkohol aromatik seperti polifenol dan komponen asam phenolic acid. Komponen bioaktif tidak terbatas pada hasil
metabolisme sekunder saja, tetapi juga termasuk metabolit primer yang memberikan aktivitas biologis fungsional, misalnya protein dan peptida Kannan et al. 2009.
Pengujian kualitatif komponen bioaktif ini dapat dilakukan dengan metode uji fitokimia.
Istilah fitokimia dari kata “phyto” = tanaman berarti kimia tanaman. Fitokimia menguraikan aspek kimia suatu tanaman. Kajian fitokimia meliputi uraian
tentang isolasi dan konstitusi senyawa kimia dalam tanaman, perbandingan struktur senyawa kimia tanaman dan perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-
macam jenis tanaman atau penelitian untuk pengembangan senyawa kimia dalam tanaman Sirait 2007.
2.9.1 Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa kimia tanaman hasil metabolit sekunder yang terbentuk berdasarkan prinsip pembentukan campuran Sirait 2007. Alkaloid
merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan
misalnya nikotina pada suhu kamar Harborne 1984. Beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang
farmakologi, diantaranya adalah nikotin stimulan pada syaraf otonom, morfin analgesik, kodein analgesik dan obat batuk, atropin obat tetes mata, skopolamin
sedatif obat penenang menjelang operasi, kokain analgesik, piperin antifeedant, quinine obat malaria, vinkristin obat kanker Putra 2007.
Hasil penelitian Rahman 2011 menunjukkan bahwa biomassa kering Porphyridium cruentum yang mengandung komponen bioaktif alkaloid, mempunyai
aktivitas antihiperglikemik dengan nilai inhibisi α-glukosidase rata-rata 33,28. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Samson 2010 yang menyatakan bahwa 1 bv
ekstrak alkaloid buah mahkota dewa yang berwarna merah dan merah-hijau memiliki aktivitas inhibitor enzim α-glukosidase sebesar 35,16 dan 36,80.
2.9.2 Steroid Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa dengan kerangka karbon yang disusun dari 6 unit isoprena dan dibuat secara biosintesis dari skualen, suatu C
30
hidrokarbon asiklik. Senyawa tersebut mempunyai struktur siklik yang relatif kompleks, terdiri
atas alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Senyawa tersebut tidak berwarna, kristalin, sering mempunyai titik lebur tinggi, umumnya sulit untuk dikarakterisasi
karena secara kimia tidak reaktif, yang banyak digunakan untuk tes adalah reaksi Liebermann-Burchard asam asetat anhidrida-H
2
SO
4
pekat, yang membentuk warna biru hijau untuk sebagian besar triterpen dan sterol Sirait 2007.
Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantrena. Tiga senyawa yang biasa disebut fitosterol mungkin terdapat
pada setiap tumbuhan tingkat tinggi yaitu sitosterol, stigmasterol dan kampesterol. Sterol tertentu hanya terdapat dalam tumbuhan tingkat rendah, contohnya ergosterol
yang terdapat dalam khamir dan sejumlah fungi. Sterol lain terutama terdapat dalam tumbuhan tingkat rendah tetapi kadang-kadang terdapat juga dalam tumbuhan tingkat
tinggi, misalnya fukosterol, yaitu steroid utama pada alga coklat dan juga terdeteksi pada kelapa Harborne 1984. Hasil penelitian Gunawan et al. 2008 menunjukkan
bahwa komponen steroid dari herba meniran Phyllantus niruri Linn aktif terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Permatasari 2011 menyatakan
bahwa komponen steroid dari selada air Nasturtium officinale L. R. Br pada bagian batang, daun dan utuh dapat dimanfaatkan sebagai anti tumor dan meningkatkan
stamina tubuh. 2.9.3
Flavonoid Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida. Gugusan
gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik. Flavonoid diklasifikasikan menjadi flavon, flavonol, flavanon, flavanonol, isoflavon, kalkon,
dihidrokalkon, auron, antosianidin, katekin dan flavan-3,4-diol Sirait 2007. Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Flavonoid dapat diekstraksi
dengan etanol 70. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia sehingga mudah dideteksi pada kromatogram atau
dalam larutan. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum Ultra Violet UV dan
spektrum tampak Harborne 1984. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga di lapisan amil alkohol pada uji fitokimia menunjukkan adanya flavonoid.
