1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia mengkonsumsi bahan makanan pokok seperti beras, jagung, sagu dan terkadang singkong atau umbi-umbian lainnya. Bahan makanan
tersebut memiliki kandungan utama berupa karbohidrat sebagai sumber penghasil tenaga, yang terdapat sebagai amilum atau pati. Poedjiadi 1994 menyatakan bahwa
pola makan dengan konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi dapat menyebabkan tubuh kelebihan karbohidrat yang kemudian oleh tubuh akan disimpan
dalam darah atau glikogen dalam otot. Jumlah glukosa yang terlalu banyak dalam darah menyebabkan kadar gula
menjadi tinggi atau hiperglikemia. Bila konsentrasinya terlalu tinggi maka sebagian glukosa dalam darah dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Hiperglikemia juga dapat
disebabkan karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin atau fungsi insulin dalam tubuh tidak maksimal, hal ini disebut dengan Diabetes Melitus DM Subroto 2006.
Diabetes Melitus DM merupakan salah satu penyakit degeneratif yang mengalami peningkatan secara signifikan. Pola makan dan gaya hidup yang tidak
seimbang merupakan salah satu dari beberapa faktor yang mendukung hal tersebut. World Health Organization WHO 2011 melaporkan bahwa sekitar 346 juta
penduduk dunia menderita DM. The International Diabetes Federation IDF 2011 memperkirakan bahwa pada tahun 2030 penderita diabetes akan meningkat menjadi
438 juta jiwa. Pengobatan diabetes yang saat ini digunakan dalam dunia kedokteran adalah
dengan injeksi insulin ke dalam tubuh secara berkala atau dengan mengkonsumsi obat sintetik. Pengobatan dengan cara tersebut memerlukan biaya yang cukup mahal,
selain itu obat sintetik juga tidak begitu responsif dan dapat menimbulkan efek samping seperti kembung, diare dan kejang perut jika dikonsumsi dalam kurun waktu
yang cukup lama sehingga penggunaannya dibatasi Lee 2007. Jumlah penderita diabetes di Indonesia semakin meningkat, maka diperlukan pengobatan dengan biaya
yang terjangkau, efektif dan tanpa efek samping sehingga semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaatnya.
Spirulina platensis merupakan salah satu varian dari mikroalga Spirulina sp. yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena kandungan nutrisinya yang
lengkap. Oliveira et al. 2008 menyatakan bahwa Spirulina platensis mengandung karbohidrat rhamnosa, frukstosa, ribosa, mannosa dan mineral tembaga,
magnesium, seng, potasium dan zat besi. Karbohidrat yang terkandung dalam Spirulina platensis dengan cepat merangsang sistem imun pada tubuh, karena itu
mikroalga ini disebut sebagai imunostimulator. Kandungan lain misalnya vitamin B
1
, B
2
, asam pantotenat, seng dan protein yang tinggi dapat mendorong sekresi insulin alami. Hasil penelitian Karkos et al. 2008 spirulina memiliki antioksidan, yaitu
mampu menghambat peroksidasi lemak lebih baik 65 dibandingkan dengan antioksidan kimia contoh tokoferol 35 dan BHA 45.
Kurniasih 2001 menunjukkan bahwa enzim superoksida dismutase SOD pada spirulina mampu meningkatkan metabolisme kulit, mencegah keratinisasi, dan
menangkap radikal bebas. Spirulina platensis juga dapat menurunkan kadar Low Density Lipoprotein LDL dan hipertensi serta meringankan penyakit degeneratif,
salah satunya diabetes. Demikian halnya Ruitang dan Te-jin 2010 yang melaporkan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 mengkonsumsi spirulina dengan dosis 2
gramhari selama 2 bulan dapat menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan. Spirulina platensis juga memiliki beberapa pigmen alami. Fikosianin adalah
salah satu dari tiga pigmen klorofil dan karotenoid yang bermanfaat dalam proses fotosintesis. Arlyza 2005 menyatakan bahwa fikosianin mengandung 20 protein
dari berat keringnya dan memiliki kemampuan sebagai antioksidan, antiinflamatori, dan neuroprotective.
Senyawa-senyawa fitokimia yang umum terdapat pada tanaman yaitu golongan alkaloid, flavonoid, kuinon, saponin, steroid dan lain sebagainya. Senyawa-senyawa
tersebut saling melengkapi dalam mekanisme kerja yang terjadi dalam tubuh, termasuk di dalamnya adalah antioksidan, detoksifikasi oleh enzim, stimulasi dari
sistem imun, metabolisme hormon dan antibakteri serta antivirus Juniarti et al.
2009. Penelitian Alfarabi 2010 menyatakan bahwa daun sirih merah Piper crocatum dengan kandungan bioaktif fenol, flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid
mampu menghambat aktivitas α-glukosidase. Penelitian tentang kemampuan Spirulina sebagai antidiabetes sudah banyak
dilakukan, salah satunya hasil penelitian Madina 2011 yang menunjukkan bahwa biomassa dan fikosianin Spirulina fusiformis mampu menurunkan kadar glukosa
darah tikus setelah ½, 1 dan 2 jam perlakuan, kecuali sebelum perlakuan 0 jam. Penelitian tentang antihiperglikemik dari biopigmen fikosianin dan biomassa kering
Spirulina platensis serta jenis komponen aktifnya pada umur panen yang berbeda belum banyak dilakukan. Hal inilah yang mendorong dilakukannya penelitian potensi
antihiperglikemik dan aktivitas antioksidan dari Spirulina platensis pada umur panen yang berbeda.
1.2 Tujuan