Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode Diphenylpicrylhydrazyl DPPH

flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, dan kalkon Andayani et al. 2008. Yudiati et al. 2011 melaporkan keberhasilannya dalam ekstraksi pigmen fikosianin, salah satu pigmen dari mikroalga Spirulina platensis yang merupakan pewarna alami dan mempunyai aktivitas antioksidan tinggi IC 50 =34,85 ppm dengan cara menangkap oksigen singlet dan melakukan resonansi maupun vibrasi untuk membuang energi yang berlebihan ke lingkungan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Karkos et al. 2008 bahwa efek antioksidan dari Spirulina platensis mampu menghambat peroksidasi lemak lebih signifikan 65 dibandingkan dengan antioksidan kimia seperti tokoferol 35 dan BHA 45. Mikroalga mempunyai kemampuan menetralkan radikal bebas melalui mekanisme enzimatis dan non enzimatis. Karotenoid dan asam lemak termasuk kelompok non enzimatis yang mampu melindungi organisme dari kerusakan oksidasi. Tokoferol, flavonoid, alkaloid termasuk kelompok enzimatis. Mekanisme enzimatis dan non enzimatis sama-sama menurunkan radikal hanya berbeda pada kecepatan dan kecenderungan reaksinya. Antioksidan menetralkan radikal bebas dengan mendonorkan atom hidrogennya Marxen et al. 2007.

2.8 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode Diphenylpicrylhydrazyl DPPH

Metode yang umum digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan suatu bahan adalah menggunakan radikal bebas Diphenylpicrylhydrazyl DPPH. Diphenylpicrylhydrazyl DPPH adalah radikal bebas yang bersifat stabil dan beraktivitas dengan cara mendelokasi elektron bebas pada suatu molekul sehingga molekul tersebut tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain. Proses delokasi ini ditunjukkan dengan adanya warna ungu violet pekat yang dapat dikarakterisasi pada pita absorbansi dalam pelarut etanol pada panjang gelombang 520 nm Molyneux 2004. Metode uji aktivitas antioksidan dengan radikal bebas DPPH banyak dipilih karena metode ini sederhana, mudah, cepat, peka dan hanya memerlukan sedikit sampel Hanani et al. 2005. Kapasitas antioksidan pada uji ini tergantung pada struktur kimia dan antioksidan. Pengurangan radikal DPPH tergantung pada jumlah grup hidroksil yang ada pada antioksidan sehingga metode ini memberikan sebuah indikasi dari ketergantungan struktural kemampuan antioksidan dari antioksidan biologis Vattem dan Shetty 2006. Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan prinsip spektrofotometri. Senyawa DPPH dalam metanol berwarna ungu tua terdeteksi pada panjang gelombang sinar tampak sekitar 517 nm. Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan apabila senyawa tersebut mampu mendonorkan atom hidrogennya untuk berikatan dengan DPPH membentuk DPPH tereduksi, ditandai dengan semakin hilangnya warna ungu menjadi kuning pucat Molyneux 2004. Antioksidan akan mendonorkan proton atau hidrogen kepada DPPH dan selanjutnya akan terbentuk radikal baru yang bersifat stabil atau tidak reaktif 1,1-difenil-2- pikrilhidrazin Wikanta et al. 2005. Hal ini dapat digambarkan dalam persamaan berikut. DPPH + AH DPPH-H + A Radikal bebas Antioksidan Netral Radikal bebas, stabil, tidak reaktif Warna ungu Warna kuning Persen inhibisi pada peredaman radikal bebas merupakan kemampuan suatu bahan dalam menghambat radikal bebas yang berhubungan dengan konsentrasi bahan yang diuji, sedangkan IC 50 merupakan parameter yang sering digunakan dalam menyatakan hasil dari pengujian DPPH. Nilai IC 50 dapat didefenisikan sebagai besarnya konsentrasi yang dapat menghambat aktivitas radikal bebas, yaitu menghambat aktivitas radikal bebas DPPH sebanyak 50. Semakin kecil nilai IC 50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC 50 kurang dari 0,05 mgmL, kuat untuk IC 50 antara 0,05-0,10mgmL, sedang jika IC 50 bernilai 0,10-0,15 mgmL dan lemah jika IC 50 bernilai 0,15-0,20 mgmL Molyneux 2004.

2.9 Komponen Bioaktif