Senyawa golongan flavonoid bersifat multifungsional karena dapat bereaksi sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkelat logam dan peredam
terbentuknya singlet oksigen. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Yudiati et al. 2011, bahwa aktivitas penghambatan radikal bebas pada Spirulina sp. hampir sama
dengan ekstrak batang tumbuhan rempah Kneuma laurina, yaitu 39,72 ppm Praptiwi et al. 2006 yang berperan sebagai reduktor pada proses oksidasi. Penelitian
Rahman 2011 menunjukkan bahwa biomassa kering Porphyridium cruentum mengandung komponen bioaktif flavonoid dan mempunyai aktivitas
antihiperglikemik dengan nilai inhibisi α-glukosidase rata-rata 33,28. 2.9.4
Saponin Saponin merupakan glikosida yang apabila dihidrolisis secara sempurna
akan menghasilkan gula dan satu fraksi non-gula yang disebut sapogenin atau genin. Gula-gula yang terdapat dalam saponin jumlah dan jenisnya bervariasi, diantaranya
glukosa, galaktosa, arabinosa, ramnosa, serta asam galakturonat dan glukoronat. Sapogenin sendiri dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sapogenin triterpenik dan
steroidik Muchtadi 1989. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun.
Saponin dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah Harborne 1984. Hasil penelitian Hardyanti 2011
menunjukkan bahwa ekstrak anemon laut ukuran besar mengandung komponen saponin. Komponen saponin berperan dalam mereduksi kolesterol dan melawan
kanker kolon. Saponin juga memiliki aktivitas antimikroba, merangsang sistem imun dan mengatur tekanan darah Astawan dan Kasih 2008.
2.9.5 Fenol hidrokuinon
Komponen fenolat merupakan struktur aromatik yang berikatan dengan satu atau lebih gugus hidroksil, beberapa mungkin digantikan dengan gugus metal atau
glikosil. Komponen fenolat bersifat larut air selama komponen tersebut berikatan dengan gula membentuk glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel.
Flavonoid merupakan kelompok yang terbesar diantara komponen fenolat alami yang strukturnya telah diketahui, tetapi fenol monosiklik sederhana, fenilpropanoid dan
fenolat kuinon terdapat dalam jumlah sedikit Harborne 1984. Pigmen kuinon alami berada pada kisaran warna kuning muda hingga hitam.
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar, seperti kromofor pada benzokuinon yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua
ikatan rangkap karbon-karbon Ketaren 2008. Kuinon dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu benzokuinon, naftakuinon, antrakuinon dan isoprenoid kuinon. Tiga
kelompok pertama umumnya terhidrolisis dan memiliki sifat fenol, sedangkan isoprenoid kuinon terdapat pada respirasi seluler ubikuinon dan fotosintesis
plastokuinon Harborne 1984. Miranda et al. 1998 menyatakan bahwa komponen fenol pada Spirulina
memiliki aktivitas antioksidan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian El Backy et al. 2009, bahwa komponen fenol pada Spirulina maxima dapat menurunkan
pembentukan radikal pada model hepatotoxicity. Hasil penelitian Rahman 2011 menunjukkan bahwa polisakarida ekstraseluler Porphyridium cruentum mengandung
komponen fenol hidrokuinon, yang mempunyai aktivitas antihiperglikemik dengan nilai inhibisi α-glukosidase 71,57.
3 METODE
3.1 Waktu dan Tempat