Inhibisi α-Glukosidase Aktivitas antihiperglikemik dan antioksidan dari Spirulina platensis pada umur panen yang berbeda

3 Golongan thiazolidinedion Derivat thiazolidinedion bekerja dengan cara yang sama dengan derivat biguanid, yaitu dengan resistensi insulin sehingga glukosa dapat memasuki sel-sel hati, otot dan organ tubuh lainnya. Obat yang tergolong thiazolidinedion adalah troglitazone. 4 Golongan miglitinida Obat ini bekerja dengan cara mencetuskan pelepasan insulin dari pankreas segera setelah makan. Obat golongan ini adalah replaginida. Efek samping dari obat ini yaitu hipoglikemia dan peningkatan berat badan. 5 Golongan inhibitor α-glukosidase Obat ini bekerja dengan cara menginhibisi secara reversibel kompetitif terhadap enzim hidrolase α-amilase pankreatik dan enzim-enzim pencernaan di usus halus, seperti isomaltase, sukrase dan maltase. Enzim-enzim ini berperan pada hidrolisis karbohidrat makanan menjadi glukosa dan monosakarida lainnya. Pada penderita diabetes melitus, inhibisi terhadap enzim ini menyebabkan penghambatan absorbsi glukosa sehingga menurunkan keadaan hiperglikemia setelah makan. Obat yang termasuk golongan ini adalah acarbose dan di Indonesia telah dipasarkan dengan nama Glucobay®. Acarbose merupakan suatu oligosakarida yang diperoleh dari proses fermentasi mikroorganisme Actinoplanes utahensis. Acarbose merupakan serbuk berwarna putih dengan berat molekul 645,6 bersifat larut dalam air dan memiliki pKa 5,1. Rumus empirik acarbose adalah C 25 H 43 NO 18 Bayer 2004.

2.5 Inhibisi α-Glukosidase

Enzim α-glukosidase merupakan jenis enzim hidrolase yang mengkatalisis reaksi hidrolisis terminal non pereduksi dari substrat menghasilkan α-glukosa Nashiru et al. 2001. Enzim α-glukosidase berfungsi memecah karbohidrat menjadi glukosa pada usus halus manusia. Enzim ini merupakan enzim yang terlibat dalam degradasi glikogen. Degradasi glikogen oleh fosforilase dapat terjadi setelah kerja enzim glukanotransferase da n α-glukosidase yang mengkatalis dua reaksi. Pada reaksi pertama, enzim glukanotransferase memindahkan tiga dari residu glukosa yang tersisa ke ujung cabang- cabang di sebelah luar molekul lain. Enzim α-glukosidase menghidrolisis ikatan α1-6 pada titik percabangan rantai glikogen dan menghasilkan D- glukosa dan membuat residu glukosa dengan ikatan α1-4. Pada rantai lanjutan molekul tersebut kini terbuka terhadap kerja glikogen fosforilase yang menghasilkan glukosa 1-fosfat Lehninger 2004. Substrat p-nitrofenil- α-D-glukopiranosa merupakan model yang digunakan untuk mempresentasikan karbohidrat yang akan dipecah oleh enzim α-glukosidase. Inhibisi enzim α-glukosidase terjadi karena enzim α-glukosidase akan menghidrolisis p-nitrofenil- α-D-glukopiranosa berwarna kuning menjadi p-nitrofenol dan glukosa Sutedja 2003 diacu dalam Sugiwati 2005. Aktivitas enzim diukur berdasarkan hasil absorbansi p-nitrofenol. Apabila memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim α-glukosidase, maka p-nitrofenol yang dihasilkan akan berkurang. Semakin tinggi selisih absorbansi sampel dengan penambahan enzim dan absorbansi sampel tanpa penambahan enzim, maka persentase inhibisi α-glukosidase semakin rendah Sugiwati 2005. Enzim α-glukosidase dapat dihambat secara efektif oleh naringenin, kaemferol, luteolin, apigenin, katekin dan epikatekin, diadzein dan epigalokatekin galat. Berbagai kelas senyawa fenolik memang telah banyak diinformasikan sebagai inhibitor enzim α-glukosidase Tadera et al. 2006. Senyawa kafeat dan sinamat juga berperan sebagai penghambat aktivitas α-glukosidase. Berdasarkan struktur molekul kafeat dan sinamat mempunyai gugus fungsi alkena yang terkonjugasi dengan cincin benzena dan gugus karbonil Ngadiwiyana et al. 2011. Berbagai jenis fitokimia telah dilaporkan memiliki daya hambat terhadap beberapa enzim. Senyawa kimia tersebut antara lain dieckol sejenis florotanin dari alga coklat Ecklonia cava yang dapat menghambat enzim α-amilase dan α- glukosidase Lee et al. 2010, vasicine dan vasicinol pada daun Adhatoda vasica Nees sebagai inhibitor enzim α-amilase, α-glukosidase dan sukrase Gao et al. 2008. Scleroderma aurantium termasuk golongan jamur yang tidak dapat dimakan dan beracun, mengandung komponen zat aktif penghambat enzim α-glukosidase IC 50 = 115 ppm Dewi dan Kardono 2001.

2.6 Fikosianin