2. Pendekatan dalam merencanakan suatu kawasan
3. Proses untuk merencanakan suatu kawasan.
2.2 Ruang Bioregional
Bioregional terdiri dari empat unit ruang antara lain bioregion, subregion, unit lanskap, dan unit tempat. Pendekatan bioregional menawarkan kerangka kerja
berbasis ruang untuk perencanaan, konservasi dan pembangunan. Pendekatan ini membagi lanskap ke dalam bagian-bagian atau unit lanskap berdasarkan kondisi
geologi dan hidrologinya bukan dengan metode politik. Setiap unit ruang bisa dinamakan berdasarkan sumber daya intrinsik, arkeologi, budaya, rekreasi,
keindahan, pendidikan, dan kebutuhan lokal yang dimilikinya Jones, G., I. Jones,
S. Durrant, S.K. Lee, A.K. Hardy, M.S. Atkinson dan K.G Kim, 1998.
Berdasarkan Thayer 2003, Bioregion juga diistilahkan sebagai ruang kehidupan. Studi mengenai ruang hidup menghubungkan ruang alam, ruang
spiritual, identitas, seni lokal, makanan, dan kearifan kedalam pengetahuan yang holistik. Pendekatan Bioregion menemukan pola dari suatu tempat dan dapat
membangun kesadaran yang sangat bernilai dalam perencanaan, desain serta konservasi di skala regional. Pola bioregional unik secara regional dan sesuai
dengan geomorfi, iklim, biotik dan budaya yang mempengaruhi suatu tempat. Pola Bioregional bisa memberikan jalan untuk:
a. menghubungkan simbol-simbol dalam peta ke dalam data lingkungan; b. menghubungkan urutan dari simbol dan pola kedalam ruang dan waktu;
c. memberikan bentuk ruang melalui desain ke lanskap masa depan; d. mencapai keberlanjutan dalam kombinasi ekologi dan budaya.
Pengidentifikasian pola biokultural suatu kawasan ini, akan menyediakan solusi untuk mengetahui mana tempat yang dapat dibangun dan tidak boleh dibangun
Lewis, 1996.
2.3 Manggis
Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang tumbuh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia
atau Indonesia. Manggis berasal dari Asia Tenggara dan menyebar ke daerah Amerika Tengah serta daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia,
Hawai, dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai
macam nama lokal seperti Manggu Jawa Barat, Manggus Lampung, Manggusto Sulawesi Utara dan Manggista Sumatra Barat.
Masyarakat dunia mengenal manggis sebagai ”Queen of Fruits” karena rasanya yang eksotik yaitu manis, asam berpadu dengan sedikit sepat. Prospek
pengembangan agribisnis manggis sangat cerah mengingat peminat buah ini di luar negeri banyak dan harganya relatif mahal.Selama tahun 1994, Taiwan
merupakan pasar terbesar manggis Indonesia. Taiwan mengimpor manggis Indonesia sebayak 2.235.177 kg atau 83 dari total ekspor buah Indonesia.
Negara lain yang mengimpor manggis adalah Jepang, Brunci, Hongkong, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Belanda, Perancis, Swiss, dan Amerika Serikat. Peluang
pasar luar negeri diperkirakan terus meningkat dengan penambahan volume 10,7 per tahun. Harga manggis di pasar tradisional relatif murah karena manggis
yang dipasarkan di dalam negeri adalah sisa ekspor, jadi mutunya sudah tidak baik. Jika produsen dapat menghasilkan buah manggis dengan mutu yang merata
dan konstan, sudah pasti harga tersebut akan jauh lebih tinggi. Sistem penanaman yang dilakukan pada komoditas manggis sebagian
besar menggunakan sistem polikultur atau monokultur. Namun, ada beberapa petani yang menggunakan sistem penanaman monoluktur. Sebagian besar petani
melakukan polikultur manggis dengan tanaman durian, melinjo dan dukuh. Sedangkan jenis tanaman lain yang biasa dipolikulturkan dengan manggis adalah
cengkeh, kayu, petai, rambutan, kuweni, nangka, dan pisang Pusat kajian Buah Tropis Institut pertanian Bogor, 2004.
Kawasan perencanaan sentra manggis di Kabupaten Bogor terdapat di Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Jasinga. Pada kawasan perencanan
mengingat lahan yang relatif luas, beberapa kegiatan budidaya seperti penanaman, penyiangan, dan panen dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja di luar
rumah tangga. Sedangkan untuk aktivitas pemeliharaan yang ringan banyak dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Istri dan anak lelaki merupakan tenaga kerja
keluarga yang paling dominan membantu petani dalam pekerjaan Bappeda, 2005.
Berdasarkan Direktorat
Tanaman Buah 2003, untuk meningkatkan mutu
dan produktivitas manggis di sentra produksi, diperlukan adanya norma-norma