Tahapan penelitian 1 Kultivasi Metode Penelitian

3.3.1 Tahapan penelitian 1 Kultivasi

Spirulina platensis Kultivasi Spirulina platensis pada media Walne untuk pembuatan bibit. Media Walne merupakan media umum yang digunakan dalam kultivasi Spirulina platensis. Media Walne memiliki kandungan makronutrien dan mikronutrien yang lengkap. Komposisi media Walne dapat dilihat pada Lampiran 1. Media Walne yang digunakan diperoleh dari Laboratorium Pakan Alami, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau BBPBAP Jepara yang sudah tersedia dalam bentuk cairan. Kultivasi Spirulina platensis dilakukan dengan media MT Modifikasi Teknis. Komposisi media MT dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Komposisi media modifikasi teknis MT Bahan Konsentrasi gL Mg SO 4 .7H 2 O 0,02 CaCl 2 .7H 2 O 0,004 EDTA 0,008 K 2 SO 4 0,04 FeCl 3 0,001 NaHCO 3 soda kue 2 NH 2 2CO Urea 0,13 NH 4 2SO 4 ZA 0,06 Na 2 HPO 4 0,04 Vit.B 12 10 -6 Tempat media kultur yang digunakan akuarium volume 75 L sebanyak 2 buah. Sebelum dilakukan scale up dalam skala 50 L, dilakukan penyegaran menggunakan media walne dalam stoples ukuran 2,5 L. Akuarium yang akan digunakan untuk kultur, dicuci dan disterilisasi menggunakan alkohol 2 setiap hari. Air laut mengalami penyaringan dengan ceramic filter. Salinitas air laut dibuat 15 ppt dengan mencampurkan air tawar. Air media kultur diberi klorin 60 ppm, natrium thiosulfat 20 ppm, dan diaerasi selama 24 jam. Akuarium ditempatkan di bagian ruangan yang bercahaya sinar lampu neon dengan rata-rata intensitas cahaya sekitar 3.000 lux selama pencahayaan 24 jam. Air media kultur dimasukkan ke dalam akuarium sebesar 75 L, kemudian dimasukkan nutrien sesuai perbandingan. Bibit Spirulina platensis sebesar 15 kultivasi yang diinginkan yaitu 7,5 L dimasukkan ke dalam akuarium. Akuarium diberikan aerasi secukupnya selama penelitian. 2 Pemanenan dan pengeringan biomassa Panen Spirulina platensis dilakukan saat kultur mencapai umur pertumbuhan 12 hari dan umur pertumbuhan 16 hari. Puncak populasi dapat diketahui dari perubahan warna pada media kultur dan jumlah populasi atau kepadatan sel yang dibuat dalam pola pertumbuhan Handayani 2003. Kultur yang sudah mencapai puncak populasi diendapkan terlebih dahulu dengan cara mematikan aerasi. Pemanenan biomassa Spirulina platensis menggunakan plankton net 25 mikron . Biomassa dicuci dengan akuades sebanyak 3 kali, lalu ditimbang untuk mengetahui biomassa yang dihasilkan. Pemanenan dilakukan pada umur panen yang dibutuhkan yaitu 12 hari dan 16 hari. Umur panen 12 dan 16 hari diduga dapat menghasilkan metabolit sekunder terbaik dari kultivasi Spirulina platensis dengan media MT komunikasi pribadi Barus 2012. Biomassa kemudian ditimbang dan digunakan dalam bentuk berat basah. Setelah itu Spirulina platensis yang telah ditimbang dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer - 20°C selama 2 hari. Biomassa yang dihasilkan kemudian dianalisis kemampuan inhibisi enzim α-glukosidase, aktivitas antioksidan dan komponen fitokimia. 3 Ekstraksi fikosianin Pengujian analisis kuantitatif fikosianin dilakukan dalam beberapa metode, yaitu metode penggunaan vortex, shaker, dan oven. Metode yang memberikan nilai optical density OD tertinggi diduga memberikan hasil ekstraksi fikosianin terbaik sehingga akan digunakan untuk analisis kuantitatif fikosianin. Diagram alir metode penggunaan vortex, shaker dan oven dapat dilihat pada Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8. Analisis kuantitatif fikosianin Spirulina platensis dilakukan dengan metode ekstraksi menggunakan larutan bufer fosfat fikosianin. Persiapan yang dilakukan berupa pemanasan tabung Eppendorf dalam oven selama 15 menit lalu didinginkan pada desikator untuk menghilangkan kadar air pada tabung Eppendorf. Tabung Eppendorf ditimbang dan dicatat beratnya bobot cawan kering. Setelah itu cawan ditera di atas timbangan digital dan ditimbang bobot kering dari tabung Eppendorf W serta bobot sampel kering Wt. Gambar 6 Diagram alir proses ekstraksi dan pengukuran konsentrasi fikosiani dengan vortex. Penimbangan 40 mg bobot kering Penambahan larutan bufer fosfat 10 mL Vortex Penyimpanan dalam freezer ± 24 jam Pemusingan dengan sentrifugasi selama 30 menit; 100-120 rpm; 28°C Pengukuran supernatan denga n spektrofotometer pada λ = 615 nm dan λ = 652 nm Spirulina platensis Data konsentrasi fikosianin Pemisahan antara supernatan dan residu Gambar 7 Diagram alir proses ekstraksi dan pengukuran konsentrasi fikosianin dengan shaker. Penimbangan 40 mg bobot kering Penambahan larutan bufer fosfat 10 mL Shaking Pemusingan dengan sentrifugasi selama 30 menit; 100-120 rpm; 28°C Pengukuran supernatan denga n spektrofotometer pada λ = 615 nm dan λ = 652 nm Spirulina platensis Data konsentrasi fikosianin Pemisahan antara supernatan dan residu Gambar 8 Diagram alir proses ekstraksi dan pengukuran konsentrasi fikosianin dengan oven. Setelah diukur absorbansinya maka konsentrasi fikosianin dihitung menggunakan rumus sebagai berikut Bennet dan Bogoard 1973 di acu dalam Silveira et al. 2006. OD 615 – 0.474 OD 652 PC = 5.34 Pemasukan dalam tabung Eppendorf Pengeringan dengan Oven, suhu 50°C; 24-48 jam Pengeringan dan pendinginan di dalam desikator Penambahan bufer fosfat 1 mL untuk 0,04 gr biomassa Pemusingan dengan sentrifugasi selama 25 menit; 100-120 rpm; 28°C Pengukuran supernatan denga n spektrofotometer pada λ = 615 nm dan λ = 652 nm Spirulina platensis Data konsentrasi fikosianin Pemisahan antara supernatan dan residu PC x V Yield = DB Keterangan: PC = Konsentrasi fikosianin mgmL V = Volume pelarut mL DB = Biomassa kering gram Metode yang memberikan hasil konsentrasi fikosianin terbaik adalah fikosianin dengan nilai optical density OD tertinggi yang akan digunakan untuk analisis inhibisi enzim α-glukosidase, aktivitas antioksidan dan komponen fitokimia.

3.3.2 Prosedur analisis 1